Devil's Fruit (21+)

King Zardakh Sudah Tau



King Zardakh Sudah Tau

0Fruit 349: King Zardakh Sudah Tau     
0

"Bagaimana? Kau sudah merasa lebih baik dan lebih bertenaga, kan sayank?" Dante menatap Andrea setelah kembali duduk. Celananya dibiarkan terbuka.     

Andrea mendecih sembari mengusap bibirnya memakai punggung telapak tangan. "Csk! Gak perlu ge-er dulu, Nephilim cabul! Ini kan hanya untuk asupan aja. Ini... darurat, tauk!"     

Dante terkekeh. Ia paham sikap malu tsundere istrinya. Mereka baru saja melakukan posisi 69. Atau take and give kalau kata anak mereka.     

"Puteri..." Tiba-tiba Kenzo sudah melayang mendekat ke tempat Andrea dan Dante.     

Nona Cambion lekas membereskan bajunya yang tersibak.     

Kenzo melirik. Ia jadi tau dua orang itu baru saja berbuat apa. Mungkin sama seperti yang ia lakukan dengan Shelly. Meski kenyataannya tidak sepenuhnya sama.     

Dante dan Andrea hanya saling 'menghisap' energi spesial saja tanpa adanya seks, karena Andrea galak menolak itu.     

"Ehem! Puteri... sudah bisa lanjutkan perjalanan?"     

"T-tentu aja bisa lah!" Andrea jadi tergagap malu ketahuan baru saja melakukan aweu aweu dengan Dante. Astaga, bahkan kini sudah punya bahasa tersendiri untuk menyebut itu.     

Mereka pun kembali melesat terbang ke arah Barat, karena Kenzo yakin di sanalah jalan keluar berada.     

-0-0-0-0-0-     

Sedangkan di tempat lain...     

"Arrghh!" Terdengar jeritan wanita. Tubuhnya terpental hingga terhempas ke dinding ber-wallpaper mahal.     

"Tadi sudah kutawarkan baik-baik, kau malah sok hebat, dasar Iblis rendahan!" Ada lagi suara wanita yang mendekat ke arah wanita tadi.     

"Hei, hei... ada apa ini, humm?" Pria dengan guratan tampan pada wajahnya keluar dari kamar, menatap sebentar ke wanita yang terpental, kemudian ke arah penyerangnya. "Ahh... Revka sayankku..."     

Lekas saja pria itu merentangkan dua tangan sembari berjalan ke arah wanita berlabel Revka yang tengah berdiri arogan melipat dua tangan di depan dada busungnya.     

"Huh! Katakan pada budak sialanmu ini untuk lebih hormat padaku, Djanh!" Revka tanpa ragu mengeluarkan kalimat pedas disertai nada ketus. Pandangannya beralih dari Iblis wanita yang baru saja ia serang ke arah Djanh.     

Djanh tersenyum penuh arti, mengibaskan tangan ke arah pelayan huniannya. "Saox, pergilah."     

Pelayan bernama Saox pun tegakkan tubuh dan membungkuk hormat ke majikannya. "Baik, Tuanku." Dan ia menatap Revka penuh tatapan sengit sebelum pergi menghilang. Revka kesal, merasa diremehkan. Namun sayangnya Saox sudah tak ada.     

"Revka sayank... angin apa yang membuatmu dat—"     

Tapp!     

Revka sudah mendorong tubuh Djanh hingga Pangeran Incubus itu terduduk paksa di salah satu sofa besar.     

Csepp! Gyuutt!     

Kini kaki kanan Revka bersepatu high-heel sudah menekan dada Djanh.     

"Tak kusangka kau bisa menemukan tempatku ini, sweetie..." Djanh bukannya gentar, namun malah mengelus betis berselimut stoking sang gadis Nephilim.     

Revka menyeringai. "Kau tak mengira, kan? Iblis keparat!" Dia merunduk sembari jemari tangan kirinya menumbuhkan cakar panjang. "Jangan harap kau bisa kabur lagi!" Lekas saja ia melahap bibir Djanh.     

Sang Iblis Incubus merespon dengan membelai kaki Revka, naik ke paha, dan bermuara di pangkal paha sang Nephilim. "Oummcchhh... mrrccpphh... aarrggnnhh... sayaank—mccpphh..."     

Cakar Revka mencabik-cabik baju Djanh hingga tak utuh lagi. "Ha-annghh... mrrccpphh... brengsek kau—mmssffhh..." Ia pun lepaskan pagutan liarnya, dan segera mengganti posisi menjadi duduk di atas pangkuan Djanh. "Kau harus bertanggung jawab atas sakaw seks ini, Djanh bedebah!"     

Mereka pun kembali menyatukan bibir dalam cumbuan liar, beringas dan ingin saling menaklukkan.     

-o-o-o-o-o-o-o-o-     

Di kerajaan milik Zardakh...     

"Druana, lebih baik kita segera melapor ke Tuan Raja Zardakh," ucap Soth 4 setelah mereka berhasil berkumpul kembali.     

"Benar. Raja harus tau Tuan Puteri terpisah dari kita, entah di mana," sambung Liwth. Mereka ber-dua belas sempat terpisah berhari-hari. Ini hari kelima semenjak serangan misterius yang mengakibatkan rombongan tercerai-berai.     

Druana tampak berfikir. Langkah apa yang paling tepat dalam situasi begini? Lekas mencari Andrea - Dante - Kenzo? Atau melapor ke Raja Zardakh? "Humm... apa kalian tak ingin mencari Puteri Andrea dan yang lainnya?" Ia menatap para Soth dan Roxth bergantian.     

"Kami sudah mencoba memakai telepati tapi tidak juga berhasil menemukan Puteri. Hanya Paduka Zardakh saja yang pastinya bisa mencari Tuan Puteri," tukas Swoma sebagai pemimpin Roxth.     

Sesuai dengan voting terbanyak, mereka pun lekas terbang ke Istana Raja Zardakh.     

-o-o-o-o-o-o-     

"Untuk apa kalian kemari?" Zardakh menerima dua belas wanita Iblis itu di Istana depan. Zolda menemani.     

"Yang Mulia... kami kemari untuk melaporkan hilangnya Tuan Puteri Andrea." Meowth membungkuk sambil bersujud seperti yang lainnya.     

"Huumm..." Zardakh mengetuk-ketukkan jari ke sandaran tangan singgasananya.     

"Kami... kami yakin Yang Mulia bisa melacak keberadaan Tuan Puteri..." Soth 2 manyambung.     

"Huumm..." Zardakh belum bergeming.     

"Paduka Yang Mulia cukup beritau kami saja di mana Tuan Puteri berada, maka kami akan lekas menjemput Beliau." Soth 1 turut bersuara, tanpa berani memandang ke Rajanya.     

"Dia ada di Hutan Kegelapan. Aku sudah tau dari kemarin-kemarin." Zardakh tanpa sungkan membuka informasi tersebut. Para gadis Iblis itu terkesiap mendengar nama hutan terkutuk disebut. Semuanya meneguk saliva tanpa dikomando. "Bagaimana? Kalian siap ke sana?"     

Hening.     

Sunyi untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Druana berbicara, "Tentu. Tentu kami akan ke sana, Yang Mulia... namun... kami butuh mengumpulkan energi terlebih dahulu karena destinasi bukanlah tempat yang bisa dijamah sembarangan."     

"Khh!" Zardakh terkekek singkat dengan nada mengejek. "Dasar kalian munafik. Katanya akan segera menjemput Puteriku begitu aku mengatakan tempatnya. Ternyata hanya omong kosong."     

Semua gadis Iblis makin tak berani menatap wajah sang Raja. "Maafkan kami, Paduka! Kami ini memang Iblis lemah. Maka dari itu ijinkan kami istirahat sebentar sebelum pergi ke hutan mencari Puteri Andrea!" Swoma menyilangkan dua tangan di depan dada sebagai tanda hormat tertinggi.     

"Beri kami waktu 10 menit memulihkan tenaga kami, Yang Mulia!" Soth 1 mengikuti Swoma.     

"Tidak usah!" teriak Zardakh mengagetkan semua gadis tersebut. "Biar saja dia di sana."     

Dua belas gadis Iblis pun berpandangan bingung satu sama lain dengan tetap merundukkan kepala sambil bersujud.     

"Yang Mulia, anda... yakin?" Soth 6 menanya, meski tetap merunduk.     

"Pergilah kalian beristirahat dan pulihkan energi. Aku akan memanggil kalian jika butuh!" titah Zardakh yang dipatuhi semua gadis di ruangan itu.     

Usai ruangan sepi, hanya Zardakh dan Zolda saja, sang 'tangan kanan' membungkuk hormat sembari berujar, "Tuanku... rasanya hamba tau siapa yang melempar Puteri Andrea ke Hutan Kegelapan bersama Panglima Kenz dan seorang Nephilim."     

Zardakh melirik malas ke arah Zolda. "Kau pikir aku tidak tau itu perbuatan siapa, heh?!"     

"Ampun, Yang Mulia Paduka..." Zolda lekas merundukkan punggung sebelum sang Raja murka.     

"Tentu saja aku sudah tau ulah siapa itu. Tapi aku tak perduli. Justru aku anggap itu bagus untuk melatih anakku." Zardakh kini tersenyum diagonal sembari mengusap-usap dagunya. "Dasar Pangeran licik dia... hahaha! Dulu dia sudah pernah kuijinkan untuk menempa anakku, sekarang dia mengulangi lagi, hahaha!"     

-o-o-o-o-o-o-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.