Devil's Fruit (21+)

Bertemu Kakak Tiri



Bertemu Kakak Tiri

0Fruit 353: Bertemu Kakak Tiri     
0

Kembali ke barak para prajurit, Myren berubah ke wujud asli dirinya yang berdarah Centaur.     

"Puteri, apa kau baru saja bertengkar dengan Tuan Raja?" tanya Ronh, salah satu Panglima Incubus—orang kepercayaan Myren.     

"Csk! Mana berani dia memarahiku dan mengajakku bertengkar?! Ayah sialan itu!" Myren berjalan dengan empat kaki Centaur-nya ke 'singgasana'nya di ruangan itu.     

Barak militer adalah tempat paling nyaman bagi Myren. Ia lebih suka berkumpul bersama prajurit-prajuritnya ketimbang dengan para saudara tiri atau Ibu-Ibu tiri di Istana sang Ayah.     

"Puteri, minumlah agar kau lebih baik..." Ronh menghaturkan segelas air berwarna biru pekat ke meja di depan Myren.     

"Semenjak manusia itu dibawa kemari, Ayah mulai hilang kewarasan. Hampir setiap hari hanya mengurusi wanita manusia itu hingga rasanya aku geram ingin meremukkan batang lehernya dengan tanganku saja!" Myren menggebrak meja, mengakibatkan gelas di hadapannya berguncang hampir menumpahkan isinya.     

"Tuan Puteri sabar dulu. Mungkin Baginda Raja punya pemikiran jauh yang tidak bisa kita jangkau. Percayalah pada Beliau, Puteri."     

"Ya, saking jauhnya pemikiran dia hingga jauh pula dari batas waras! Apalagi sekarang anak manusia dia ikut datang ke sini! Aku tak mau Kerajaan ini berubah kisruh karena kedatangannya!" Myren pun menyambar gelas di depannya dan meneguk cepat isinya, lalu menyeka mulut secara kasar menggunakan punggung tangan. "Temani aku berburu, Ronh!"     

"Baik, Puteri." Ronh pun mengikuti Jenderalnya keluar dari ruangan dan keluar dari barak membawa panah.     

Myren tidak suka memakai kekuatan Iblis. Ia lebih suka mengandalkan kemampuan fisik, meski sebenarnya dia juga memiliki kekuatan Iblis sama seperti Succubus pada umumnya, hanya lebih kuat dan tangguh secara fisik.     

Myren bersama Ronh sudah berburu selama hampir satu jam. Mereka sudah berhasil mendapatkan kelinci iblis, rusa setan, dan dua rajawali demon.     

Rohn membawa semua hasil buruan mereka tanpa kesusahan. Ia cukup masukkan semua buruan ke sebuah kantung ajaib yang bisa menyedot makhluk tadi ke dalam agar mudah dibawa.     

"Puteri, ayo kita kembali. Ini... pintu Hutan Kegelapan. Lebih baik kita pulang. Toh kita sudah dapat banyak sore ini."     

"Tidak!" Myren menolak tegas saran Panglimanya. Ia menatap pintu masuk yang dikeramatkan bagi penduduk Kerajaan selama ini. "Huumm... bukankah anak manusia itu katanya terlempar di hutan itu?" Telunjuknya mengacung ke arah Hutan Kegelapan.     

"Iya, benar, Puteri. Tapi sebaiknya kita tak perlu mengurusi itu. Lebih baik kita pul—"     

"Rohn, ayo kita masuk ke sana..."     

Panglima Rohn tak sempat mencegah karena Myren sudah berderap memasuki Hutan Kegelapan. Tak punya pilihan lain, Ronh pun mengejar sang Jenderal. Ia menggunakan hewan Iblis sebagai tunggangan karena dia Incubus murni.     

"Tuan Puteri, tunggu! Jangan gegabah!"     

Tiba-tiba derap kaki Myren terhenti. Sesosok monster menghampirinya. Myren kini percaya gosip mengenai betapa mengerikan makhluk penghuni hutan ini. Ia sudah melihat sendiri.     

Lututnya hampir menjadi jelly jika dia tidak teringat bahwa dia adalah keturunan Centaur yang tidak boleh memiliki rasa takut secuilpun.     

Maka ia menggapai anak panahnya, memasangkan pada busur, siap ditembakkan pada monster tersebut.     

"TUNGGU! JANGAN LEPASKAN PANAHMU!"     

Myren menoleh ke sumber teriakan yang tak jauh darinya berdiri. Matanya menyipit, berusaha fokus melihat siapa yang datang dari arah depan. "Panglima Kenz?!"     

"Jenderal Myren!" Kenz menjawab. Senyumnya terkembang.     

"Wah, rupanya Panglima Kenz dan—" Ronh turut senang melihat salah satu rekannya muncul dari dalam hutan.     

"Dia Tuan Puteri Andrea." Kenzo menunjuk ke Andrea yang melesat cepat menghampiri Myren.     

"Tolong jangan sakiti monster-monster di sini! Mereka tidak berbahaya, mereka hanya ingin menyapa saja, kecuali yang bergerombol, itu yang berbahaya," ujar Andrea cepat.     

"Omong kosong apa kau ini, heh?!" Myren melotot ke Andrea. Gadis Cambion itu segera melesat mendekat ke monster yang akan dipanah Myren tadi, rentangkan tangan sambil tersenyum dan memeluk sang monster bagai bertemu kawan lama.     

Tak sampai lima menit, monster itu kembali masuk ke hutan meninggalkan para 'pendatang' hutan. "Lihat! Seperti aku bilang tadi, kan? Mereka monster yang baik dan ramah, cuma tampilannya saja keliatan garang, padahal hati hello kitty." Andrea tersenyum merasa senang sudah membuktikan ucapannya.     

Myren mengamati Andrea dari atas hingga bawah. "Huumm... jadi kau ini Puteri Andrea yang terkenal itu..."     

Andrea tersenyum ramah, mengulurkan tangan ke Myren. "Aku gak tau apa aku terkenal atau tidak, tapi... perkenalkan, namaku Andrea. Dan kau?"     

Myren mengabaikan uluran tangan Andrea dengan sikap sinis, balik badan berderap keluar dari hutan. "Ayo, Ronh... kita pulang. Di sini mulai membosankan."     

"Baik, Tuan Puteri," tutur Ronh patuh, lalu menoleh ke Kenzo. "Senang melihatmu kembali, teman." Ia tersenyum singkat ke Kenzo sebelum menyusul Nona Jenderal.     

Sepeninggal Myren dan Ronh, Andrea melayang mendekat ke Kenzo. "Zo, tadi siapa, sih? Jutek amat ke aku? Iya, kan kalian liat sendiri gimana dia ke aku. Sinis, tauk! Emangnya siapa dia?"     

Dante ikut mendekat ke Andrea. Entah kepo ingin mendengar jawaban Kenzo, atau cemburu bila membiarkan istrinya berdekatan dengan pria lain, terutama Kenzo.     

"Dia Tuan Puteri Myren, anak Paduka Zardakh, juga seorang Jenderal negeri ini." Kenzo memberi jawaban.     

"Anak Zardakh? Tapi kok bentuknya..."     

"Ibunya seorang Centaur Iblis."     

"Cih! Bapak sialan itu demen koleksi bini berbagai ras rupanya," sindir Andrea sembari mencibir. Ia jadi iba pada sang Ibu yang dipaksa hamil oleh Iblis bejat penyebar benih. "Ibu, akan aku balaskan kesengsaraanmu."     

"Tuan Puteri!"     

"Puteri Andrea!"     

"Puteri!"     

Dari kejauhan sudah terlihat para Soth, Roxth dan Druana terbang ke arah mereka. Dua belas gadis Iblis itu menyambut Andrea.     

"Ayo kami antar ke Istana Paduka."     

"Yang Mulia sudah menyiapkan sebuah Istana untuk Puteri."     

"Seluruh Menteri dan prajurit sudah tak sabar ingin melihat Tuan Puteri!"     

"Oh ya?" Andrea pura-pura terkejut meski reaksinya datar.     

"Bahkan juga ada—" Ucapan Meowth terhenti seketika usai mendapat cubitan dari salah satu kakaknya.     

"Bahkan apa?" Andrea jadi penasaran. Tapi Meowth malah meringis saja.     

"Biar Tuan Puteri sendiri saja yang mengetahuinya nanti." Soth 6 menyahut.     

"Hummhh... ya sudah. Toh paling-paling aku akan bosan setengah mati di sini." Andrea mengangkat bahu acuh tak acuh.     

"Mama tak boleh bicara begitu... nanti berbalik, loh!" suara sang anak di dalam perut memperingatkan.     

"Diam, anak kecil. Kau tak tau urusan orang dewasa."     

"Tapi aku kan yang menyarankan Mama dan Papa skidipapap dan digidaw."     

"Hei! Hei! Bocah cilik jangan ngelunjak, yah! Awas nanti kalo dah brojol, aku tabokin!"     

"Ya sudah, aku di dalam perut Mama saja sampai sebesar karung gandum..."     

"Hoooiii!"     

Dante terkikik mendengar perdebatan anak istrinya, sementara yang lainnya melongo tak paham karena tak bisa mendengar suara anak Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.