Devil's Fruit (21+)

War Is Coming



War Is Coming

0Fruit 369: War Is Coming     
0

Nivria memegangi tangan suaminya. Menggeleng lemah. "Jangan bentak anakmu." Lalu ia menatap ke Andrea. "Sayank, kumohon kali ini ikutlah dengan Ibu. Di sini sudah terlalu bahaya karena dekat dengan gerbang Underworld."     

Puteri Cambion berikan seringai. "Nyawaku adalah hak milikku. Maka terserah padaku. Nyawaku bukan urusan kalian semua."     

Zardakh menoleh ke Nivria. "Ayo kita pergi. Dia tidak butuh perlindungan kita."     

Nivria memukul lengan suaminya. "Apa-apaan kau ini, Zardakh! Mana mungkin aku meninggalkan anakku di sini?! Aku akan tetap tinggal bersama Andrea, apapun yang terjadi!"     

King Zardakh mengerang. Memang menyusahkan jika keras kepala istrinya muncul. "Haahh! Ya sudah. Tinggallah di sini beberapa hari. Nanti akan aku jemput kalian jika keadaan makin kacau."     

Sang Raja pun menghilang pergi. Menyisakan tiga orang di sana yang saling kikuk.     

Di pondok, Andrea diam sejuta kata pada Dante maupun Nivria. Untung saja Ruenn sudah beberapa hari ini tidak datang. Mungkin dilarang sang Ayah demi keselamatan gadis itu sendiri.     

Nivria berkali-kali mencoba mengajak bicara Andrea, sayangnya gadis itu terlalu terluka setelah mengetahui sang ibunda malah jadi istri Zardakh.     

Andrea selama ini mengira Nivria membenci Zardakh seperti dia membenci sang Raja. Bahkan ternyata Nivria masih hidup.     

"Andrea, kumohon sayank... jangan abaikan Ibu. Tolong bicaralah. Meski itu sekedar menghujat Ibu, tak masalah asal kau tidak diam terus begitu." Mereka sedang duduk di ruang makan. Nivria sempat melirik ke Dante. "Dante, tolong bujuk istrimu."     

Apakah kini Nivria sudah mau menerima Dante? Tidak sengit seperti biasa? Atau hanya terdesak makanya butuh bantuan Dante?     

"Aku bukan istrinya." Akhirnya Andrea buka suara meski terdengar pahit bagi Dante.     

"Tidak, Andrea. Kau istriku. Di golonganku, jika lelaki menghamili perempuan, maka perempuan itu sudah sah menjadi istrinya."     

Andrea menatap tajam Dante. "Dan kau tak boleh lupa, aku bukan golonganmu. Rasku selalu mengadakan upacara khusus jika mengikat diri menjadi suami istri."     

Pria Nephilim pun mengerang, tak mampu menyahut sindiran Andrea.     

"Aku mau tidur. Jangan ganggu." Andrea bangkit berdiri dan melangkah ke arah kamarnya. Nivria mencegah, namun Andrea lepaskan tangan sang Ibunda. Kemudian lanjutkan jalan.     

Sepeninggal Andrea, Nivria menoleh ke Dante. "Aku harus bagaimana agar Andrea tidak lagi marah?"     

"Anda takkan percaya seberapa lama Andrea pernah membenciku." Dante menyahut. "Lagipula, salah Anda sendiri kenapa meninggalkan anak Anda?"     

Nivria menggosok wajahnya secara kasar. "Itu memang kebodohan aku meninggalkan dia. Tapi... itu karena Zardakh. Ia mengancam akan membumihanguskan desaku jika aku tidak ikut dengannya ke Underworld. Aku tak punya pilihan lain."     

"Dia sungguh bapak keparat. Tak salah jika Andrea sangat membencinya." Dante jadi geram sendiri, tak mengira ayah mertua dia begitu egois hingga rela menelantarkan anak. Hanya setelah tau Andrea mengandung anak yang bisa mengguncang Heaven makanya Zardakh mulai memperhatikan Andrea.     

"Dan sesudah datang ke Underworld, Zardakh juga melarangku kembali ke dunia manusia. Aku pun tak tau bagaimana cara keluar dari Underworld," keluh Nivria.     

Kini Dante justru iba pada Nivria. Pasti memang situasinya amat tidak menguntungkan bagi ibu mertuanya.     

Di kamar, Andrea rebah menghadap ke dinding. Tak terasa ia sudah melelehkan air mata mengingat akan Nivria. Ibu yang selama ini ia rindukan, ternyata sangat mengecewakan.     

Dia masih tidur satu ranjang dengan Nivria, namun ia terus memunggungi sang Ibunda. Nivria rasanya ingin mencabik diri sendiri. Dibenci anak kandung itu sungguh menyakitkan.     

Andai Nivria bisa memutar waktu.     

Hari selanjutnya, Andrea masih juga bersikap dingin pada Nivria. Pada Dante dia bersikap biasa saja, meski bukan mesra. Andrea lebih menyukai bicara berdua dengan anaknya saja akhir-akhir ini.     

"Mama... kenapa tak mau maafkan Nenek?" tanya anak di dalam perut Andrea.     

"Anak kecil jangan ikut campur urusan orang tua."     

"Tapi Nenek tidak sepenuhnya salah, kok Ma. Percaya lah."     

"Kau ini kenapa, sih? Bukannya dulu kau tidak percaya pada orang yang kau sebut Nenek?" Andrea mengelus perutnya.     

"Itu kan dulu, Ma. Now ya now. Boleh, dong beda," kilah si anak.     

"Hah! Bocah sialan. Masih bisa berkelit, heh?"     

"Ayolah, Ma. Cobalah memaafkan Nenek dan jalani hidup yang menyenangkan dengan Nenek," bujuk sang anak.     

"Tutup mulutmu, bocah."     

BLAARR!!     

DHUAARR!!!     

Andrea kaget mendengar suara menggelegar seolah tak jauh dari tempat dia bernaung. Ia lekas bangkit dari duduknya dan berlari keluar, ingin tau.     

Di luar sudah ada Dante dan Nivria tampak panik.     

"Yank! Mendingan kamu di dalam pondok saja atau... ikut Ibumu ke istana." Dante jelas mengguratkan aura kuatir di wajahnya.     

Rupanya para Angels dan pasukan Nephilim sudah mulai mendekati kerajaan Zardakh.     

"Gak mau!" kukuh Andrea, keras kepala.     

"Andrea," Nivria memegang pergelangan tangan anaknya. "Tolong ikut Ibu ke istana, yah! Di sini benar-benar berbahaya!" Ibunda tak kalah kuatir. Pasti pasukan musuh mulai cepat mendekat ke hutan.     

"Aku bilang enggak ya enggak! Kalo aku musti mati di sini, ya udah!" Begitulah tabiat keras Andrea.     

"Mama..."     

"Diam, anak kecil." Andrea tatap ke arah perutnya.     

Tiba-tiba muncul Myren bersama Ronh di depan pondok. "Cepat kalian mengungsi ke istana! Musuh sudah mengendus keberadaanmu di sini!"     

"Tidak ma--"     

GLAARRH!     

Pondok sudah dihantam sebuah bola energi besar, mengakibatkan semua orang di halaman depan terpental. Demikian juga Andrea yang tak sempat menggenapkan kalimatnya.     

Untung saja Dante sigap menangkap tubuhnya sebelum terhempas ke tanah.     

"Andrea!" seru Nivria kalut. Lekas bangun dan menghampiri Andrea dalam pelukan Dante.     

Dari atas, muncul 2 Angels pria dan wanita menatap nyalang ke Andrea.     

"Pasti itu dia Iblis Cambion yang kita cari!" ucap Angel pria.     

"Benar! Ayo musnahkan!" Angel wanita menyahut seraya melesat turun menuju Andrea.     

Namun belum sempat pedang besar para Angels menyentuh tubuh Andrea, Myren sudah menghadang musuh, bertindak sebagai perisai adik tirinya.     

DHUAARR!     

Dua pedang beradu menghasilkan dentuman keras. Myren sekuat tenaga bertarung melawan Angel wanita. "Dante! Bawa Andrea dan Nivria pergi dari sini! CEPAATT!"     

Sedangkan Ronh berjuang menghadapi Angel pria. Dua pasangan petarung sibuk melancarkan jurus dan ayunan pedang masing-masing.     

Myren sadar ia akan membahayakan Andrea jika tetap di sekitar pondok. Maka dari itu ia mengubah dirinya menjadi Iblis berkaki 2, menghilangkan sosok Centaur.     

Jendral wanita itu mendesak Angel terbang ke angkasa dan menjauh dari hutan. Demikian juga Ronh.     

"Ayo, sayank! Cepat!" Dante memegangi tangan istrinya.     

Namun, Andrea bersikukuh dan menepis tangan itu. "Enggak! Aku juga bisa bertarung!"     

"Mama... kau sudah lama tak mendapat asupan khusus." Anak Andrea turut bicara.     

"Diam, anak kecil! Diam!" bentak Andrea saking kesalnya.     

Tapp!     

Nivria sudah mencekal kuat lengan Andrea. "Kalau kau sayang anakmu, ikut aku ke istana! Aku akan berikan juga cara membunuh Zardakh dan lenyapkan darah Iblis dalam tubuhmu!"     

Andrea melongo. Benarkah yang ia dengar barusan? Nivria tau cara yang selama ini dicari-cari dirinya?     

"Kau... tidak bohong, kan?!" Andrea tampak ragu namun tertarik.     

"Tentu saja!" pekik Nivria tak sabar. Myren dan Ronh tak bisa selamanya menahan 2 Angels tadi di angkasa terus. Pasti akan datang bala bantuan musuh lainnya karena bunyi dentuman tadi. "Dante! Cepat bopong istrimu dan ikuti aku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.