Devil's Fruit (21+)

Rean, Ajudan Terkasih



Rean, Ajudan Terkasih

0Fruit 358: Rean, Ajudan Terkasih     
0

"Benar, Yang Mulia. Dia... hilang berhari-hari setelah memasuki dimensi Pangeran Incubus tersebut. Budaknya yang mengatakan itu pada sumber hamba." Rean sudah berhasil mengeringkan separuh bagian rambut junjungannya.     

"Cih! Perempuan tolol! Mau-maunya jadi budak Iblis! Jangan harap aku mengakui dia menjadi rakyatku! Dasar perempuan murahan!" Voira mendecih remeh mengomentari cerita Rean. "Dia sama saja tolol seperti sepupunya!"     

"Iya, Yang Mulia. Anda teramat benar." Rean hampir mengeringkan seluruh rambut keemasan tersebut. Tinggal bagian ujung-ujungnya yang menjuntai hingga lantai.     

"Csk!" decak Voira. "Tapi aku masih menginginkan Dante tolol itu..." rengek Voira.     

Rean menahan nafas beratnya, dan berusaha bersikap tenang. "Masih banyak bangsawan lebih tinggi statusnya daripada Dante untuk mendampingin Paduka." Sekarang selesai sudah Rean mengeringkan rambut junjungannya. Tiba waktu menyisir dan merapikan.     

"Tidak mau!" tegas Voira. "Mereka tidak semenarik Dante! Tatapannya tidak setajam Dante, tubuhnya juga tidak seatletis Dante. Ougghh... Reaann... aku ingin diaaa..." Voira merengek manja sembari menoleh tatap Ajudannya yang mulai menyisiri rambut panjangnya.     

Rean tersenyum bijak. "Semoga harapan Tuanku bisa menjadi kenyataan."     

Voira pun tersenyum senang.     

-0-0-0-0-0-0-     

"Apakah menurut kalian kita bisa musnahkan bayi terkutuk itu?" Pria berusia sekitar enam puluh tahun memecah keheningan di sebuah ruangan cukup luas dengan meja oval besar di tengahnya sedang dikelilingi beberapa pria lainnya.     

"Tentu bisa!" Suara Naxos menyahut pria tua tersebut. "Kenapa harus ragu pada kekuatan kita?"     

Para tetua Nephilim sedang berkumpul untuk merundingkan mengenai bayi Andrea. Mereka sudah beberapa hari ini terus membicarakan ini seakan bayi tersebut adalah trending topik nomer satu di lingkungan mereka.     

Mungkin sebentar lagi si bayi akan diendorse. Oh, itu suatu kemustahilan.     

"Tapi kabarnya betina indukannya sudah melarikan diri ke Underworld." Tetua lain berkomentar. Jahat sekali mereka menyebut Andrea betina. Seolah sedang membicarakan binatang saja.     

Naxos terkekeh. "Kalian tenang saja. Heaven akan membantu kita."     

"Kau yakin itu?"     

Naxos palingkan pandangan ke tetua yang barusan menyahut. "Kenapa tidak? Tentu para orang tua kita takkan membiarkan anak-anaknya dalam bahaya, bukan? Apalagi... bayi keparat itu juga merupakan ancaman bagi Heaven."     

"Naxos, kau harus benar-benar meyakinkan Ratu dan pihak Heaven mengenai ini."     

"Serahkan saja padaku." Kerabat Revka dan Dante itu pun tersenyum penuh arti.     

-0-0-0-0-0-     

"Yang Mulia Ratu..." Naxos dan tiga orang tetua Nephilim sedang menghadap Ratu Voira di singgasananya. "Kita tidak bisa meremehkan masalah bayi Cambion betina itu."     

Voira menggumam. "Hmm..."     

"Yang Mulia, yakinkan pada Heaven untuk bersama-sama dengan kita membasmi para Iblis-Iblis mesum itu."     

"Hmm... iya, iya, aku tau. Aku akan terus usahakan meminta kerjasama Heaven mengenai pembasmian ras Incubi dan Succubi." Voira topang kepala menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan kiri mengetuk-ngetuk sandaran lengan kursi megahnya.     

Dalam hati Ratu Voira, mereka tidak perlu memintanya saja, dia sudah pasti akan mengupayakan agar Heaven memberikan bantuan untuk dia agar dia bisa memusnahkan Andrea dan bayinya, lalu akan lebih mudah merebut Dante jika begitu.     

Ratu Voira menyunggingkan senyum miring dengan tatapan tajam ke depan meski alam pikirnya sedang membayangkan dia membunuh Andrea dan berhasil membuat Dante bertekuk lutut padanya, bersanding sebagai pasangan sang Ratu Antediluvian.     

'Dante... aku tak percaya kau akan terus menolak pesonaku. Terlebih lagi... aku sanggup memberimu kekuasaan mutlak yang diinginkan banyak pria di sini. Tak mungkin kau tidak tergiur menjadi Raja Antediluvian.' Ratu Voira terus membatin itu.     

-0-0-0-0-0-     

"Yang Mulia..." Naxos membungkuk ke Ratu Voira yang sudah kembali ke ruangan pribadinya.     

Rupanya setelah para tetua selesai menghadap Voira, tak berapa lama Naxos menemui Voira sendirian.     

"Ada apa lagi, Naxos?" Voira menerima suapan anggur dari tangan Rean.     

"Ratu harus mensukseskan penyerangan ke Underworld."     

"Tak perlu memandang aku dengan mata licikmu itu, Naxos. Tanpa kau mengemis pun aku memang akan melakukan penyerangan itu." Sang Ratu memandang remeh ke Naxos. Ia sudah paham karakter salah satu tetua itu. Licik dan selalu punya 'kejutan' dari balik lengan bajunya.     

"Fuhuhuu... hamba lega bila Paduka memiliki tekad hebat tersebut." Naxos terkekeh.     

Voira memutar bola matanya. Tangan kirinya terangkat sedikit dan Rean menghentikan suapan buah. "Apa yang kau harapkan sebenarnya dari penyerangan itu, pak tua?"     

Senyum Naxos mulai terkembang lebar. "Yang hamba damba pasti juga menjadi dambaan Paduka..." tuturnya. Voira miringkan kepala mencoba menebak dalam benak. "Yaitu... naik ke Surga dan menjadi Malaikat. Khehehee..."     

Kedua alis Voira terangkat. Mulut terbuka setengah tersenyum. "Ahaa... begitu rupanya." Kepala oranye keemasannya mengangguk-angguk pelan.     

Naxos tidak mengetahui apa yang ada di hati Ratu Antediluvian di depannya itu. Sang Ratu justru tidak begitu berminat untuk menjadi malaikat di Heaven atau Nirwana. Sang Ratu lebih menyukai menjadi pemimpin ketimbang menjadi malaikat biasa.     

Tentu saja menjadi seorang Ratu lebih membanggakan ketimbang hanya seorang malaikat yang tidak memiliki kekuasaan apapun di Nirwana nantinya, bukan?     

"Sepertinya... Paduka meragukan ucapan hamba. Apakah... Paduka tidak ingin menjadi Malaikat sepenuhnya?" Naxos memandang sangsi ke ratunya.     

"Tentunya kau tak punya hak untuk tau pemikiran ataupun keputusan yang akan aku ambil, bukan begitu, pak tua?" Voira kerjap-kerjapkan bulu mata lentik berwarna coklat keemasan disertai senyuman sarat makna.     

Naxos lekas menundukkan punggung. "Hamba mohon ampun atas kelancangan hamba." Mata si tua Naxos melirik ke Voira. "Hamba juga mohon ampun karena keponakan hamba malah turut melarikan diri ke Underworld." Dia memaksudkan mengenai Dante.     

"Tsk!" decak Ratu Voira dibarengi wajah kesal. "Tak perlu kau beritahu, aku sudah tau! Sekarang, lebih baik kau pergi dan jangan ganggu aku saat ini, Naxos!" Telunjuk Ratu Voira mengarah ke pintu keluar. Suaranya jelas terdengar tak ramah.     

Naxos tau diri dan pamit undur dari hadapan Voira. Begitu sampai di luar, ia sibuk menggerutu, "Dasar Ratu sok hebat! Dia kira siapa dia?! Hanya karena anak ras Seraphim, lalu paling hebat?! Cuih! Ratu manja yang tak bisa apa-apa!"     

Sepeninggal Tetua Naxos, Ratu Voira berujar pada Rean, sang ajudan terkasih kepercayaannya yang ada di sisinya. "Rean, temani aku tidur malam ini. Kepalaku pusing dan hatiku berdebar sakit setiap teringat akan Dante tolol nan tampan itu."     

Rean menerima uluran tangan Ratu Voira yang terjulur padanya. Dia menunduk dan mencium punggung tangan Ratu Voira. "Hamba akan selalu setia akan apapun ucapan Baginda Ratuku."     

Ratu Voira terkikik senang melihat sang ajudan perempuan kesayangannya begitu patuh bagai anak anjing. Ia mengelus pipi Rean dan mulai bangkit dari duduknya untuk berjalan ke arah ranjang besarnya. "Rean, puaskan aku malam ini..."     

"Hamba mengerti, Ratuku yang mulia nan agung." Rean mengikuti Ratu Voira ke tempat peraduan sang pemimpin Antediluvian.     

-0-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.