Devil's Fruit (21+)

Bertemu Ayah dari Bekas Musuh



Bertemu Ayah dari Bekas Musuh

0Fruit 298: Bertemu Ayah dari Bekas Musuh     
0

Andrea memiringkan kepalanya sambil mengusap-usap tangan yang menabrak dinding tidak kentara tadi. "Array? Penghalang? Apa itu, Paman?"     

Raja Naga Iblis Heilong mengambil tangan Andrea yang sakit dan mengusap sebentar. Seketika Andrea merasa tangannya jauh lebih enakan.     

"Makasih, Paman. Tenaga healing Paman keren!" Andrea baru tau ternyata Raja Naga Heilong selain kuat, dia juga memiliki tenaga penyembuh.     

"Hmm." Raja Naga Iblis Heilong mengangguk. Lalu mulai menjelaskan tentang pertanyaan Andrea sebelumnya. "Array adalah kumpulan dari rune, dari rune sederhana hingga rune rumit. Array semacam mantra ajaib yang bisa mengatur berbagai hal, dari memindahkan barang, memblokir serangan lawan, meniadakan suara pada ruangan, menghalangi serangan lawan, dan banyak lagi fungsinya."     

"Rune?" Otak Andrea segera memproses. Sepertinya dia pernah mendengar tentang rune dari berbagai bacaan yang pernah dia 'lahap' sewaktu kecil. "Apakah rune itu seperti tulisan magis kuno?"     

"Betul." Raja Naga Heilong mengangguk. "Rune adalah tulisan magis untuk membuat jimat dan array. Dan bahkan bisa dituliskan pada senjata agar lebih kuat dan lebih tirani."     

Seketika, Andrea tertarik untuk mempelajari rune. "Kalau umurku cukup, aku ingin belajar rune! Paman, apa rune bisa dipelajari secara otodidak?"     

Raja Heilong agak terkejut mendengar keinginan Andrea. "Mempelajari rune? Ah, jujur saja itu agak susah, Putri. Rune itu serumit alkemia, bahkan mungkin lebih susah daripada alkemia."     

Rogard maju untuk ikut berkomentar. "Pantas saja banyak ahli rune yang berusia sangat tua, bahkan ada yang mencapai usia ribuan tahun."     

"Kau benar, Rogard." Raja Heilong mengiyakan. "Para ahli rune itu sangat tua-tua karena mempelajari rune bisa menghabiskan waktu sampai ratusan tahun, itu pun pelajaran dasarnya saja."     

"Tapi... jika menilik dari bakat jenius Nona Andrea, saya rasa dia akan mudah mempelajari rune." Rogard menoleh ke Andrea.     

Mata Andrea berbinar gembira. "Aiihh! Makasih, Ro! Kamu emang yang paling ngerti aku!" Andrea memeluk Rogard, namun lekas dia lepaskan demi melihat wajah Kyuna dan Dante yang agak masam. "Ehe he hee... sori... saking hepi-nya..." Ia pun menepuk-nepuk dada Rogard seolah-olah sedang membuang bekas-bekas aura dia di sana.     

"Bocah, kau ingin belajar rune?" tanya Dante.     

Andrea mengangguk tegas. "Meski usiaku tidak panjang, tapi aku tetap ingin belajar rune. Aku akan berusaha biar bisa cepat kuasai rune!" Dia penuh semangat mengatakannya, lalu matanya pun tertuju pada deretan jimat yang dipajang di rak-rak kayu.     

Jimat peniada rasa sakit, jimat penahan serangan api, jimat pelepas tenaga air, jimat pelindung area, jimat penghisap racun, jimat petir, jimat guntur api, jimat badai, dan banyak lagi lainnya. Rasanya Andrea ingin membeli itu semua untuk dia pelajari.     

"Apa ada buku untuk mempelajari rune?" tanya Andrea pada Raja Naga Heilong.     

"Sepertinya tidak ada, Nona. Meskipun ada, itu sangat langka dan tidak semua orang bisa menemukannya." Raja Naga Heilong mendesah.       

Andrea bisa mengerti kenapa buku untuk mempelajari rune itu langka bahkan mungkin sudah punah. Karena kalau buku itu ada, maka penjual jimat akan tidak laku. Meski begitu, diperlukan ilmu batin yang tinggi dan fokus yang kuat untuk mempelajari rune. Raja Naga Heilong memaparkan itu pada Andrea.     

Walau begitu, Andrea tetap tidak surut akan keinginannya mempelajari aksara magis, rune.     

"Kalau Tuan Putri memeriksa beberapa benda belanjaan Putri nantinya, Tuan Putri mungkin akan menemukan aksara rune di benda itu, seperti sepatu tahan air, mungkin itu ada rune tahan air di sepatu tersebut." Raja Heilong menambahkan.     

"Ini menandakan masih ada beberapa ahli rune di alam ini. Benar, kan?" Andrea mencapai konklusi. "Buktinya, banyak benda magis dijual bebas dan bahkan jimat."     

"Benar, Tuan Putri. Meski begitu, para ahli rune biasanya hidup tersembunyi dari alam publik. Mereka seperti alkemis yang diperebutkan banyak klan untuk dimanfaatkan kemampuannya.     

Andrea mengulum bibirnya sambil berpikir sendiri.     

Karena tidak bisa membeli buku tentang jimat, dia pun memutuskan untuk membeli beberapa jimat. Setelah puas berbelanja jimat hingga menghabiskan tiga ratus batu emas lebih, dia tidak merasa itu sebagai kerugian. Siapa tau dengan mengamati jimat yang dia beli, dia bisa mempelajari dari sana.     

Dari Raja Naga Iblis Heilong, dikatakan bahwa membutuhkan tenaga mental dan energi untuk melepaskan kekuatan jimat. Andrea cukup percaya diri mengenai itu.     

Setelah menyimpan banyak jimat di RingGo, mereka pun turun hingga ke lantai dasar. Hari ini Andrea hampir menghabiskan seribu batu emas hanya untuk berbelanja di Paviliun Giok Sempurna saja. Namun, dia tidak merasa terbebani mengenai itu. Batu emasnya masih sangat berlimpah di RingGo.     

Seribu batu emas bagai ujung dari seluruh emas yang dia miliki saat ini.     

Saat mereka sedang berjalan santai menelusuri jalanan ramai dari Paviliun Giok Sempurna, langkah mereka dihadang sekelompok orang.     

"Akhirnya aku menemukan kalian!" seru pemimpin kelompok yang berperawakan lelaki tua namun masih tampak gagah perkasa. Rambut dan jenggotnya sudah memutih namun badannya kekar, menunjukkan vitalitas yang bagus.     

"Kepala Desa Awan Hijau..." gumam Raja Naga Iblis Heilong.     

Andrea menoleh ke Raja Heilong. "Kepala Desa Awan Hijau?" ulangnya. Dia lekas menatap Dante. Keduanya seperti memiliki pemikiran yang sama.     

"Ya, aku memang Kepala Desa Awan Hijau! Dan aku ingin dua bocah keparat itu diserahkan padaku!" Kepala Desa Awan Hijau menunjuk ke Andrea dan Dante.     

"Kenapa aku harus ikut kamu?" Andrea berlagak tenang dan seolah tidak mengerti apa-apa.     

Tiba-tiba, dari kerumunan kelompok penghadang itu, muncul sosok perempuan. "Paman Avgar, mereka benar-benar pembunuh dari Regan!" Ternyata itu Nona Aiko, kekasih dari anak Kepala Desa Awan Hijau, Regan.     

Karena keributan itu, banyak orang awam di jalan yang memilih menyingkir dari sana daripada terkena imbasnya nanti. Banyak orang melihat kejadian itu dari jauh karena ingin tau saja.     

"Oh... Regan?" Andrea berucap santai.     

"Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatan kejimu pada anakku, Regan!" teriak Kepala Desa Awan Hijau, Tuan Avgar.     

"Jadi... menurutmu... aku ini keji?" Andrea masih memasang sikap santai dan tenang karena dia yakin Tuan Avgar dan para pengikutnya tidak akan bisa seenaknya pada dia. Terutama karena ada Raja Naga Iblis Heilong di sana.     

"Ya! Kau keji!" balas Kepala Desa Awan Hijau penuh murka.     

Seketika, kerumunan orang yang berdiri jauh pun paham apa yang terjadi.     

"Ternyata gadis itu pembunuh dari anak Kepala Desa Awan Hijau, Tuan Muda Regan!"     

"Tidak kusangka anak Kepala Desa Awan Hijau yang terlihat gahar itu bisa dibunuh oleh perempuan yang sepertinya lemah."     

"Hei, hati-hati ucapanmu atau Kepala Desa Awan Hijau akan mencabut lidahmu nantinya."     

"Akhirnya misteri dibalik kematian anak Kepala Desa Awan Hijau pun terkuak sekarang! Ternyata dia dibunuh gadis itu!"     

Andrea tidak menghiraukan bisik-bisik dari orang di sekitar mereka. Meski mereka berada agak jauh darinya, Andrea bisa mendengar melalui kekuatan batin dia. "Oh! Jadi... kalau aku melawan seseorang yang ingin membunuh aku, itu dinamakan kekejian? Ckckck... sungguh analogi yang sangat hebat dari Kepala Desa Awan Hijau! Aku takjub mendengarnya."     

Kerumunan orang segera berkasak-kusuk kembali.     

"Ternyata gadis itu akan dibunuh Regan terlebih dahulu!"     

"Dan ironisnya, Regan justru terbunuh oleh orang yang ingin dia bunuh!"     

"Mungkin ini balasan dari langit atas kekejaman Regan selama ini..."     

"Hei, pelankan suaramu!"     

Mata nyalang Kepala Desa Awan Hijau tidak berpindah dari Andrea dan Dante. Ia ingin merobek mereka berdua menjadi jutaan serpihan. "Apapun alasannya, kau tidak berhak membunuh anakku! Dia benar atau salah, kau tidak punya hak menuai nyawanya! SERANG!" Kepala Desa Awan Hijau berteriak dan mengomando anak buahnya untuk menyerang Andrea dan kelompoknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.