Devil's Fruit (21+)

Tuan Jiwa Pedang yang Lugu



Tuan Jiwa Pedang yang Lugu

0Fruit 275: Tuan Jiwa Pedang yang Lugu     
0

"Ah, ya, baiklah." Rogard patuh dan mengambil sabun cair yang sepertinya milik Andrea yang sudah dihibahkan ke Kyuna. Sabun itu dia tuang ke atas bulu basah Kyuna, secukupnya, lalu ia mulai menggosok pelan bulu tersebut.     

"Kepalaku jangan terkena sabun dulu. Fokus pada tubuhku dulu, Ro." Kyuna berlagak bagai bos di sini. Ia memejamkan mata dengan nyaman menikmati gosokan lembut Rogard pada tubuhnya. "Bisakah kau berikan sedikit pijatan ringan?"     

"Kyuna, kau yakin? Apa itu tidak berbahaya untuk lukamu yang baru menutup?" Rogard berhenti sejenak sambil pandangi rubah sebesar kucing di pangkuannya.     

"Percaya saja denganku. Pijatan itu juga untuk mengaktifkan beberapa jalur meridian aku, tentu saja itu bagus untukku, kan?" jawab Kyuna seraya membuka mata emasnya ke Rogard.     

"Baiklah." Rogard menaruh percaya pada ucapan Kyuna. Meski begitu, dia tetap saja tidak ingin mengambil resiko terlalu banyak. Oleh sebab itu, ia hanya memijat sangat perlahan tubuh si rubah nakal.     

Kini bulu-bulu tubuh Kyuna sudah dipenuhi busa sabun berbau sangat wangi. Rubah putih berlumuran busa sabun itu tiba-tiba bergerak rebah di pangkuan Rogard. "Tekuk kedua lututmu, Ro. Topang aku."     

"Baik." Rogard melaksanakan perintah Kyuna, menekuk ke atas kedua lututnya sehingga Kyuna bisa berbaring telentang di paha yang miring tersebut.     

"Gosok perutku, Ro."     

"Baik."     

Sesuai perintah, Rogard menggosok perut Kyuna, dari bagian dada lalu ke perut.     

"Ha-aanghh..." Kyuna mendesah ketika tangan Rogard menggosok lembut bagian perut bawahnya.     

Langsung saja Rogard menghentikan tindakannya, Ia menatap cemas ke Kyuna. "Nona Kyuna, apakah ada yang sakit? Apa gosokanku terlalu keras?" Ia bertanya demikian karena selain Kyuna mendesah, mengerang kecil, bulu di pipi rubah itu juga menyemburatkan warna merah muda meski samar, tapi Rogard melihatnya.     

Kyuna menatap sayu ke arah Rogard. "Ti-tidak... teruskan, teruskan, Ro, kumohon..." pinta Kyuna dengan suara mendesah bagai tak punya daya lagi.     

Setelah yakin Kyuna tidak kesakitan, Rogard melanjutkan menggosok perut Kyuna.     

Rubah nakal itu kembali mengerang lirih dan semburat merah muda pada bulu di pipinya kian kentara. "Haanghh... ke bawah... anghh... ke bawah lagi... haanghh..."     

Rogard agak sangsi melihat mimik muka aneh Kyuna. Apalagi Suara si rubah sungguh aneh. Kenapa ini hampir sama seperti suara Nona Cambion jika sedang... ah tidak, tidak! Rogard pasti berpikir terlalu jauh!     

Bukannya dia tukang mengintip jika tuannya sedang beradegan intim dengan si Nona entah di alam mimpi atau pun di alam nyata, meski ada perbedaan yang signifikan antara kedua alam itu, tapi... dia pernah mendengar Andrea bersuara seaneh itu.     

Mungkinkah yang paling lugu di antara mereka adalah Rogard ketimbang Gazum yang hanya seorang jomblo tua saja? Rasanya Rogard tak hanya jomblo, namun juga cupu mengenai cinta dan seks.     

Andai Gazum mengetahui ini, pasti dia berteriak girang karena lega bukan dirinya yang menempati rangking terbawah urusan mengenal asmara dan seks.     

Kini... kini Rogard hanya bisa termangu melihat sikap ajaib Kyuna yang telentang di pangkuan dia dan bergerak-gerak gelisah dengan kepala bulu putihnya sibuk menengadah dan bersuara ambigu.     

Namun, karena Rogard diserahi tugas untuk menjaga dan merawat Kyuna, maka dia tidak berani melakukan apapun selain segala yang bisa membuat Kyuna nyaman, agar penyembuhan luka-luka sang siluman rubah ekor sembilan itu bisa tuntas dan baik seperti yang diharapkan.     

Sepertinya Kyuna sangat pandai memanfaatkan keluguan dan posisi dia saat ini. Terlebih lagi dia mendapatkan 'dukungan' diam-diam dari Noni Putri dia, dia makin bebas menggoda Rogard, meski harus menahan kesal jika Rogard mulai tidak peka akan perasaan dia pada tuan jiwa pedang kilat.     

Tak apa jika memang Kyuna yang harus memberikan edukasi mengenai banyak hal yang berkaitan dengan cinta, asmara, dan selebihnya pada si tuan lugu, Rogard.     

"Ro... ngghh... bawah situ... yeeaahh... mmhh... itu membuat aku... nyaman..." erangnya setengah berbisik ketika jari-jari Rogard yang terbungkus busa sabun sudah mencapai ke alat kelamin dia. Pahanya bergerak-gerak, menendang-nendang gelisah.     

Rogard picingkan mata. "Kau yakin? Daerah di sini membuatmu nyaman?" Dia melihat si rubah putih menganggukkan kepala disertai bulu di pipinya menyemburatkan warna merah muda. "Tapi ini kan..." Dia hampir mencetuskan bahwa itu adalah daerah kelamin bagi rubah.     

Meski Rogard lugu mengenai seks, namun dia bukan sosok yang tidak memahami anatomi makhluk hidup. Maka dari itu, dia merasa heran ketika Kyuna mengatakan dia merasa nyaman ketika disentuh di bagian itu.     

"Jangan berhenti!" seru Kyuna tertahan dikala tangan Rogard mulai mandek mengusap-usap benda mungil di area intim rubah Kyuna. "Ja-jangan berhenti, Ro... emmghh... aku... rasanya aku mulai menumbuhkan kekuatanku... mulai... membaik... mmhh... kalau kau sering-sering menyentuh di sana... errghh... teruskan, Ro... cepat~" Suara gemetar Kyuna mengiba pada tuan jiwa pedang petir.     

Rogard terpicu akan kalimat 'mulai menumbuhkan kekuatan dan mulai membaik', maka tak ada cara lain selain memang menyentuh area di sana.     

Wajah merona Kyuna makin dramastis. Dan dalam sekejap waktu, dia sudah melolong kecil seraya mengeluarkan sesuatu dari miliknya, walau itu tanpa sepengetahuan Rogard.     

"S-sudah... sudah dulu, Ro... mgghh... aku bisa mati kalau terlalu lama..."     

"Eh!" Rogard langsung saja tarik tangannya dari sana karena kaget Kyuna mengatakan bisa mati jika dia terlalu lama menyentuh di sana. Dia ketakutan.     

Kyuna yang sadar akan ketakutan Rogard hanyalah berikan kikikan kecil dahulu sebelum menenangkan si tuan jiwa pedang petir. "Hihi... Ro, jangan khawatir. Asalkan kau patuh kapan harus menyentuh dan kapan harus berhenti, aku pasti baik-baik saja. Kau bisa yakin itu."     

"Oh, baguslah jika memang begitu." Rogard lega.     

Kyuna memberikan tatapan syahdu ke Rogard, kemudian dua kaki depannya dia julurkan ke depan. Rogard tak paham. "Kemarikan wajahmu, Ro..."     

Rogard patuh dan dekatkan wajahnya ke kaki depan Kyuna. Setelah itu, Kyuna menggapai wajah tampan Rogard dan menarik kepalanya agar bisa mengecup bibir Rogard.     

Pria jiwa pedang petir itu tersentak kaget dan memundurkan kepala ungunya menjauh dari wajah Kyuna dalam bentuk rubah. Bibirnya sempat basah akibat kecupan moncong mungil Kyuna. "Ke-kenapa?"     

Kyuna cemberut seolah sedang ditolak. "Aku hanya memberikan tanda terima kasih padamu saja, kok! Kenapa kau kaget berlebihan seperti itu?" Ia mendengking kesal dan sedih. "Di golongan rubah, hal demikian itu sangat wajar sebagai ungkapan terima kasih, maka dari itu, kau tidak boleh menolak atau aku bisa sakit hati dan berpengaruh pada kesehatanku."     

Rogard segera merubah raut wajahnya menjadi cemas. Dia tak mau Kyuna kembali tidak sehat. Apa kata Andrea nantinya jika dia tidak bisa merawat dan menjaga Kyuna sebaik mungkin?     

"Baiklah, baiklah, sini, berikan lagi ungkapan terima kasihmu tadi." Rogard dengan lugunya meminta adegan itu diulang.     

Kyuna bersorak dalam hatinya karena taktik dia berhasil. Siapa yang tidak mengetahui sifat licik para siluman rubah? Terutama rubah perempuan, berhati-hatilah atau hatimu akan dimakan olehnya.     

Sebenarnya itu hanyalah sebuah idiom saja. Tidak selalu siluman rubah memakan hati manusia seperti rumor. Idiom itu hanyalah memaksudkan bahwa para siluman rubah itu biasanya merupakan sosok yang sangat mempesona, makanya manusia biasa akan terpikat dan akan menyerahkan hati mereka sepenuhnya di bawah pesona itu.     

Maka, Kyuna pun bisa bebas mengecupi bibir Rogard tanpa mendapatkan penolakan si pria pedang itu lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.