Devil's Fruit (21+)

Perjuangan Revka (2)



Perjuangan Revka (2)

0Fruit 367: Perjuangan Revka (2)     
0

"Puteri..." Revka menoleh ke Puteri Froiza yang tetap tenang di kursinya. "Benarkah itu? Pangeran Djanh tak menginginkan anak." Ia picingkan mata seolah tak percaya.     

Puteri Froiza miringkan kepala penuh elegan. "Apa pendengaranmu bermasalah? Gadis busuk?"     

Dada Revka seakan dihantam oleh palu Thor. Remuk tak bersisa. Ia limbung. Orge lekas memegangi. "Tidak..." Revka menggeleng. "Tak mungkin Djanh..." Wajah syok-nya belum pulih. "Kalian pasti bohong! Kalian pasti hanya ingin menyingkirkan aku!" seru gadis Nephilim kalut. Air mata mulai merebak.     

Pacar Pangeran Djanh maju mendekati Revka. "Kalau kau tak mau melihat sendiri bagaimana Pangeran Djanh mengusir dirimu yang busuk itu karena hamil, lebih baik kau pergi sekarang!" Ia mendorong Revka cukup keras, lalu melesat kembali ke tempatnya semula.     

"Kecuali kalau kau rela membuang janinmu. Mungkin aku masih akan mempertimbangkan kehadiran kau di sini bergabung dengan kami." Puteri Froiza ikut bicara.     

Sekali lagi Revka menggeleng. Tak yakin dengan informasi yang diberikan para wanita Pangeran Djanh. "Tidak! Tidak mungkin! Aku... Aku ingin menemui Raja di sini! Aku ingin bertemu ayahnya Djanh!"      

Para pacar Pangeran Djanh karuan saja sibuk menghujat Revka yang dirasa tak tau diri. Ruangan jadi riuh oleh suara hujatan untuk Revka. Nephilim malang itu sampai menutup telinga sambil terisak.     

Datang jauh-jauh penuh perjuangan ke istana ini, ternyata mendapati Pangeran Djanh memiliki banyak wanita dan tak menyukai anak.     

Puteri Froiza menghentikan suara-suara bising dengan seruan kerasnya. Seketika para perempuan lainnya terdiam patuh. Ia menatap tajam ke Revka. "Kau meminta bertemu ayah mertuaku hanya untuk masalah receh seperti itu?"     

"Ini tidak receh sama sekali!" balas Revka dengan air mata sudah tumpah ruah di pipi.     

"Humm, baiklah. Karena Ayah Mertua sayang sekali padaku, maka aku akan bujuk beliau untuk menerimamu." Putri Froiza menghilang seketika. Mungkin menemui Raja Huvr, ayah Pangeran Djanh.     

Singkat cerita, kemauan Revka dikabulkan. Puteri Froiza membawa Revka menghadap ke Raja Huvr di ruangan pribadinya.      

Pria tinggi besar itu menatap nyalang ke Revka. "Huumm... Kutegaskan padamu, Nephilim, anakku tak akan ada waktu untuk mengurus wanita hamil. Apalagi ras kotor seperti kau. Kecuali aku yang memilihkan siapa yang patut menjadi istri Pangeran Djanh. Mengerti? Sekarang pergi sana!" Baginda Huvr terang-terangan mengusir Revka.     

Orge tak sudi majikannya diperlakukan demikian. Ia sudah siap mengamuk, namun Revka mencegah. "Kita pulang."     

"Tapi, Nona..."     

"Pulang, Orge. Kau dengar aku, kan?"     

Revka dan Orge pun pulang ke dunia manusia. Ia sudah tidak akan diterima di Antediluvian.     

Gadis Nephilim itu berjalan lunglai ke hunian lama Revka. Ia tak sudi lagi tinggal di tempat Djanh.     

Ia benci Pangeran Djanh. Revka muak akan Pangeran Djanh. Dan ia ingin lenyapkan janin usia 3 bulan di perutnya sesegera mungkin.     

-0-0-0-0-0-     

Di Underworld, di istana, Pangeran Djanh pulang disambut hangat oleh para pacar dan istrinya.     

Bahkan salah satu pacar menyampaikan tentang Revka yang datang beberapa hari lalu. "Perempuan busuk itu sungguh tak tau diri."     

"Iya! Dia pikir dia siapa? Seenaknya saja mencari Pangeran hanya karena hamil? Cuih!"     

Tepp!!     

Pangeran Djanh sudah mencengkeram pipi wanita yang baru saja bicara. "Kau... Rasanya kau tak butuh mulut lagi!" Dan Pangeran Djanh pun meledakkan mulut Iblis wanita tadi dengan diiringi seruan ngeri yang lainnya.     

"Pangeran!" Puteri Froiza menghardik.     

"Kalian semua betina laknat!" seru Pangeran Djanh seraya kibaskan tangan dan musnahlah semua pacar dia yang berjumlah 141. Hanya tersisa Puteri Froiza yang duduk gemetar hebat. Akan kah dia juga dimusnahkan menyusul para pacar? "Kau..." Pangeran Djanh mendekat ke Puteri Froiza. "Bersyukurlah kau betina pilihan ayahku. Maka aku takkan membunuhmu kecuali kau membuatku murka seperti betina-betina jalang tadi!"     

Puteri Froiza menggeleng ketakutan.     

Pangeran Djanh balik badan dan menghilang. Dia pergi menelusuri bau Revka karena tak menemukan gadis Nephilim di hunian biasanya.     

Ketika Pangeran Djanh berhasil melacak keberadaan Revka, ia menerobos masuk dan berdiri di depan Revka. "Benarkah kau mengandung anakku?"     

"Tidak." singkat Revka tanpa ekspresi.     

"Jawab jujur, Revka!"     

"Aku bilang tidak, ya tidak! Apa kau tuli?! Untuk apa aku sudi hamil darimu, hah?! Kau itu makhluk menjijikkan! Kau menjijikkan, Djanh keparat!" berondong Revka sekuat tenaga. Ia mati-matian menahan air matanya jangan sampai luruh jatuh.     

"Orang di istanaku mengatakan kau hamil, Revka!"     

"Sudah kubuang."     

"APA?!"     

"Aku bilang sudah kubuang! Karena amat menjijikkan mengandung anak dari Iblis seperti KAU!"      

Pangeran Djanh syok. Ia limbung ke belakang. Revka sudah menggugurkan anaknya. Saking kalut, ia memilih pergi daripada mengamuk tak jelas.     

Setelah Revka yakin Pangeran Djanh tak ada lagi di sekitar situ, ia menjatuhkan tubuh ke lantai, duduk lunglai dan menangis sepuasnya. Orge hanya bisa diam mengasihani majikannya.     

Saat Orge menawarkan penghiburan seperti dulu jika Revka sedang sedih atau marah, kini Revka menolak. Dari situlah Orge jadi tau bahwa sang majikan benar-benar mencintai Pangeran Djanh.     

Empat bulan berlalu.     

Ketika Revka sedang menyiram bunga di taman balkon kamarnya, Pangeran Djanh datang.     

Sang Pangeran Incubus terperanjat melihat perut buncit Revka. "Kau ternyata masih memiliki anakku!" serunya girang.     

"Kata siapa ini anakmu?! Cih!" Revka mendecih remeh. "Asal mengaku-ngaku."     

"Dia anakku! Dia anakku, Revka!"     

"Bukan." Revka masih bersikap tenang. Sambil mengelus-elus perut buncitnya, dia melanjutkan bicara, "Dia ini anak Orge. Kau pikir aku sebodoh itu merana setia menunggumu? HAH! Jangan mimpi."     

Pangeran Djanh kesal. Apalagi saat Orge masuk ke balkon. Segera saja Pangeran Incubus kibaskan tangan dan Orge pun lenyap diiringi raungan pelayan itu.     

Revka menjerit histeris. Dia tak bisa tenang lagi sekarang. "Kenapa kau bunuh dia?! Apa salahnya?!"     

"Karena kau bilang itu anaknya. Andai kau tadi bilang itu anakku, mungkin pelayanmu masih ada sekarang di sini." Pangeran Djanh menjawab santai bagai di pantai.     

Revka menerjang dan pukuli dada Pangeran Djanh, kalut. "Tega! Tega sekali kau pada pelayanku! Dia selalu mendampingi aku! Dia selalu menjagaku di saat kau enak-enakan dengan betina lain!" Tangis Revka mencuat.     

"Aku bisa putar waktu asal kau katakan itu adalah anakku." Pangeran Djanh masih saja terlihat santai menjawab Revka.     

Nona Nephilim cengkeram baju depan Pangeran Djanh kuat-kuat penuh amarah. "Tentu saja ini anakmu, Iblis tolol! Ini anakmu, bodoh!" Ia menunduk sembari terisak-isak.     

Pangeran Djanh kibaskan tangan kembali dan muncullah Orge, baik-baik saja. Ia memeluk lembut Revka     

Gadis itu memberontak dari pelukan dan menatap ke Orge. "Kau... tidak memutarbalikkan waktu?" Tangis mulai reda. Ia usap pipi basahnya.     

"Untuk apa, Kitty?" Pangeran Djanh menahan tawa.     

"Tentu untuk mengembalikan Orge di waktu sebelum kau membunuh dia!"     

"Hah? Memangnya aku membunuh dia?" Pangeran Djanh menatap lucu Revka.     

Yang ditatap menampilkan wajah bingung. Lalu menoleh ke Orge. "Kau... tidak mati tadi?"     

"Apa kau ingin pelayanmu mati seperti ucapanmu, Kitty?" Pangeran Djanh kembali meraih tubuh Revka. "Dia hanya kulempar ke dimensi lain."     

Gadis itu tersadar tengah dikerjai Pangeran Djanh. Tak pelak pukulan pada dada Pangeran Djanh bertubi-tubi dilakukan. "Sialan kau! Iblis keparat!"     

Pangeran Djanh terkekeh senang. "Kalau tidak begitu, mana mau kucing nakalku ini mengaku, humm?" godanya. Revka seketika merona. Orge lekas menyingkir setelah melihat kode dari Pangeran Djanh.     

Malam itu keduanya bercinta menggebu namun Pangeran Djanh tetap berhati-hati pada perut besar Revka.     

Pangeran Djanh mengakhiri pergumulan setelah Revka orgasme 5 kali. Djanh tak berani memaksa gadis itu lebih lama karena kuatir jika perut Revka akan berkontraksi dan menyakiti Revka.     

"Brengsek, kau Djanh! Aku hampir mati!" Revka sibuk mengatur nafas sembari menutupi tubuh telanjangnya menggunakan selimut.     

Pangeran Djanh terkekeh. "Aku kan sedang memberi makan anakku."     

"Ya, dan kau akan membunuh ibunya. Jenius sekali, Tuan."     

"Tidak. Tidak akan membuat ibunya terbunuh. Karena kau ini hebat. Dan anakku..." Ia menyibak selimut dan elus perut Revka sebelum mengecup beberapa kali. "Anakku ini pasti akan jadi anak hebat pula seperti ayahnya."     

"Huh! Jangan sampai dia brengsek seperti kau, Djanh! Atau akan sia-sia saja aku mempertahankan dia."     

"Heeiiii..." Pangeran Djanh menutup lembut bibir Revka. "Jangan menggerutu, Kitty sayank. Kau tau, aku akan memboyong kau ke istanaku. Dan kujadikan istri."     

"Tidak mau!"     

"Kenapa?"     

"Karena hanya ayahmu saja yang berhak menentukan siapa istrimu." sindir Revka. "Dasar bocah. Urusan istri saja masih ditentukan ayahnya. Cih!" ledek si Nephilim.     

Pangeran Incubus mengerang kesal. "Nanti akan kubicarakan dengan ayahku mengenai kau. Aku yakin dia akan setuju."     

"Kita lihat saja nanti."     

"Pokoknya kau jadi istriku!"     

Revka tercenung sejenak. "Bukankah kau sudah punya istri resmi? Untuk apa menginginkan aku juga sebagai istri?"     

Pangeran Djanh merengkuh tubuh Revka dan memeluk sayang sembari berbaring. "Jangan menggerutu atau aku tusuk lagi kau sampai menjerit-jerit bahagia."     

"Djanh!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.