Devil's Fruit (21+)

Kuil Empat Dewa



Kuil Empat Dewa

0Fruit 282: Kuil Empat Dewa     
0

Siang pun menjelang. Matahari di alam Cosmo tidak terlalu terik. Alam itu sungguh-sungguh alam yang menentramkan dalam segala aspek. Siangnya tidak terik berlebihan, malamnya pun tidak dingin yang keterlaluan. Semuanya sejuk dan menyenangkan di sana.     

Seperti yang dikatakan Andrea pagi tadi, kini dia udah bersiap-siap untuk pergi keluar dari Cosmo, menjelajahi dunia ciptaan Pangeran Incubus Djanh.     

Pada awal Raja Naga Iblis Heilong mengetahui tentang asal muasal alam itu, dia sempat terkejut, tidak menyangka bahwa dia 'diculik' oleh seorang pangeran yang termahsyur di negeri Underworld. Pantas saja dia tidak menemukan jasad sang istri tercinta kala itu.     

Dan Pangeran Djanh seolah turut membantu sang Raja Naga Heilong dengan menculik klan-nya pula untuk ditaruh di alam ciptaannya. Beberapa klan naga lainnya juga diambil dan dipindahkan ke alam tersebut.     

Tak pelak, Raja Naga Iblis Heilong bisa dengan tenang membantai semua anggota klan-nya dan hanya menyisakan para muda belianya yang tidak tau apa-apa, lalu menguasai banyak klan naga lainnya di alam Pangeran Djanh.     

Kembali ke Andrea. Dia sudah selesai mandi. Siang ini dia memakai pakaian bulu berwarna merah dengan model two-pieces, atasan crop sebatas bawah dada, dan bawahan rok pendek dengan diberi celana ketat warna hitam yang terbuat dari kulit binatang dengan menghilangkan bulu-bulunya.     

Hidup di alam milik Pangeran Djanh menjadikan Andrea menjadi orang yang kreatif demi bertahan hidup. Entah apakah ini sebuah karunia atau bencana dengan diculiknya dia ke alam itu.     

Sedangkan Kuro, dia tampil modis seperti sang mama dengan memakai atasan model crop top berwarna kuning terang yang kontras dengan ekor ularnya yang hitam. Rambut panjangnya diikat kuncir dua penuh gaya dengan masih menyisakan banyak yang diurai lepas. Sungguh bergaya remaja belia. Andrea yang membantu dia menata itu semua.     

Raja Naga Iblis Heilong berubah menjadi wujud manusia biasa. Penampilannya penuh wibawa ala pria matang berumur paruh baya, tampan dan berkharisma. Andrea sudah berpesan pada Raja Naga Heilong agar menyembunyikan aura raja naganya saat mereka di luar nantinya agar tidak menarik banyak perhatian siapapun.     

Yang tidak turut keluar dari Cosmo hanya Kyuna, Rogard, Gazum dan pasangan Noir dan Sabrina. Meski di alam milik Pangeran Djanh tidak jarang melihat seseorang membawa hewan elemen, namun Andrea ingin tidak terlalu menarik perhatian.     

Untuk Kyuna dan Rogard, Andrea sangat paham keduanya sedang menjalankan terapi khusus di kamar. Andrea sudah berkomunikasi secara batin dengan Kyuna sebelumnya dan tidak ingin mengusik dua orang yang sedang 'sibuk' itu.     

Begitu mereka keluar dari alam Cosmo, mereka ada di sebuah pinggiran desa.     

"Di mana ini, yah?" Andrea menatap sekelilingnya. "Kayaknya kok rada beda suasananya. Atau cuma perasaan aku aja, nih?" Ia menoleh ke Raja Naga Heilong. Dengan absennya Rogard yang biasanya mampu diandalkan dalam hal apa saja, kini ada Raja Heilong yang bisa menggantikan si jiwa pedang petir.     

Raja Naga Iblis Heilong melonjak sebentar ke angkasa dan mengendus sekitarnya, lalu kembali turun menjejak tanah. "Sepertinya ini sudah masuk di kawasan desa lain. Bukan lagi Desa Awan Hijau."     

"Oh ya?" Andrea menaikkan kedua alisnya. "Kira-kira desa apa ini?"     

Raja Naga Iblis Heilong berjalan berputar sebentar, lalu kembali ke dekat Andrea. "Ini sepertinya Desa Embun Senja."     

"Desa Embun Senja?" beo Andrea menggunakan nada tanya.     

Raja Naga Heilong mengangguk pasti. "Aku yakin ini memang Desa Embun Senja, Tuan Putri. Udaranya persis seperti yang biasanya ada di Desa Embun Senja."     

"Memangnya udaranya gimana, tuh?" Andrea ingin tau.     

"Udara di Desa Embun Senja ini unik. Rasanya sejuk sepanjang waktu. Dan sangat segar. Berbeda dengan udara di desa lainnya." Raja Naga Heilong menjelaskan.     

Andrea manggut-manggut paham. "Hum, iya juga, sih! Kerasa enak nih hawanya, udaranya juga bersih. Desa yang keren!"     

"Ini karena di desa ini memiliki pusaka yang ada di tengah desa."     

"Pusaka apa itu?"     

"Pohon beringin raksasa yang mampu menebarkan aura segar dan bersih bagi sekitarnya."     

Andrea manggut-manggut untuk kedua kalinya mendengar penjelasan singkat Raja Naga Iblis Heilong. "Pantas aja."     

Mereka pun mulai melangkah untuk memasuki Desa Embun Senja.     

Belum sampai di desa, mereka menemukan sebuah kuil tua yang berdiri kokoh bagai tidak tergerus masa.     

"Kuil apa ini? Kayak tua kagak terurus, tapi kayak masih kokoh aja gak rubuh." Andrea memandangi kuil tua yang ada di hadapannya.     

"Ini kuil untuk memuja empat dewa." Raja Naga Heilong mengungkapkan. "Meski aku sendiri tidak tau menahu mengenai kuil ini, tapi kuil ini cukup sering kudengar."     

"Kuil untuk memuja empat dewa?" ulang Andrea sambil matanya tidak lepas dari kuil tua yang seperti kuno itu. "Kira-kira dewa apa aja yang dipuja di sini, yah?" Ia jadi penasaran.     

"Kenapa kita tidak masuk ke sana saja, Ma?!" Kuro mencetuskan ide. Ia paham sang mama mulai penasaran dari logat bicaranya yang terus bertanya. Ini mirip dengan dirinya sendiri jika ingin tau mengenai sesuatu.     

Andrea mengangguk dan kakinya melangkah masuk ke dalam kuil. Raja Naga Heilong dan yang lainnya pun mengikuti.     

Di dalam kuil, suasana cukup bersih, pertanda masih disinggahi orang-orang yang ingin berdoa atau sekedar duduk saja.     

Ada empat buah patung besar di dalam ruang utama kuil. Wajah para dewa yang dipahatkan di patung itu tampak menyeramkan namun penuh wibawa.     

"Dewa apa sih ini? Kok seram gini?" Andrea bertanya-tanya. "Dewa kematian? Dewa kemurkaan? Atau Dewa baper?" Ia terkekeh sendiri akan ucapannya yang asal bunyi.     

"Lancang!" Sebuah suara bergema di seluruh ruangan utama kuil.     

Andrea dan yang lainnya terkejut bukan kepalang. Suara itu terdengar tua dan kuno. Seolah berasal dari dimensi lain yang susah dibayangkan.     

"A-apakah itu dewanya, Ma?" Kuro merasakan nyalinya menciut menjadi setengah.     

"Berani-beraninya kalian tidak menghormati kami, empat dewa pujaan nirwana!" Suara lain bergema pula dari arah lain.     

Andrea dan kelompoknya menelan ludah. Bahkan Raja Naga Heilong mulai mengerutkan keningnya, bersikap waspada. Jika memang dia harus bertempur dengan sosok selevel dewa, maka ini bukan main-main lagi!     

Meneguhkan hati untuk menekan rasa takutnya, Andrea berkata, "Anu... tuan-tuan dewa, kami minta maaf jika ada sikap ataupun kata-kata kami yang tidak pantas."     

"Jelas itu kau sendiri yang sangat lancang berucap, dasar gadis jalang!" teriak sebuah suara yang tidak kalah kunonya.     

"Berlutut segera dan kowtow[1] yang benar pada kami berempat, maka kami akan anggap kau tidak pernah berbuat apa-apa, gadis!" Suara keempat muncul dengan penuh wibawa yang mampu menggetarkan sanubari siapapun.     

Andrea mengernyitkan dahinya. Berlutut? Kowtow? Memangnya mereka berempat siapa sehingga dia harus melakukan itu semua? Sebegitu rendahkah dia di mata sosok yang katanya dewa itu?     

[1] Sikap penghormatan tertinggi di Tiongkok dengan cara bersujud dan menyentuhkan dahi ke tanah sebanyak (biasanya) tiga kali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.