Devil's Fruit (21+)

Membunuh King Zardakh



Membunuh King Zardakh

0Fruit 375: Membunuh King Zardakh     
0

"Jangan mengada-ada, Andrea." Nivria menggapai tangan anaknya.     

"Memang apa salahnya?" pekik Andrea tak mau kalah. Tatapannya tegas menghujam manik mata sang Ibunda.     

"Kau ingin upacara pernikahan secara keagamaan di sini. Itu mustahil." Zardakh ikut bicara. "Apa kau lupa ini di mana?"     

Mereka sedang berdebat di ruang keluarga istana Berlian. Andrea tegas kokoh menginginkan sebuah upacara pernikahan secara keagamaan dengan Dante.     

Tentu keinginan tersebut ditentang oleh penghuni lainnya. Termasuk Nivria.     

Nona Cambion menoleh ke Dante. "Kau juga mo ikutan nentang kemauan aku?"     

Dante menggeleng. "Kemauanmu adalah kemauanku juga. Karena kita sudah menjadi satu."     

"Ahh, shut up, Dan. Aku ga butuh ucapan sok romantis kayak gitu!" sahut Andrea kejam.  Kembali perhatian dia arahkan ke kedua orang tuanya. "Tak bisakah aku punya keinginan? Katanya kalian ortu aku, ya kan?"     

"Kenapa harus begitu, Nak?" Nivria mencoba mengulik keinginan sang buah hati.     

Andrea angkat sebelah bahu, demikian juga alisnya. "Kalian pikir aku nyaman-nyaman aja saban disetubuhi Dante tanpa ada ikatan resmi, hah?!"     

Semua terdiam sejenak. Andrea, apa ini tandanya kau sudah mau mengakui Dante? Wah, sudah minta dinikahi rupanya.     

"Hei! Jangan mikir aku ngebet pengen dinikahi, yak!" Andrea buru-buru menyambung ucapan dia sebelum semua orang di ruangan tersebut berfikir yang aneh-aneh mengenai kegigihannya ingin dinikahi resmi.     

"Kau berharap ada pemuka agama di sini, hah?!" Zardakh sampai mengeluarkan suara berat. Nivria lekas mengelus lengan suaminya.     

Andrea bersikap masa bodoh. "Salah sendiri ini Underworld."     

King Zardakh sudah ingin emosi kalau tidak dicegah istri manusianya.     

Keinginan Andrea dikabulkan. Sepasang cincin batu Ruby dibawakan dari dunia manusia untuk acara tersebut. Andrea tidak mengharapkan upacara meriah besar-besaran. Hanya cukup dihadiri keluarga inti saja.     

Meski sekuat apapun ia minta menghadirkan Oma dan Opa, Zardakh tidak mengabulkan. "Kau pikir fisik mereka akan kuat datang ke sini, heh?! Hentikan keegoisan manjamu yang tolol itu!" Demikian sang Raja menegur Andrea.     

Maka, upacara sederhana dilakukan di taman istana Berlian, dan hanya dihadiri kedua orang tuanya, Kenzo, Ruenn, dan Druana. Para Soth dan Roxth tidak bisa hadir karena mendapat tugas lain dari sang Raja.     

Sebagai ganti pemuka agama, terpaksa Kenzo menerima tugas tersebut atas permintaan Andrea. Meski hati berkeping-keping menikahkan wanita yang dia suka, namun tak bisa menolak jika wanita itu meminta.     

Upacara berlangsung cukup khidmat meski tanpa simbol ataupun ucapan-ucapan ala pemuka agama. Hanya memasang cincin di jari masing-masing, lalu berikrar setia sebagai suami istri sampai maut memisahkan.     

-0-0-0-0-     

"Sudah memikirkan nama untuk anak kita?" Dante merengkuh Andrea di kamar.     

Nona Cambion menoleh. "Belum. Entar aja. Aku harus fokus ke misi utama." Ia biarkan saja Dante mulai menggerayangi tubuhnya. Toh mereka sudah sah meski kesannya memaksa.     

Dante mengelus perut besar istrinya. Seketika Cambion itu pun merasakan kenyamanan hanya dari belaian Dante. Tak bisa dipungkiri bahwa Dante memang obat alami untuk Andrea, sesuai yang Druana bilang.     

"Aku punya beberapa pilihan nama."     

"Ogah. Pilihanmu pasti jelek. Ntar aku aja yang kasi nama."     

Dante diam, mengangguk setuju atas ucapan istrinya.     

Malam itu mereka bercinta beberapa kali hingga Andrea kelelahan dan tertidur pulas hingga menjelang siang barulah terbangun.     

Di Underworld juga tetap ada siang dan malam. Meski malamnya lebih panjang beberapa jam. Matahari ada dua meski tidak terlalu membakar udara.     

Andrea menemui Nivria di taman sesudah ia mandi.     

"Kau tak lupa janjimu, kan?"     

Nivria menoleh, lalu uraikan senyum hangat ke anaknya. "Tentu tidak. Jangan kuatir. Aku... sedang menyiapkan alat untuk mempermudah aksimu."     

"Alat?" Andrea mendekat ke Nivria yang sedang membelai mawar-mawar kebanggaan dia.     

Ibunda mengangguk. "Ya, ada alat yang nanti bisa kau gunakan."     

"Apa itu? Pedang? Kristal sihir? Atau apa?"     

Sambil tersenyum keibuan, Nivria menyentuh lengan sang putri. "Sabar. Pasti kau akan tau bila tiba saatnya."     

Lagi-lagi Ruenn menyaksikan dua wanita itu dari balik dinding dekat taman. Saliva diteguk dengan perasaan berkecamuk.     

Tiga hari berikutnya, Nivria menemui sang anak. Ia berikan sebuah catatan mantra dan sebilah belati.      

"Ucapkan mantra ini saat kau tancapkan belati di jantung... Ayahmu."     

"Hanya itu?"     

"Datangi ruangan pribadi di barat istana ini dua hari lagi. Itu adalah hari kedatangan ayahmu. Pastikan itu adalah malam menjelang pergantian hari."     

"Kau benar-benar rela aku membunuh lelakimu?" tanya Andrea masih sangsi.     

Nivria menahan tangis, menyahut, "Jika itu bisa membuat kau bahagia, dan sebagai... penebusan dosaku padamu selama ini... Ibu rela. Ibu rela."     

Lalu sang bunda meninggalkan Andrea. Di tempat lain, Nivria terisak menumpahkan semua tangis. Bagaimana dia tidak sedih jika harus berpisah dengan pria yang sebenarnya dia cintai?     

Namun Nivria harus memilih antara anaknya atau Zardakh. Dulu dia sudah memilih Zardakh. Maka kali ini saatnya dia memilih Andrea. Kini saatnya ia berkorban demi anak semata wayang bahagia.     

Sore itu usai menuntaskan tangis, Nivria mendatangi Dante. "Kau... takkan mengecewakan anakku, kan?"     

"Tidak, Bu."     

"Berjanjilah padaku bahwa kau akan memilih Andrea dan anaknya di atas apapun! Melebihi apapun! Mereka berdua harus kau jadikan prioritas!"     

Nivria tegas menginginkan ikrar setia Dante untuk menjaga anaknya. Jika dulu dia kesal pada sang Nephilim, kini dia mendukung mereka.     

"Iya, Bu. Aku berjanji. Jangan ragukan rasa sayang saya pada anak Anda dan cucu Anda." Dante menatap serius ke Ibu mertuanya.     

Nivria mengangguk sembari tersenyum puas. Dante jadi curiga, apakah Nivria merencanakan sesuatu? Ia tau sang mertua menjanjikan cara membunuh Zardakh ke Andrea. Apakah... Ibu mertua akan bunuh diri sesudah Zardakh dibunuh Andrea?     

Dante menggeleng kuat, mengenyahkan pikiran gila dari benaknya.     

-0-0-0-0-     

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Andrea pun tiba. Calon Ibu itu berdebar menanti tengah malam. Ia sudah menghafalkan mantra yang diberikan Nivria. Belati khusus pun senantiasa dalam genggaman sedari petang.     

"Sayank," Dante menyentuh lengan istrinya yang duduk tenang di kursi kamar mereka. "Kau yakin itu yang akan kau lakukan?"     

Andrea menoleh sengit. "Kok meragukan aku gitu, sih?! Kurang serius apa aku ini soal bunuh Zardakh dan hilangin darah Iblis di tubuhku, hah?!"     

"Oke, oke, aku percaya niat teguh kamu." Dante mengalah, duduk di samping Andrea, berharap tidak membangkitkan emosi sang istri.     

"Kalau darah Iblis lenyap dariku, maka setidaknya anakku juga takkan punya kekuatan apapun lagi dan ia tak perlu dikejar-kejar makhluk manapun!"     

"Iya, iya. Aku setuju denganmu."     

"Temani aku menemui Iblis tua keparat itu nanti."     

"Iya, sayank. Tentu saja. Tanpa kau minta pun pasti aku akan menemanimu. Keselamatanmu dan anak kita adalah nomor satu."     

"Bagus kalau kau bisa bersikap macam suami yang bisa diandalkan."     

"Bukankah sejak awal aku sudah bersikap begitu?"     

"Tsk! Shut up, Nephilim!"     

"Mama..." Anak di dalam kandungan Andrea ikut bersuara.     

"Kau juga diam, bocah. Dan tetaplah tenang di dalam sana. Lebih baik kau membantu Mama ketimbang menentangku." Andrea turut tegas ke anak di dalam perutnya.     

Menjelang tengah malam, Andrea makin gelisah. Degup jantung berdebar kencang. Saliva berkali-kali diteguk. Tangannya agak gemetar.     

Ia heran pada reaksi tubuhnya. Padahal ia sudah membulatkan tekad, namun seolah ada dorongan halus yang mencegahnya.     

"Gak, gak! Itu pasti bisikan Iblis! Dasar Iblis laknat, sukanya melemahkan niat manusia!" Andrea meneguhkan hati. "Dante, ayo kita pergi sekarang. Sebentar lagi tengah malam."     

"Aku gendong, yah."     

"Gak usah! Emangnya aku selemah itu, apa?!"     

Keduanya pun berjalan ke arah barat istana, menuju sebuah ruang pribadi yang konon biasa digunakan Zardakh untuk bersantai bila di Istana Berlian.     

Tiba di depan pintu ruangan, Andrea menggenggam erat belatinya. Lalu pintu ruangan ia buka. Tampak Zardakh sedang memunggungi seraya memegang buku tebal.     

"Nivria, apakah kau sudah membawa kopi kesukaan aku?" tanya Zardakh tanpa menoleh.     

"Tidak." Andrea menjawab. Sang Raja lekas berbalik, mendapati Andrea sudah melesat maju ke arahnya dengan belati terhunus di tangan. "Aku bawakan yang lebih baik untukmu, Iblis laknat!!! HIYAAAKKHH!"     

Andrea mengerahkan kekuatannya untuk menerjang ke arah Ayahnya, sembari lekas tancapkan belati ke jantung sang Raja.     

Jlebb!!!     

Belati pun berhasil melesak masuk menembus kulit Zardakh. Andrea lekas ucapkan mantra yang ia hafalkan dua hari ini. "Aramfas tempus ereskov yakhduan maghir algor!!!" teriak Nona Cambion.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.