Devil's Fruit (21+)

Untung Ada Jimat



Untung Ada Jimat

0Fruit 300: Untung Ada Jimat     
0

Dante tidak ingin berhenti. Tombak naginata dia makin beringas ingin meraung ganas ke belasan lawan yang mengepung. Ia ingin bertarung di udara meski tidak setinggi medan pertempuran Raja Naga Heilong dengan dua lawannya, tapi dia segera teringat Andrea.     

Mereka bisa terkena hukuman petir dari langit yang akan menghantam mereka berdua jika berpisah jarak lebih dari seratus meter.     

Akhirnya, dengan meneguhkan hatinya, Dante tetap menapak tanah dan mengayunkan naginata dia lebih agresif lagi.     

Andrea sudah berhasil membunuh dua lawannya dengan bantuan duo pedang kuno yang bergerak anggun namun berbahaya.     

Gadis Cambion itu mulai terengah-engah dan memandang empat belas sisanya yang terkekeh jahat menatap Andrea.     

"He he... Nona, apakah lebih baik kau patuh ikut kami saja daripada bertarung begini melelahkan? Kami janji kami akan membuatmu senang dan kau akan merasa di surga nantinya." Salah satu lawan Andrea menatap mesum ke Andrea yang molek.     

"Ya, kau benar, Zebra. Betina seindah dia rasanya terlalu sayang jika langsung dibunuh. Kenapa tidak bermain-main dulu dengan kita, kau setuju?" Iblis tua berwarna hijau ikut memandang penuh napsu ke Andrea. Yang lainnya pun tertawa mesum.     

"PIIIPPP KALIAN SEMUA!" Andrea meraung murka dilecehkan secara verbal oleh belasan lawan-lawannya. Pedang api ikut meraung bersama dengan Cero, ingin melumerkan mulut Zebra iblis dan iblis hijau itu menjadi bubur.     

"Wah! Lihat, dia makin menggairahkan jika marah begitu!" Zebra makin gila berkomentar, disambut gelak tawa rekan-rekannya.      

"Aku harus membawanya ke ranjangku untuk mengetahui seberapa nikmat tubuhnya!" Iblis lain yang berwajah buruk mengusap air liur dari sudut mulutnya, bergerak maju ingin memeluk Andrea.     

Sayangnya Andrea terlalu gesit dan mengibaskan lengannya.     

Wuusss!     

"Aaarrghhh!" Iblis muka buruk itu terkena tebasan dari pedang es dan tubuhnya dengan cepat membeku menjadi balok es. Setelah itu, dia meledak sendiri tanpa Andrea bersusah payah menghancurkannya.     

"Akan aku basuh mulut kotor kalian semua! Hyaakhhh!" Andrea sekali lagi menerjang sekumpulan lawan yang mengepungnya dan terus mengibaskan pedang-pedang dia. Namun, dia merasa ini terlalu melelahkan.     

Dia teringat akan jimat yang sudah dia beli tadi. Apakah ini waktunya dia menjajal kekuatan dari jimat mahal itu?     

Dengan energi pikirannya, jimat pun muncul di tangan Andrea dan menggunakan Mossa, jimat itu melesat cepat menempel ke Zebra iblis. Tubuh Zebra iblis langsung membeku diam tak bisa bergerak. Dia terkena Jimat Pembeku. Dengan menempelnya jimat tersebut, maka tubuh akan mematung tak bisa bergerak selama lima detik.     

Segera ketika Andrea melihat kekuatan jimat itu, dia menebaskan pedang apinya ke Zebra iblis. Langsung saja tubuh Zebra iblis terbakar hebat sebelum dia sempat terbebas dari jimat Andrea.     

"Dia memiliki jimat! Awas! Dia punya Jimat Pembeku!" teriak salah satu iblis.     

Tetapi, Andrea sudah bergerak cepat. Dia melemparkan banyak Jimat Pembeku menggunakan Mossa ke belasan lawannya. Dalam sekejap, mereka semua mematung dan menunggu nyawanya dituai oleh Andrea menggunakan kedua pedang.     

Enam belas lawan langsung berjatuhan tidak bergerak selama-lamanya dengan kepala mereka terpisah dari tubuh. Andrea tersenyum senang. Dia tidak merasa rugi membeli banyak jimat mahal hari ini.     

Penggunaan jimat memang seperti yang dikatakan Raja Heilong, bisa untuk mempercepat serangan dan menyingkat waktu. Dengan ini, Andrea tidak perlu berlelah payah mengalahkan belasan lawan.     

Kepala Desa Awan Hijau menggertakkan gerahamnya kuat-kuat ketika menyaksikan kemenangan Andrea atas lawan yang mengepungnya. Tangan Tuan Avgar mengepal kuat dengan mata memerah darah mengandung amarah.     

Andrea pun segera menolong Dante yang masih menghadapi banyak lawan. Seperti tadi, Andrea cukup menggunakan belasan Jimat Pembeku dan belasan kepala pun segera terpisah dari tubuh.     

"Jimatmu luar biasa, Andrea." Dante memuji sambil napasnya tersengal-sengal. Meski dia kuat, namun melawan belasan makhluk itu sungguh melelahkan. Untung saja ada jimat milik Andrea.     

"Wohiya, dong! Jimatku ini memang keren! Ntar abis ini kita belanja jimat lagi, yak!" Andrea menepuk pundak Dante. Lelaki Nephilim hanya bisa terkekeh.     

Setelah itu, Andrea membantu Kuro dan Shiro. Sementara, Dante membantu Kyuna dan Rogard.     

Tak berapa lama, semuanya sudah rubuh di tanah. Hanya lawan dari Raja Naga Heilong yang masih bergulat dengan sang raja naga di langit sana.     

Andrea berjalan ke arah Tuan Avgar, Kepala Desa Awan Hijau. "Tuan, apakah masih ada yang ingin kamu katakan?"     

Tuan Avgar melangkah mundur. Nona Aiko yang di belakangnya turut melangkah mundur. Keduanya mulai takut pada Andrea. Mereka tidak menyangka, Andrea yang tidak memiliki status apa-apa di alam itu, ternyata bisa bertarung dengan sangat ganas dan kejam.     

"Kau... kau tetap harus membayar atas kematian anakku! Dia anak kesayanganku dan satu-satunya!" seru Tuan Avgar sambil menekan rasa takutnya.     

"Bayar berapa, sih? Seratus emas, cukup? Atau seribu? Aku bisa kasi, kok! Anggap itu sebagai uang bela sungkawa dariku dan kelompokku. Bagaimana?" Andrea terus maju bersama Dante ke Tuan Avgar.     

"Kau harus membayar dengan nyawamu, betina jalang!" seru Nona Aiko ke Andrea. "Regan adalah anak satu-satunya Tuan Avgar! Dia adalah penerus kebanggaan Mansion Tuan Avgar! Dan dia calon suamiku!" raungnya.     

Andrea memutar kedua bola matanya, enggan. "Kalo tuh bocah semata wayang kagak boleh luka, kagak boleh mati, yah simpan aja dia di mansion, jangan suruh keluar. Kalo dia anak satu-satunya nih bapak, yah tolong didik yang benar! Didik biar jadi orang yang kagak rakus! Didik biar dia jadi bocah yang sopan!"     

Darah Tuan Avgar menggelegak. "Kau akan menyesali ucapanmu, jalang!"     

"Menyesali?" Andrea terkekeh. "Mendingan kamu tanya dulu ke teman-teman aku ini, deh!"     

Wajah Tuan Avgar menjadi pucat. Dia memang kuat, tapi dia tidak yakin akan bisa memenangkan pertarungan jika semua kelompok Andrea menyerang dia secara bersamaan. "Apa! Kalian bermaksud mengeroyok aku? Sangat tidak tau aturan! Mengeroyok aku yang sudah tuan ini!"     

"Hah!" Kini ganti Kyuna yang maju untuk berkomentar. "Bukannya tadi kau sudah mengirim banyak tukang pukulmu untuk mengeroyok kami?! Kami ini hanya bertujuh saja, sedangkan pihakmu... berapa orang di pihakmu, tua bangka?!"     

"Benar!" Kuro tak mau kalah, ikut maju. "Aku menantikan momen kabut korosif pedang hitamku ini mencincang tubuh tua bangkamu itu, Kepala Desa brengsek! Dan kau..." Kuro menunjuk ke Nona Aiko. "Tunggu pedang manisku ini menggores di wajah jelekmu itu. Kau pikir kau siapa? Wanita paling cantik?! Kau hanya seujung upil dari Mama! Siluman jelek! Bahkan kau tidak lebih bernilai dari daki tubuhku!"     

Andrea melongo mendengar sumpah serapah dari anak hybrid dia. Dia takjub. Sejak kapan Kuro bisa berucap kejam dan pedas begitu? Apakah Andrea terlalu vulgar memberikan contoh dan pengaruh selama ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.