Devil's Fruit (21+)

Semilir Angin Dusta



Semilir Angin Dusta

0Fruit 364: Semilir Angin Dusta     
0

Gadis Cambion mengernyitkan dahi, berusaha mengingat-ingat siapa sosok manis di depan teras pondok. Lalu ia pun ingat. Gadis itu salah satu anak Zardakh. Berarti saudara tiri Andrea. Mereka pernah bersua ketika Andrea ada di istana Zardakh.     

"Kau..."     

"Aku Ruenn, Kak. Salam kenal!" Ruenn menyodorkan tangan ke Andrea.     

Sebetulnya Andrea enggan bertemu dengan apapun yang berhubungan dengan keluarga Zardakh. Namun melihat senyum manis Ruenn, ia jadi tak sampai hati mencap Ruenn sama seperti bapaknya.     

"Halo, Ruenn. Salam kenal juga." Andrea akhirnya menjabat tangan saudara tirinya. Ikut tersenyum karena Rueen memberikan senyum tulus.     

Ruenn menoleh ke Nivria yang berdiri di belakang Andrea saat ini. "Ohhh! Kau..."     

Nivria merasakan degup jantungnya berdebar lebih kencang dari pada sebelumnya. Tidak! Jangan sampai Rueen membuka jati diri dan namanya di depan Andrea! Dia belum siap!     

"Kau..." Ruenn menggantung kalimatnya sembari menunjuk ke Nivria.     

Ibunda Andrea lekas memberikan kode agar Ruenn tidak membongkar identitas asli dia. Tapi apakah Ruenn paham?     

"Kau... siapa?" tanya Ruenn ke Nivria. Sang bunda menghela nafas lega. "Kenapa ada di tempat Kakakku?"     

"Dia tamu yang tak sengaja datang untuk mencari kucing majikannya yang kabur ke hutan ini." Andrea yang menjawab.     

Ruenn mengangguk perlahan. "Ohhh... tamu tak sengaja, yah?" Ia melemparkan pandangan nakal ke arah Nivria. "Apakah kucing itu belum ketemu?"     

Nivria menggaruk tengkuknya yang sedikit gatal. "Ermmhh... kucingnya jenis yang bandel. Dia tau cara membuat aku kesusahan. Mungkin kucing itu punya dendam padaku," bohong Nivria.     

Andrea tergelak seraya memeluk gemas tubuh ramping Nivria. "Hahaha! Kau ini pandai melucu, Via. Mana ada kucing punya dendam?"     

Dan begitulah... Ketiga perempuan itu mengobrol asik di teras pondok. Saat malam menjelang, Nivria justru menganjurkan Ruenn menginap saja di pondok daripada memaksa pulang saat hari mulai gelap begini.     

Ruenn dan Andrea setuju.     

"Baguslah!" seru Ruenn senang. "Aku memang sudah lama ingin mengenal Kakakku ini. Aku ingin menjadi adik terhebat Kak Andrea!" Ia menatap sumringah kakak tirinya.     

Dante menyaksikan semua dari ruangan lain. Ia masih saja menaruh curiga pada Nivria. Namun tidak pada Ruenn. Karena Dante menganggap wajar jika saudara meski tiri ingin saling mengenal lebih dekat.     

Dengan adanya Ruenn, Dante makin susah mendekati Andrea meski untuk mengobrol singkat. Andrea benar-benar larut pada kebahagiaan mendapatkan teman baru.     

Dante... apakah kau sudah kebelet ingin dapat jatah seperti biasanya? Sabar, ya Dan.     

Seperti pagi ini saat Dante mendapati Andrea ada di kebun belakang tanpa ditempeli Nivria, Dante lekas menghampiri. "Kau ingin makan apa hari ini? Aku bisa tangkapkan ikan di sungai. Atau petikkan sayur di sini."     

Kebun belakang pondok sengaja ditanami beberapa jenis sayur dengan bantuan bibit sihir Dante. Ia bisa menangkap ikan pula di sungai depan pondok jika Andrea bosan makan sayuran.     

Selama ini Dante lebih banyak bertugas memasak karena tak ingin Andrea kelelahan. Saking sayangnya pada si Cambion.     

"Terserah kau aja." Andrea sudah hampir balik badan untuk pergi dari kebun ketika tangan Dante mencekal lengannya.     

"Jangan pergi dulu."     

Andrea tatap tangan Dante. Lalu ke empunya. "Ada perlu apa?"     

"Sayank, sekarang kenapa kau sering tak mengacuhkan aku?" Dante mulai curhat.     

Andrea putar bola matanya, jengah. "Bitplissss! Aku lagi gak mood ngobrol hal gituan."     

"Oke, oke! Tidak ngobrol mengenai itu. Oke! Umm... bagaimana kondisimu saat ini?"     

"Ya ampun, Dan! Gak bisakah cari topik menarik lainnya?" Andrea mengerang kebosanan. "Mendingan kau belajar ke Kak Via gimana cara ngobrol asik."     

Giliran Dante putar bola matanya. "Via lagi! Via lagi! Tak bisakah dia tidak dilibatkan dalam obrolan kita? Sampai sekarang aku masih curiga apa motif Via datang ke sini!"     

"Dan! Kamu kalo kagak demen ama Via, kamu bisa keluar dari sini, balik ke alam kamu... atau join ama Kenzo di deket pintu hutan."     

"Andrea, aku cuma mengkuatirkan kamu."     

"En aku bukan lagi anak kecil yang kudu dikuatirin secara lebay! Masih saja mencurigai Kak Via? Jahat banget sih kamu, Dan?"     

"Andrea, aku ini sayang ama kamu, makanya aku kuatir kalau ada sesuatu buruk terjadi ke kamu."     

"Kalo rasa sayang kamu bikin gerah gini, mendingan gak usah sayang aku, deh!"     

Akhirnya Andrea benar-benar berlalu dari kebun menuju ke dalam pondok. Nivria menyaksikan itu semua dari jendela tanpa diketahui Andrea dan Dante. Ada senyum kecil di wajahnya menyaksikan pertengkaran kedua insan tersebut.     

-0-0-0-0-0-     

BRAAKK!!     

Meja jati itu digebrak kuat hingga nyaris terbelah gara-gara tindakan kesal Voira. Kian hari ia kian geram jika memikirkan Dante.     

Membayangkan pujaannya bersetubuh dengan gadis lain membuat dia ingin mengobrak-abrik apapun yang ada di dekatnya. Rean sering tampil sebagai pihak pendingin untuk emosi Ratunya.     

Voira pun memutuskan naik ke Heaven bersama Rean dan Naxos untuk menemui para petinggi Malaikat.     

Ia diberi kesempatan berbicara di forum khusus yang diadakan sehubungan dengan kedatangan dia.     

"Jadi, aku mohon dengan sangat, harap Anda semua di sini mempertimbangkan saran saya." Voira mulai berbicara di hadapan 10 Malaikat tertinggi di Heaven. Ayahnya termasuk di situ.     

"Apakah infomu bisa dikatakan valid, Ratu Antediluvian?" tanya salah satu petinggi Malaikat.     

"Tentu. Saya sudah mengirim bawahan saya untuk menyelidiki itu dan hasilnya memang akurat. Saya juga sudah banyak membaca mengenai mitos terlarang mengenai perkawinan Cambion dan Nephilim."     

"Nona Voira, disebutkan pula bahwa sangat langka anak Cambion dan Nephilim bisa bertahan hidup. Bahkan kemungkinan mereka punya kekuatan super hanya sekitar sepuluh persen saja."     

"Apakah Yang Mulia di sini berani bermain judi nasib mengenai apakah anak itu akan jadi ancaman atau tidak? Bagaimana kalau ternyata iya? Bukankah itu artinya Yang Mulia sudah mengabaikan keselamatan rakyat di sini?"     

"Ehem!" Ayah Voira berdehem. Keadaan seakan memanas. Maka ia sebagai Seraphim harus menengahi. "Voira, kau harus yakin dulu apakah benar terjadi perkawinan antara Cambion dengan salah satu rakyatmu."     

"Ayah! Ehem! Maksudku... Yang Mulia... aku sudah menyelidiki ini lama. Sejak Dante kabur dari Antediluvian ke dunia manusia hingga akhirnya dia menyetubuhi Cambion yang harusnya dia bunuh. Aku yakin Cambion keparat itu merayu Dante!"     

"Voira, jangan melenceng."     

"Oh! Maafkan aku, Ay--Yang Mulia!" Voira menunduk.     

"Kurasa tidak ada salahnya juga menuruti saran Voira untuk memusnahkan kerajaan Incubus. Bukankah itu sebuah kebajikan jika kita bisa melenyapkan Iblis sebanyak mungkin dari dunia ini?" Salah satu petinggi memihak pada Voira.     

Ratu Antediluvian tersenyum tipis, yakin bahwa ia akan mengantongi ijin penyerangan ke Underworld oleh para petinggi. Tak rugi dia naik ke Heaven menemui Malaikat petinggi.     

Impian terbesar para Nephilim adalah bisa naik ke Heaven dan didaulat menjadi Malaikat secara resmi. Namun pengecualian itu ada pada pemimpin Antediluvian. Ratu Voira bebas naik ke Heaven jika memang ada hal penting yang ingin dibahas.     

"Aku juga berpikir tak ada salahnya melenyapkan Iblis. Meski misalkan anak yang dikandung Cambion itu tidak punya kekuatan, toh membasmi Iblis tetaplah sebuah kebajikan."     

Senyum Voira tambah mengembang. Sebagian besar para petinggi setuju agar diadakan penyerangan ke Underworld, khususnya kerajaan Incubi. Sudah terbayangkan di benak Voira, ia akan membunuh Andrea dan membawa pulang Dante. Lalu memiliki Dante hanya untuk dirinya sendiri.     

"Jadi, suara sudah bisa kita putuskan?" Ayah Voira menatap berkeliling ke rekan-rekan Malaikatnya.     

Semua mengangguk setuju, meski ada yang mengangguk mantap, dan ada pula yang mengelus jenggotnya.     

Keputusan pun sudah ketuk palu. Voira bisa membawa bala tentara untuk menyerang Underworld nantinya. Pasukan Angel sudah ditentukan jumlahnya untuk berperang. Sedangkan bagi Nephilim, Voira akan menentukan siapa saja laskar yang akan diterjunkan ke medan pertempuran.     

Sebelum kembali ke Antediluvian, ayah Voira memberikan kekuatan tambahan untuk putrinya. Tentu Voira amat senang. Dia jadi bertambah kuat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.