Devil's Fruit (21+)

Pasangan Jalang (21+)



Pasangan Jalang (21+)

0Fruit 350: Pasangan Jalang (21+)     
0

"Aaarrnghh! Haarghh! Sialan kau!" erang Revka saat dua tangan Djanh mencengkeram pahanya yang terbuka lebar ketika dia duduk memunggungi Djanh seraya vaginanya menjepit kuat penis Pangeran Incubus yang terus menggerak-gerakkan dua paha Revka sambil gadis itu dihentak pada liang intimnya.     

Djanh terkekeh, "Hahah! Teruslah maki aku, hujat aku, sayank... kau tampak seksi bila begitu. Memaki sekaligus mengerang nikmat."     

"SHUT UP, YOU FILTHY DEMON!"  seru Revka meski pinggul terus bergoyang seraya dua tangan berpegangan pada sandaran tangan sofa. "Aaarrghh! Haarghh! Kau Iblis bedebah! Dengaannhh... haarghh... penis memuaskannhh! Arrghh!"     

Ini sudah ketiga kalinya Revka mendapat terjangan orgasme hanya dengan di sofa saja. Djanh terlalu piawai menggelontorkan kenikmatan yang baru ini Revka dapatkan dari pria.     

"Hahahaha! Aku tau hanya aku saja yang bisa memuaskanmu, sayank..." ucap Djanh disela-sela penaklukannya. Kini dua tangan Djanh sudah menjangkau pusat terpeka Revka hingga gadis itu makin keras mengerang. "Kau tak mendapatkan kepuasan dari budakmu dan juga... sepupumu, kan?"     

Revka menoleh kaget ke belakang. "Kau!"     

"Bahkan dari paman dan kerabat jauhmu pun kau tak menemukan kepuasan seperti ini, bukan? Khehehee... dasar kucing nakalku."     

Rupanya Pangeran Djanh benar-benar mengetahui segala sepak terjang tingkah liar Revka dahulunya.     

"Tutup mulut busukmu, Djanh! Jangan besar kepala, Iblis bajingan! Akuuhh... akuhh hanya menggunakanmuhh sebagai... budakkuuhh! Brengsek! Anngghh! Haaanghh! Jangan... jangan terlalu... aarnnghh... klitoriskuhhhgghh! Arrnnghh, Djaaannhh!"     

Pangeran Djanh makin keras tertawa mendengar segala sumpah serapah dari nona Nephilim.     

Salah satu tangan mulai beranjak dari klitoris Revka dan merayap ke atas, bermain-main dengan payudara montok Nona Nephilim.     

Saat ujung penis Djanh lagi-lagi menohok sebuah area di dalam vagina, Revka sadar ia akan mendapatkan orgasme selanjutnya tak lama lagi. Oleh karena itu ia kian keras meraung sebagai pelampiasan.     

Ya, Revka tau dia memang jalang. Ia memanfaatkan wajah cantik dan tubuh aduhainya demi kenikmatan syahwat, tanpa perduli siapa itu.     

Bahkan bermain dengan dua atau tiga pria sekaligus juga bukan merupakan sesuatu yang baru baginya. Dan ia tak menyangka Djanh tau semua kejalangannya. Yah, mereka bagai pasangan jalang.     

"Ha—ARRRNNNGHHH!" Gadis itu pun menyerah, lunglai sesudah kejang-kejang kecil sembari semburkan cairannya. Kini ia terkulai masih tetap di posisinya membelakangi Djanh sembari duduk mengangkang lebar di atas Djanh. "Haanghh... Djaaannnhh... aaanngghhh..." Tubuhnya dibanjiri peluh dan hawa panas.     

"Kau belum lupa, bukan? Bahwa aku belum ejakulasi dari tadi, sweetie..." Djanh tiba-tiba mengangkat tubuh Revka dengan mengaitkan dua lutut sang gadis pada siku dalam Djanh.     

"Arrnghh! Djaannhh!" Revka sempat limbung nyaris jatuh ke depan atas gerakan tiba-tiba Djanh. Namun itu tak terjadi karena Djanh sudah secepat kilat memepetkan tubuh depan Revka ke dinding di situ tetap dengan dua kaki masih mengangkang lebar dan penis tertancap.     

Belum sempat Revka memberikan ucapan lagi, Djanh sudah memompa kuat-kuat vagina Revka dengan penis besarnya, sedangkan dua tangan menekan dinding karena dua kaki Revka bersandar di tangan kokoh Pangeran tersebut.     

"Kali ini... ergghh... giliranku, kitty... erggmmhh! Herrghh!" deram Djanh bersuara berat dan dalam.     

Tak ada yang mampu diperbuat Revka sebagai pelampiasan selain meremas tangan sendiri sambil tempelkan muka ke dinding, menerima segala hentakan gila penis Djanh yang seolah berpacu dengan desah kasarnya.     

"Djaanhh! Djaanh! Haaghh! Aaghh! Enaakk! Aarrghh!" Revka merasakan kepalanya pening. Jangan-jangan dia akan diterjang orgasme kembali? Dua tangannya bosan meremas telapak tangan sendiri. Ia berusaha menggapai kepala perak Djanh, menjambak helainya agar kepala itu bisa berdekatan. "Urrmmchh... ummccpphh..."     

"Hurrmmchh! Hmmccpphh!" Djanh merespon kemauan Revka, membiarkan gadis itu melampiaskan libido pada cumbuan beringasnya. Namun tatkala ia sudah di batas limit, Djanh melepaskan cumbuan demi membebaskan erangan. "Harghh! Revkaaaa! Revkaa! Arrkkhh! AKH—KHAARRGHHH!"     

Gadis Nephilim menggedikkan bahu saat merasakan rasa panas di vaginanya akibat semprotan sperma Iblis Djanh.      

Panas namun menyenangkan.     

Maka kembali bibir mereka menyatu beberapa saat sebelum akhirnya Djanh menurunkan kaki Revka dan merebahkan Revka pada sofa agar Djanh bisa menyesapi seluruh cairan Revka. Tentu ia takkan menyia-nyiakan 'sumber tenaga', bukan?     

Revka terengah-engah ketika area intimnya mendapatkan jajahan mulut rakus Djanh. "Arrnghh... errmmghh... Djaaanhh... hnnnhh..." Satu tangannya meremasi helaian perak Djanh.     

Djanh melirik ke wajah Nona Nephylim. "Hahah, kau sudah kepayahan, Nona..."     

Revka menatap sayu dengan sikap lunglai menikmati lumatan erotis Djanh pada klitorisnya. Dua kaki ia lebarkan demi mendapatkan kepuasan maksimal. "Jangan harap, brengsek. Aku... kuat!" Revka sebenarnya tau dia sudah mulai lelah akibat berkali-kali orgasme tanpa jeda rehat sedikitpun. Djanh terlalu buas.     

"Bagus..." Djanh mendongak disertai senyum puas. "Aku takkan biarkan kau istirahat, karena kau sudah berani datang ke kediamanku, maka kau sudah tau konsekuensinya, kitty..." ucap sang Pangeran Incubus sebelum mulai melesat membawa Revka ke ranjang.     

-o-o-o-o-o-o-     

Di istana Berlian, Nivria tampak mondar-mandir gelisah di balkon kamarnya.     

"Nyonya, tolong tenang."     

"Bagaimana aku bisa tenang, Flova? Anakku satu-satunya ada di tempat paling berbahaya di Kerajaan sini." Nivria memandang nanar pelayan setianya, Flova—Iblis perempuan, bawahan Zardakh.     

"Mama?"     

Nivria menoleh ke suara itu. Senyumnya terkembang seketika. "Ruenn." Dua tangannya terbuka untuk memeluk seorang Iblis belia berambut merah muda.     

"Kudengar Mama mulai jarang makan akhir-akhir ini," ucap Ruenn seraya menyambut pelukan Nivria.     

Gadis Iblis itu tampak seperti anak perempuan berusia 15 tahun. Wajahnya tentu saja cantik dengan tubuh semampai meski belum melampaui tinggi Nivria.     

Ruenn adalah anak Zardakh dengan salah satu gundiknya. Namun Zardakh sudah membunuh Ibu dari Ruenn.     

Nivria sudah menganggap Ruenn bagai anaknya sendiri semenjak ia tau Ruenn kehilangan ibunya akibat tindakan brutal Zardakh. Ia iba pada gadis Iblis itu dan tanpa terasa keduanya menjadi akrab dan dekat.     

"Mama hanya sedang tidak nafsu makan, sayank..." Nivria berbohong, tak mau Ruenn ikut terbebani apa yang sedang ia pikirkan.     

Ruenn lekas saja bermanja di pelukan ketika Nivria membimbing ke bangku panjang di balkon. Gadis itu sudah biasa keluar masuk di istana pribadi Nivria pemberian Zardakh. "Kata pelayan, kalau kita tidak nafsu makan, itu biasanya karena ada beban pikiran atau sedang sedih." Ia mendongak mencari manik mata Nivria.     

Wanita separuh Iblis itu mengusap lembut helaian merah muda Ruenn. "Tidak ada apa-apa, kok."     

"Mama mulai membohongiku." Ruenn melepaskan diri dari dekapan Nivria.     

"Ehh?" Ibunda dari Andrea itu pun kaget.     

"Kak Andrea sedang dalam perjalanan kemari, ya kan? Jangan menutupi itu dariku, Ma." Ruenn lugas mengatakannya, membuat Nivria tersentak kecil, tak menyangka berita mengenai anak kandungnya sudah menyebar luas di Kerajaan ini.     

"Umm..."     

"Ya, kan?" paksa Ruenn.     

Nivria terpaksa uraikan senyum. "Rupanya kau sudah tau."     

"Tentu saja. Semua pelayan membicarakan Kak Andrea."     

Nivria ingin terbahak geli. Ruenn memaksa menyebut Andrea adalah Kakak. Padahal usia Ruenn jauh di atas Andrea. Hanya penampilannya saja yang mirip gadis manusia usia 15 tahun. "Ya sudah kalau kau sudah tau, sayank."     

"Dan aku juga tau Mama bertengkar dengan Ayah karena Kak Andrea."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.