Devil's Fruit (21+)

Shop Till You Drop



Shop Till You Drop

0Fruit 297: Shop Till You Drop     
0

Di toko lain, Andrea mulai berbelanja yang lainnya. Apalagi setelah dia bertemu Kyuna, maka trio Andrea - Kyuna - Kuro pun memisahkan diri dari para pria dan mereka berjalan ke daerah yang menjual baju biasa yang cantik-cantik.     

Andrea membeli lima belas pakaian untuk dirinya dan dia membelikan Kyuna sepuluh potong baju dan membelikan Kuro sepuluh potong baju pula untuk adilnya.     

"Noni Putri, kenapa membelanjakan kami banyak pakaian begini?" Meski terdengar tak enak hati, Kyuna tetap saja senang dibelikan banyak pakaian baru yang indah dan cantik.     

"Anggap aja ini kenang-kenangan kalo entar aku udah gak ada lagi..." sahut Andrea ringan.     

Kuro segera memasang wajah cemberutnya. "Aku tak suka Mama bicara macam itu..." rajuknya. Andrea tertawa santai dan mengecup kepala sang anak angkat.     

Setelah itu, dia berbelanja alat-alat dapur, dari pengaduk sop otomatis, tungku pemercepat kematangan, wajan penikmat makanan, pisau pencincang, dan banyak lainnya.     

Puas di toko peralatan dapur, mereka berpindah ke toko lainnya untuk berbelanja alat kecantikan. Trio beda ras ini sibuk memilih kosmetik dan sesekali mereka terkikik sambil terus mengobrol.     

Maka, alhasil Andrea sudah memborong banyak kosmetik: bubuk peri untuk pencerah wajah, bubuk berlian untuk membuat wajah berkilau cantik, pasta emas untuk menjaga keindahan dan kekenyalan kulit, pemerah bibir yang tahan seharian meski untuk berciuman selama berjam-jam, sisir untuk menjaga keindahan rambut agar rambut makin berkilau dan kuat, dan banyak pewangi tubuh lainnya.     

Dia juga membeli sepuluh botol madu merah untuk dia bagikan nantinya pada anggota kelompoknya yang berjenis kelamin perempuan. Madu merah itu berkhasiat untuk menyehatkan kulit dan sekaligus memperlancar peredaran darah. Bisa dioles dan dimakan.     

Ada juga lumpur kecantikan yang digunakan seperti masker pada umumnya. Bahkan ada pula penumbuh bulu mata agar bulu mata tampil lebat dan lentik. Andrea sangat puas dengan barang di toko-toko Paviliun Giok Sempurna.     

"Hei, itu ada toko yang jualan asesoris!" teriak Andrea setelah dia menyimpan semua belanjaan terakhir ke RingGo lagi. Semoga saja para pedang dia di sana tidak kaget mendapati RingGo dijejali banyak barang ajaib.     

Trio itu pun bergegas ke toko yang ditunjuk Andrea. Benar saja, di sana menjual berbagai asesoris. Ketiganya menyebar di toko untuk memilih barang-barang kesukaan mereka masing-masing.     

Andrea sudah mulai menumpuk barang di keranjang. Ada gelang dari mutiara laut hantu, kalung permata penambah aura, jepit rambut, pita rambut aneka model dan warna, kipas bulu phoenix, dan cermin ajaib.     

Sedangkan Kyuna dan Kuro sudah menenteng keranjang belanja mereka yang juga dipenuhi banyak asesoris pilihan mereka sendiri. Andrea bersikeras kembali membayar semuanya dengan alasan itu sebagai kenang-kenangan darinya untuk mereka yang dia sayang.     

Setelah puas berbelanja hampir seluruh toko di lantai empat, Andrea pun menghubungi Dante agar mereka bertemu di lantai lima, di restoran. Andrea penasaran, ingin mencicipi masakan tempat itu yang katanya terbaik.     

Kaki mereka pun melangkah ke sebuah restoran tunggal yang mengambil tempat seluruh lantai lima saja.     

"Restoran Dewa Giok." Andrea membaca papan nama restoran yang terpampang megah di atas pintu masuk. Di sisi kanan kiri pintu masuk ada dua penjaga yang sepertinya merupakan hewan iblis. Tampang mereka tidak seram tapi tegas.     

Andrea dan trio itu pun masuk ke dalam ruangan Restoran Dewa Giok, mencari Dante dan yang lainnya.     

"Andrea, di sini!" Dante melambaikan singkat tangannya ke udara untuk menarik perhatian Andrea yang tengah menatap sekeliling ruangan luas itu. Restoran sudah setengahnya berisi oleh orang-orang yang hendak bersantap.     

Mendengar ucapan Dante yang ternyata berada di sebuah sudut restoran, ia pun tersenyum dan mengajak Kyuna serta Kuro untuk menghampiri para pria.     

"Wah, pinter banget kamu, Dan, milih di dekat jendela gini!" puji Andrea pada Dante seraya menarik kursi untuk dirinya. Namun, Raja Naga Iblis Heilong membimbing Andrea untuk menggunakan kursi yang tadinya ia duduki, di sebelah Dante.     

Andrea tidak menolak dan berpindah duduk di sisi Dante. Di sisi lain dia ada Kyuna, lalu Rogard. Sedangkan Raja Naga Heilong dan sisanya menempati kursi di seberang Andrea. Mereka mengambil meja yang bisa menampung sepuluh orang.     

Mereka pun mulai memesan berbagai jenis makanan yang paling enak dan populer di restoran tersebut.     

Dante menatap Andrea. "Sudah berapa banyak batu emas yang kau belanjakan hari ini?"     

Sang Cambion terkekeh membalas tatapan Dante. "Lama-lama aku jadi ngerasa kamu mirip akuntan aku, deh. Hi hi hi! Santai aja, Dan. Sekitar seratus batu emas doang, kok!"     

"Aku bukannya ingin mengekang selera belanjamu, hanya bertanya saja sebagai suamimu." Dante menjawab tak kalah santai.     

Andrea menyodok lengan Dante. "Kata siapa kau suamiku, heh?! Pede yang terlalu tinggi," seloroh Andrea.     

Dante tidak tersinggung dengan olok-olok dari Andrea. "Kalau kau tidak mau mengakui hari ini, maka pasti akan datang kau akan mengakui aku sebagai suamimu, bocah." Dante masih bersikap tenang.     

Kuro terkikik bersama Kyuna. Raja Heilong tertawa penuh wibawa sambil tak lupa mengelus jenggot seujung bulu ekor sapi. Shiro menggeleng-geleng melihat perdebatan kedua mama dan papanya. Rogard tersenyum simpul. Hanya Gazum yang berlagak acuh tak acuh.     

Usai makan hingga kenyang, mereka pun turun ke bawah.     

"Makanan di Restoran Dewa Giok ternyata beneran enak, yak!" Andrea mengelus-elus perutnya yang penuh dan kenyang.     

"Benar, Putri. Restoran Dewa Giok memang membawa nama besarnya di banyak desa sekitar sini. Dan konon banyak petinggi desa-desa tetangga dan para bangsawan desa lainnya memilih makan di Restoran Dewa Giok ketimbang restoran di desa mereka sendiri." Raja Naga Heilong menjelaskan.     

"Oh, pantas aja putaran perekonomian di desa ini kayak maju pesat, yak! Ternyata ini berkat Restoran Dewa Giok yang bisa membawa banyak orang ke desa ini sekaligus meningkatkan perekonomiannya." Andrea menggut-manggut paham.     

"Siapa pemilik Restoran Dewa Giok?" Dante penasaran. Pandangannya ke arah Raja Naga Heilong yang pastinya tau.     

"Pemilik Restoran Dewa Giok juga pemilik Paviliun Giok Sempurna, klan Stegar." Raja Naga Heilong mengungkapkan.     

"Wow! Pintar bener klan Stegar bikin Restoran Dewa Giok ada di Paviliun sekalian! Selain memikat dengan makanannya, pengunjung bakalan tergelitik untuk berbelanja juga!" Andrea mengagumi cara berbisnis dari klan Stegar. "Memangnya klan Stegar itu dari ras apa, Paman?"     

"Mereka ras iblis murni. Namun, nama mereka bersih, karena mereka tidak pernah berbuat hal-hal keji. Mereka lebih mementingkan kelanggengan bisnis, makanya mereka tidak pernah ikut campur akan hiruk pikuk masalah apapun selain bisnis mereka sendiri." Raja Heilong menjelaskan kembali.     

"Pintar!" puji Andrea. "Dengan memertahankan sikap netral dan tak ikut campur, mereka tidak akan menodai hubungan dengan para pelanggan mereka sehingga bisnis bisa terus lancar. Keren, itu langkah yang keren."     

Ketika mereka sampai di lantai empat, mata Andrea menangkap sebuah plang nama toko, Pondok Jimat. "Paman, itu apa?" Dia menunjuk ke toko Pondok Jimat yang berada tidak jauh dari tangga usai turun dari lantai lima.     

Pandangan mata Raja Naga Heilong mengikuti telunjuk Andrea. "Oh, itu toko yang khusus menjual jimat."     

"Ke sana, yuk! Aku jadi penasaran." Andrea sudah berjalan cepat ke Pondok Jimat. Toko itu bergaya natural dengan banyak dipenuhi ornamen kayu di seluruh ruangan, menimbulkan kesan alam dan misterius.     

"Tuan Raja, apakah jimat itu berguna?" tanya Dante sambil mengikuti Andrea.     

Raja Naga Heilong mengangguk. "Untuk beberapa hal, itu memang sangat berguna, tergantung penggunaan dan situasi yang didapatkan."     

Andrea sudah memasuki Pondok Jimat dan matanya melihat-lihat ke etalase berbentuk rak bersusun lima dari kayu. Ketika dia akan menyentuh jimat, tiba-tiba ada penghalang tidak kentara yang membuat tangan Andrea bagai menabrak dinding tebal. "Kok aneh?"     

"Setiap rak di sini diberi array penghalang, Putri." Raja Naga Heilong memberi tau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.