Devil's Fruit (21+)

Bara Masa Lalu



Bara Masa Lalu

0Fruit 362: Bara Masa Lalu     
0

Di tempat lain....     

"Kenapa Tuan Puteri kemari?" Kenzo tak habis pikir akan kemunculan Ruenn ke pondok batunya.     

"Memangnya aku tak boleh ke sini?" Ruenn menatap lucu Kenzo. Gadis Succubus itu melangkah mengitari ruang depan pondok tersebut. "Tidak buruk."     

"Tuan Puteri. Katakan, apa maksud Anda kemari?" Kenzo mencekal lengan Ruenn.     

Langkah gadis itupun terhenti. Menatap lengannya yang dicekal Kenzo, ia tersenyum, kemudian meraih tangan sang Panglima Incubus untuk dikecup. "Aku merindukan kau. Apakah itu cukup sebagai alasan aku ada di sini?"     

Kenzo menarik tangannya yang baru saja dikecup Ruenn. "Lebih baik Tuan Puteri pulang ke istana. Tempat ini sangat tidak cocok untuk Puteri. Banyak bahaya di sini."     

"Kenapa harus takut kalau ada kau yang menjagaku, Kenz?" sergah Ruenn telak. Tiba-tiba gadis itu bergerak maju dan mendekap tubuh Kenzo. "Apakah aku sudah mengatakan kalau aku merindukan kau, Kenz?"     

"Puteri, tolong jangan begini. Tidak baik jika dilihat orang." Kenzo berusaha lepas dari dekapan Ruenn.     

Namun gadis itu erat memeluk Panglima Incubus. "Dulu kau tak keberatan menyetubuhi aku di ruang terbuka."     

"Pu-Puteri. Tolong. Kita sudah sepakat mengakhiri hubungan kita."     

"Tidak. Kau yang memaksakan berakhir setelah Ayah mengutus kau naik ke dunia manusia. Aku tak pernah menyetujui, kok."     

Kenzo kehabisan kata-kata. Benar. Dulu dia memang memiliki hubungan membara dengan salah satu anak junjungannya. Namun setelah diperintahkan Raja Zardakh untuk mengawal Andrea, Kenzo tau diri akan kedudukannya dan juga tugasnya. Maka dari itu ia meminta pada Ruenn untuk selesai.     

"Puteri, dari awal bukankah kita hanya suka sama suka saja melakukan semuanya?" Akhirnya Kenzo teringat itu. Mereka memang tak pernah memproklamirkan hubungan mutualisme mereka sebagai sebuah hubungan serius. Sama sekali tidak.     

"Begitu kah menurut kau, Kenz?"     

"Kita hanya menjalani hubungan tanpa status, Puteri. Eemmghh..." erang Kenzo ketika tangan Ruenn meremas kemaluan sang Panglima Incubus. "Tolong, jangan... hrrmmhh..."     

"Kau yakin tak merindukanku tubuhku? Kehangatan bara birahiku?" Ruenn sudah menghilangkan pakaiannya menggunakan sihir.     

"Puteri, kumohon ja--ernnghh..." Kenzo merasa kepalanya bagai berputar ketika tangan Ruenn sudah menyusup masuk ke dalam celana dan memijat batang jantan di selatan Kenzo.     

"Keennzzz... ayolaaahhh..." rengek Ruenn manja. "Kau pergi lama sekali. Aku kesepian. Hanya bisa puas jika kau yang menyetubuhi aku, Kenz..."     

"Ermmghh... jangan... hrrgghh..." Bayangan Shelly samar-samar berkelebat di benak Kenzo.     

"Kenzzz... aku tau kau juga menginginkan aku..."     

Kenzo dilema. Ingin menolak Ruenn, tapi dia tetaplah lelaki. Apalagi darah Incubus mengalir dalam dirinya.     

"Lihaatt, Kenz... milikmu sudah bangun hanya dari sentuhan jariku saja. Hihii..."     

"Hrrmmhh..."     

-0-0-0-0-     

"AUKKHH!"     

Pyaar!!     

"Kenapa, Shel?" seorang teman perempuan menanya ke Shelly ketika mereka sedang di sekolah untuk mengikuti ekskul boga.     

"Ermmhh... ini... mangkuk salad jatuh kena kakiku--ougghh!!" Shelly kembali mengerang saat jarinya tertusuk beling mangkuk sewaktu ia akan memunguti pecahan itu.     

"Aiihh! Kamu itu! Kenapa pake tangan? Pake sapu, dong. Tuh kan jadi berdarah!" Temannya segera memeriksa tangan Shelly.     

"Ssshhhh... duh sakiiitt..."     

.     

.     

.     

Shelly baru saja menapakkan kaki di kamar sore ini sepulang sekolah. Belum usai dia melucuti pakaian untuk diganti baju kasual, tiba-tiba muncul Kenzo di dekatnya.     

"Ken--mmpphh!" Gadis itu terkejut menghadapi sikap beringas Kenzo yang langsung merengkuh tengkuk dan melumat agresif bibirnya.     

"Orrmmcpphh! Mrrcphh!" Kenzo tak menjawab namun merespon hanya dengan cumbuan liar.     

Shelly merasakan oksigen mulai menipis di dadanya. Oleh karena itu ia memukuli pelan dada Kenzo berharap pria Incubus itu menghentikan 'serangannya' dan biarkan Shelly meraup oksigen baru sebanyak ia ingin.     

"Mmpphh--phuaahh!" Akhirnya Shelly berhasil melepas pagutan Kenzo. Ia terengah-engah, mencoba ambil oksigen segar memenuhi paru-parunya. "K-kau ini kenapa, sih?"     

Kenzo menatap tajam sensual ke Shelly. "Kau tak suka?"     

"Bukan aku tak suka. Hanya heran saja kenapa kau se... se...beringas tadi. Ada apa?" Tangan kanan Shelly menjejak lembut di dada sang pujaan.     

"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin di dekatmu saja." Jawaban Kenzo kian membuat gadis manusia itu terheran.     

"Tak biasanya kau begini. Tapi..." Senyum mulai terkembang di wajah manis Shelly. "... aku senang kau mengatakan begitu. Aku merasa spes--eeiighh! Kenzo!" Shelly tak bisa menahan seruan akibat sang pujaan sudah menggendong dia secara tiba-tiba.     

Menggerakkan tangan sebisa mungkin, Kenzo menciptakan sebuah dimensi sembari dia membopong Shelly ala princess. Begitu pintu portal muncul, tanpa ragu ia melesat masuk.     

Gadis manis dalam gendongan tak mampu memprotes tindakan pria pujaan. Ia memilih diam dan pasrah dibawa kemanapun oleh Kenzo. 'Asalkan bersama Kenzo.' demikian batinnya.     

Mereka tiba di sebuah ruangan bagai kamar raja. Ranjang besar berkanopi menjadi daya tarik pandangan. Peraduan berwarna merah dengan kanopi emas dan juga demikian warna tirai mengelilingi ranjang, amatlah terkesan mewah.     

"Ken?" Shelly menatap lembut pria terkasih. Kini ia sudah menjejak ke lantai ruangan. Bukan ubin, melainkan karpet tebal.     

"Kenapa?" balas Kenzo ganti tatap Shelly. "Kau tak suka kamar seperti ini?"     

Shelly menggeleng. Sikapnya jadi terkesan grogi. Apalagi menunduk malu-malu, memainkan jemarinya.     

"Lalu ada apa?"     

"A-aku... aku cuma pakai dalaman..." Suara gadis itu nyaris mencicit saking lirih.     

"Hahaha..." Kenzo terbahak. "Kau ini... jadi makin membuat aku gemas saja."     

"Oughh!" Shelly terpekik kecil tatkala Kenzo menarik tubuhnya ke dalam pelukan. Mukanya mendadak merona.     

Tangan kanan tuan Panglima Incubus menggapai dagu Shelly dan menaikkannya. "Bukankah kita sudah sering telanjang bersama? Kenapa masih malu, humm?"     

Shelly tak punya pilihan lain selain balas tatapan lembut Kenzo. "Itu... itu karena... karena kita lebih banyak melakukan...nya di dalam mimpi..." bisik sang gadis.     

Senyum sang Panglima terburai. Gadis dalam rengkuhannya begitu manis dan lugu. Jauh berbeda dengan para wanita yang dia pernah jamah selama ini. "Apakah ini artinya kau ingin lebih banyak kutemui dalam kondisi sadar?"     

Shelly lekas menggeleng. "Ehh! Bukan! Bukan begitu..."     

"Ohhh, kau suka dalam mimpi rupanya," goda Kenzo kian memerahkan pipi Shelly.     

"Jangan salah sangka, Ken!" Shelly menatap memohon seolah sebentar lagi tangisnya akan pecah. Ia takut Kenzo justru salah mengartikan ucapannya. "Aku... aku suka... suka sekali setiap Kenzo datang."     

"Kenapa suka?" Tangan Kenzo mulai mengelus pipi mulus Shelly.     

"Karena... karena..." Shelly kian grogi. Pandangannya dialihkan ke karpet warna hitam di bawah kakinya. Terasa sangat empuk dan nyaman di telapak kaki.     

"Karena kita bisa melakukan seks?" pungkas Kenzo sembari merayapkan tangan ke leher, lalu menuju punggung, menggapai kait bra untuk diurai.     

"Ja-jangan bicara sevulgar itu!" Muka Shelly merah padam hingga telinga.     

Kenzo gemas sekali. "Baiklah, baiklah... aku ulangi." Ia tersenyum nakal. "Karena kita bisa... bercinta."     

Pandangan melengos Shelly terkesan malu kian menaikkan libido Kenzo. Tak ayal pria itu langsung saja merenggut lepas bra, berikut celana dalam mungil sang gadis tanpa memperdulikan pekikan kaget Shelly.     

Apalagi tubuh molek itu didorong hingga rebah ke ranjang dan segera diterjang Kenzo.     

Panglima Incubus melumat semua jengkal tubuh Shelly tanpa bisa dicegah. Terutama titik-titik peka Shelly yang sudah dihafal Kenzo.     

Lenguhan sang gadis manusia memberi nuansa ruangan tersebut. Disahuti oleh deraman berat Kenzo ketika mendesakkan masuk penisnya agar lekas memompa liang hangat Shelly sekuat mungkin.     

Kenzo menyetubuhi Shelly secara agresif melebihi biasanya. Shelly sampai kewalahan. Ia bagai diperkosa, namun menyukainya karena yang melakukan adalah pujaan hati.     

Mulut Kenzo kejam memberi tanda di mana pun ia ingin. Terutama area dada. Entah sudah berapa cupang ia hadiahkan untuk gadisnya.     

Shelly berusaha menyeimbangi permainan Kenzo meski ia terengah-engah nyaris kehabisan nafas. Kenzo betul-betul bermain hardcore. Ranjang berguncang bagai ada gempa.     

Gempa lokal.     

Berkali-kali pria Incubus itu menyetubuhi Shelly bagai tak ada puas. Sang gadis nyaris pingsan dibuatnya. Kenzo menggila.     

Andai Shelly tau alasan Kenzo segila ini... entah akan menangis meraung marah atau akan membenci Kenzo.     

Tuan Panglima melakukan ini pada Shelly--bercinta secara liar dan beringas--karena merasa bersalah. Ya, Kenzo tau dia melakukan kesalahan sebelum ini.     

Teringat kejadian beberapa saat sebelum ia melesat ke dunia manusia menemui Shelly.     

Ia sempat membiarkan Ruenn meng-oral miliknya hanya karena gadis Succubus itu begitu piawai merayunya. Kenzo nyaris lupa diri saat Ruenn mulai membaringkan dia usai saling bercumbu dan menyentuh, lalu siap memasukkan batang intimnya ke dalam liang spesial sang Succubus, jika dia tidak merasakan sengatan di jarinya.     

Ya, itu adalah tepat ketika Shelly terluka jarinya akibat beling mangkuk yang jatuh. Dikarenakan itu, Kenzo langsung mendorong Rueen dan melesat cepat tanpa bisa dikejar Succubus tersebut.     

Setidaknya Kenzo gagal bersenggama dengan Rueen. Ia lebih memilih lari ke Shelly dan meluapkan hasrat seksual pada gadis manusia itu.     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.