Devil's Fruit (21+)

Shopping Time!



Shopping Time!

0Fruit 296: Shopping Time!     
0

Dante tidak mengira Andrea akan membelikannya sebuah cincin ruang seperti yang selama ini dia angan-angankan. Meski level cincin ruang itu tidak setinggi milik Andrea, tapi bisa memiliki satu saja sudah menggirangkan hatinya secara diam-diam.     

Yang lebih pentingnya lagi... itu dibelikan oleh orang yang dia cintai.     

Harga cincin ruang untuk Dante adalah dua batu emas. Andrea tampak tidak ragu-ragu ketika mengeluarkannya saat membayar. Andrea ini sudah setingkat sultan jika di alam milik Pangeran Djanh ini, loh!     

"Kuro dan Shiro mau juga? Cincin ruang kayak punya Papa?" tawar Andrea ke dua anak hybrid dia yang berdiri tidak jauh darinya.     

"Ah, jangan Putri!" Raja Naga Iblis Heilong langsung menolaknya. "Biar aku saja yang membelikan itu untuk mereka berdua." Sang Raja lekas berkata. "Kuro, Shiro, lekas pilih cincin ruang yang kalian suka, berapapun harganya, akan ayah belikan."     

Andrea sudah ingin menyahut, namun mendadak saja dia mendapatkan transmisi suara dari Raja Naga Iblis Heilong. "Tuan Putri, biar aku saja yang memanjakan mereka mulai kini. Aku juga ingin mereka menghargai dan menyayangi aku seperti rasa sayang mereka ke Tuan Putri."     

Setelah mendengar suara itu di kepalanya, Andrea tersenyum dan memberi anggukan kecil ke Raja Naga Iblis Heilong. Ia pun paham bahwa Raja Heilong juga ingin dianggap ayah yang hebat untuk kedua anaknya.     

Kuro dan Shiro pun sibuk memilih cincin ruang. Shiro memilih yang mirip dengan milik Papa Dante, sedangkan Kuro tidak perduli kapasitas ruang pada cincinnya asalkan warnanya dia suka, maka dia memilih itu.     

Pilihan Kuro jatuh pada cincin warna merah yang berserabut keemasan mengkilat. Kapasitas yang dimiliki cincin itu adalah lima puluh gajah. Gadis hybrid ini tidak mempersoalkannya karena sang ayah berjanji jika ada pelelangan dan menemukan cincin yang sejenis dengan milik Andrea, maka ia akan membelikannya.     

Ketika Andrea menawarkan untuk membelikan ruang penyimpanan jiwa yang bisa menyimpan makhluk hidup seperti Ikat Pinggang Dunia milik Andrea, Dante menolak. "Cincin Ruang ini saja sudah cukup, bocah."     

"Oke, kamu yang bilang, loh yah! Jangan bilang aku pelit gak mau belikan kamu itu, loh!" Andrea menusuk-nusuk dada Dante menggunakan ujung telunjuknya.     

Dante menangkap telunjuk itu dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Andrea. Lain kali aku akan ganti yang memanjakan kamu dan membelikanmu apapun yang kau mau."     

Andrea menarik kembali jari yang digenggam Dante. "Apaan, sih Dan... gombal banget. Udah tau usia aku ini pendek, masih gaya-gayaan berjanji yang kayak gitu..."     

Wajah Tuan Nephilim mendadak digelayuti mendung gelap mendengar kalimat dari Andrea. Kesal karena Andrea mengungkit-ungkit mengenai hal tabu itu, ia pun mengepit leher Andrea pada ketiaknya. "Terus saja bicara seperti itu dan kau harus seharian di ketiakku, bocah!"     

"Aduduh! Aha ha ha ha! Iya, iya, maaf... oiii, lepas, oii! Ketekmu itu bau, Dante!" teriak Andrea sehingga menimbulkan perhatian orang-orang di situ yang sedang berbelanja.     

Kuro terkikik melihat dua orang tua angkatnya.     

Setelah Raja Naga Iblis Heilong membayar belanjaan sang anak, mereka pun beralih ke toko lain yang menjual baju-baju magis.     

"Wuah! Ini ada baju tahan api! Ada juga baju anti air!" Andrea tercengang menatap banyaknya baju-baju ajaib yang ada di toko tersebut.     

Kuro mengacungkan benda di tangannya. "Mama, lihat! Sepatu kilat!"     

Andrea menoleh dan menghampiri sang anak hybrid hitam. Ia pandangi sepatu berwarna putih bentuk ankle boot. Pelayan segera mendatangi mereka.     

"Silahkan, Nona dan Nyonya. Ini Boot Kilat." Pelayan itu mengira Andrea dan Kuro adalah sepasang ibu dan anak, makanya dia memanggil Nona dan Nyonya ke mereka.     

"Gunanya apa aja, Mbak?" tanya Andrea pada si pelayan.     

"Bisa membuat pemakainya berjalan sangat cepat." Pelayan memasang wajah sopan. Ini adalah dunia persaingan, maka dia harus meladeni pembeli dengan sebaik mungkin agar tokonya sering dikunjungi orang untuk berlangganan.     

"Apakah lebih cepat dari Menjangan Iblis?" tanya Raja Naga Heilong pada sang pelayan.     

"Maaf, Tuan." Pelayan itu menundukkan kepala dengan hormat, "Kalau untuk mengalahkan kecepatan Menjangan Iblis, rasanya belum bisa."     

Raja Naga Iblis Heilong percaya ucapan pelayan toko itu. Para pelayan di semua toko yang ada di Paviliun Giok Sempurna sudah disumpah untuk berkata jujur mengenai barang-barang yang mereka jual, agar tidak terjadi keluhan dari pelanggan nantinya, yang bisa membawa dampak nama buruk untuk bisnis Paviliun Giok Emas.     

Tidah heran, semua pelayan yang mereka temui tidak segan-segan berkata akan kualitas barang mereka, meskipun rendah.      

Andrea bertanya ke Raja Naga Iblis Heilong. "Secepat apa Menjangan Iblis, Paman?"     

"Sangat cepat. Hanya dengan satu kedipan mata, dia bisa berpindah sejauh lima puluh meter." Raja Naga Iblis menjawab. "Bahkan aku kalah cepat."     

"Wuaahh..." Andrea takjub. "Satu kedipan mata sejauh lima puluh meter! Menakutkan..."     

"Benar. Menjangan Iblis lumayan ditakuti karena kecepatannya, meski kekuatannya tidak seberapa. Yang bisa menanganinya hanyalah Klan Burung Hantu Iblis yang bermata sangat awas dan mampu melihat pergerakan dari Menjangan Iblis."     

"Yah, di dunia ini tidak ada kesempurnaan absolut." Dante menimpali. "Semua hal ada kelebihan dan kekurangan masing-masing."     

"Benar, Tuan Dante." Raja Naga Iblis Heilong setuju akan ucapan Dante.     

"Ada sepatu untuk terbang?" tanya Andrea pada pelayan.     

"Ada, Nyonya. Mari saya tunjukkan bagian yang itu." Pelayan mempersilahkan Andrea untuk mengikutinya di area lain toko.     

Andrea dan semuanya pun mengikuti sang pelayan.     

"Silahkan, Nyonya. Ini semua sepatu terbang." Pelayan membawa mereka ke lorong kecil yang dipenuhi deretan sepatu berbagai jenis dan model. "Anda bisa memilih model yang Anda suka, lalu kami akan mencarikan ukuran yang tepat untuk Nyonya."     

Mata Andrea berbinar senang. Dia masih juga belum bisa terbang semenjak masuk ke alam milik Pangeran Djanh. Hanya terus dan terus mengandalkan kekuatan Mossa dia untuk melambungkan dia sejenak di udara. "Oke, aku pilih dulu, yah!"     

Kuro ikut memilihkan sepatu terbang untuk sang mama. Keduanya asik dengan sepatu-sepatu di sana. Sedangkan yang lain memilih untuk mencari benda lain di toko itu daripada menunggu Andrea.     

Setelah berbagai pertimbangan dan penilaian, Andrea membeli sepatu terbang model boot sebetis dari bahan kulit berwarna hitam yang memiliki hiasan ikat warna emas di sekeliling boot-nya. Ia menyodorkan boot itu untuk dicarikan ukuran yang pas untuk kaki dia.     

Andrea juga akhirnya memilih sepatu terbang lain model ankle boot cantik warna merah tua. Kuro hanya menatap mendamba ke sepatu-sepatu itu karena dia belum memiliki kaki ala manusia.     

"Tak apa, Mama yakin nanti kalau kau sudah memakan kristal api kamu, pasti kekuatan kamu bakalan bikin Kuro sayank punya kaki yang cantik," hibur Andrea sembari mengelus pipi sang anak angkat. Kuro mengangguk.     

Setelah membayar dua pasang sepatu terbang untuk dirinya, Andrea dan yang lain tidak segera keluar dari sana. Andrea justru berbelanja banyak di sana. Mantel anti dingin, mantel tahan air, jubah peningkat kekuatan, baju anti racun, sarung tangan beracun, sepatu tahan air.      

Dante hanya berdecak kagum melihat belanjaan Andrea. "Wanita memang luar biasa dalam hal berbelanja."     

"Makasih pujiannya, tapi ini bukan untuk aku semua, kok!" Andrea berujar santai sambil simpan belanjaan yang telah dia bayar ke dalam RingGo lalu berjalan keluar dari toko itu. "Ayo, kita masih harus berburu barang keren lainnya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.