Devil's Fruit (21+)

Jadikan Aku Satu-Satunya Asupanmu



Jadikan Aku Satu-Satunya Asupanmu

Fruit 348: Jadikan Aku Satu-Satunya Asupanmu     
1

Kembali ke hutan...     

Andrea duduk tenang di salah satu dahan besar pohon. Ia tak banyak bergerak karena tak mau tambah merasakan gerah. Peluh sudah cukup membuat basah pakaiannya.     

"Kau tak ingin ganti baju, sayank?" Dante berdiri di dekatnya.     

"Ya, ganti baju, dan setelah itu aku pingsan karena kehabisan tenaga. Terima kasih saran hebatmu," sarkas Andrea.     

"Tenang saja. Ada aku di sini siap membuat kau pulih kembali."     

"No, thanks! Tak usah. Aku lebih memilih baju basah dan membiarkan tenagaku pulih dengan sendirinya seiring waktu." Puteri Cambion berkeras.     

Dante menyibakkan rambut panjang istrinya. "Masih saja keras kepala, humm? Bagaimana kalau ada monster kuat ke sini? Kau masih kukuh tak mau menerima asupan dariku?"     

Andrea menoleh kesal ke Dante. "Bilang saja kau ingin skidipapap sawadikap biskuit ahoy."     

Tuan Nephilim naikkan alis, bingung. "Hah?! Apa kau bilang tadi? Bahasa apa itu? Skipap sawah biskuit?"     

"Skidipapap sawadikap biskuit ahoy, bodoh! Tsk! Ahh, sudahlah! Dasar kuper." Andrea buang pandangan ke arah lain. Ia malah malu sendiri menyebut kalimat itu.     

Dante tertawa singkat. "Sepertinya itu bahasa yang memuat kode keras mengenai sesuatu, bukan? Humm... menarik juga."     

"Padahal Mama kan juga mau digidaw aweu aweu ke Papa supaya pulih kembali."     

"Nak! Sh-shut up!" Andrea makin merona parah. Ia menatap sebal nan panik ke perutnya.     

Dante terbahak. "Aku jadi makin paham bahasa isyarat barusan. Hahaha."     

"Gak usah sotoy!" Nona Cambion berteriak sebal.     

Di pelosok lain hutan, Kenzo baru saja menumpas monster yang ia temui. Kini ia sangat kelelahan hingga susah payah melayang memanjat pohon. Ia tau para monster di Hutan Kegelapan tak bisa naik ke pohon.     

Kenzo terengah-engah duduk di salah satu dahan besar di pucuk pohon. Tubuh terasa lunglai. Ia melirik ke luka baru yang ia dapatkan dari pertarungan beberapa belas menit lalu. Ia tak mau monster itu menuju ke arah Tuan Puterinya. Makanya ia berjuang menumpas meski tau kondisinya sudah lemah dan payah.     

Untung saja ia masih bisa bertahan hidup.     

Kenzo pejamkan mata, berkonsentrasi penuh. Jiwanya bagai keluar dari tubuh, terbang cepat ke sebuah destinasi.     

.     

.     

.     

"Awrgh! Ken-Kenzo?!" Shelly memekik kaget ketika merasakan sebuah sentuhan pada pahanya saat ia sedang berbaring membaca buku malam ini.     

"Iya, Shelly. Ini aku..." Sebuah bisikan terdengar di telinga sahabat Andrea. "Aku butuh bantuan spesialmu, Shelly."     

"Bantuan? Spesial?" Shelly terduduk memandang sekeliling. Kenzo tak menampakkan diri. Hanya suara dan sentuhan saja.     

"Ya, bantuan spesial yang hanya kau saja yang bisa memberikan."     

"A-aarrnghh..." Muka Shelly mendadak bersemu merah muda. Itu karena sentuhan Kenzo mulai naik ke pangkal pahanya. "A-apapun itu ... Aku ... Aku akan membantumu, Ken. Ermmghh..."     

Sentuhan sudah makin ke area intim.     

"Bagus. Aku tau aku bisa mengandalkan kau, Shelly manis..."     

Usai bicara demikian, tiba-tiba saja Shelly terpekik karena dua pahanya membuka tanpa ia bisa cegah. Rupanya perbuatan Kenzo.     

Bahkan celana dalam merah muda mungil itu terkoyak secara ghaib, Shelly membekap mulutnya. Ia memilih rebahkan badan, membiarkan pahanya ditahan Kenzo sembari mulut pria itu mulai agresif melomoti klitoris peka miliknya.     

"Ha-aanghhh... Keeenn... ermmgghh... hrrmmhh..." Shelly masih membekap mulut menggunakan punggung telapak tangan. Otot kaki mulai tegang akibat elusan beringas lidah Kenzo tanpa ampun pada benda tersensitifnya.     

Klitoris mungil bagai sedang disiksa oleh Kenzo. Dilumat, dihisap, dipulas menggunakan lidah kejam sang Panglima Incubus.     

Shelly sibuk merintih, melenguh sambil satu tangan meremas kuat-kuat seprei diiringi gigitan kuat pada telapak tangannya sebagai pelampiasan hasrat serta rasa nikmat.     

"Ermmffhhh! Ermmffhhh... Kennhhh—mmffhhh!"     

Pinggulnya mulai bergerak gelisah. Paha kian membuka tanpa disadari seolah meminta lebih.     

"Keennhh..." Tak lama, bekapan pun dilepas setelah beberapa menit berlalu. Shelly menatap ke selatan tubuhnya, yakin bahwa pujaannya ada di sana karena ia merasakan sebuah kocokan dibarengi lumatan tanpa jeda pada area intimnya.     

"Sccllrrkkhh... erllhhghh... mmrrllthhsshh..."     

"Keeennhhh... haaanghh... akuuhhh... akuuhhh mauuuhhh..." lirih Shelly penuh damba.     

Kenzo menghentikan aksinya. Ia paham apa yang diinginkan sahabat Tuan Puterinya. Namun ... mampukah dia? Apakah tenaganya kuat untuk memunculkan wujud agar Shelly merasakan puas?     

Kenzo menatap vagina basah Shelly. Gadis itu sudah menyemprotkan cairannya enam menit lalu. Dan sang Panglima juga sudah meneguk seluruh cairan yang keluar.     

'Rasanya tak apa kalau aku tunjukkan wujud sekarang. Semoga sudah cukup kuat.' Kenzo membatin.     

Mata Shelly membelalak senang saat melihat Kenzo menampakkan diri secara nyata. Dua tangannya menggapai menginginkan Kenzo.     

Tuan Panglima pun menyambut uluran tangan Shelly. Keduanya pun segera satukan bibir dalam cumbuan hangat seraya Kenzo desakkan penisnya ke dalam vagina Shelly.     

"Ermmghh—aanngghh!" Shelly lepas sejenak cumbuan mereka ketika penis besar Kenzo menerjang masuk. Namun detik berikutnya, ia sudah larut dalam guncangan-guncangan erotis dari sang Incubus.     

Tubuh Shelly terayun-ayun seiring penis itu menghujam memompa vagina Shelly yang kian basah. Gadis itu merespon dengan turut menggoyangkan pinggulnya seirama dengan hentakan Kenzo sembari bibir mereka terus melekat tak mau terpisah.     

Shelly memeluk erat leher Kenzo seolah takut ditinggalkan. "Urrmmchh... mrrssffhhh... aarrmmcchh..." Shelly tanpa malu-malu keluarkan desahannya. Setidaknya dia tidak ragu meluapkan apa yang ia rasakan. Dia tak malu menunjukkan hasratnya pada sang pujaan.     

Kenzo memeluk erat sebagai jawaban untuk sikap lugas Shelly. Hujaman serta hentakannya kian cepat, kian tegas. Lenguhan Shelly pun kian keras. Cumbuan terlepas karena keduanya ingin meluapkan erangan masing-masing.     

"Horrghh... Sheelll... orrghhh... luar biasa! Cairanmu... luar biasaaaghhh! Orrghh!"     

"Haanghh! Aanghh! Keennhh...! Haanghh... iyaahh! Iyaaaghhh!"     

Tak berapa lama, keduanya sama-sama mencapai puncak kenikmatan.     

Shelly terengah sambil menunggu masa antiklimaksnya selesai. Namun Kenzo tak mau menunggu. Ia cabut segera penisnya, dan kembali merunduk ke area intim Shelly. Lidah dan mulutnya rakus menjajah di sana hingga gadis itu meronta karena tidak nyaman kegelian.     

Tapi Shelly bisa apa? Ia hanya bisa makin mengerang sembari dua tangan meremas kuat seprei sebelum akhirnya kembali mendapatkan orgasme yang diteguk puas oleh Kenzo.     

Lagi-lagi tanpa menunggu Shelly tenang, Kenzo sudah melesakkan penisnya dalam-dalam ke vagina basah Shelly, mengguncang kuat-kuat liang gadis itu hingga Shelly terhentak-hentak keras hingga harus berpegang pada kayu di kepala ranjang.     

Tak butuh waktu lama untuk Shelly mendapatkan orgasme kembali. Kenzo menyeringai puas. Penisnya sudah menghisap seluruh cairan di dalam sana. Namun ia tetap berhati-hati tidak berlebihan atau Shelly bisa celaka.     

Setelah mendapat banyak asupan tenaga dari Shelly, Kenzo duduk di tepi ranjang. Shelly memeluk dari belakang di tengah lemahnya tubuh akibat orgasme berkali-kali.     

"Keeenn..." panggil Shelly lirih.     

"Huumm? Apa, Shelly?" Kenzo sedikit menoleh ke belakang meski tak bisa menatap mata si gadis.     

"Berjanjilah sesuatu padaku."     

"Apa itu, Shel?"     

"Jadikan aku satu-satunya asupanmu."     

Kenzo tercenung mendengar permintaan Shelly. Ditatapnya manik berbinar sang gadis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.