Devil's Fruit (21+)

Membagikan Belanjaan



Membagikan Belanjaan

0Fruit 303: Membagikan Belanjaan     
0

Andrea, Dante dan Raja Naga Iblis Heilong telah kembali ke alam Cosmo. Para anggota yang telah terluka juga sudah diobati oleh pil dan pasta obat dari Andrea.     

Sekarang Andrea sedang membelitkan perban ke tubuh Dante. Luka di dada Dante lumayan dalam dan panjang. Tapi nyawa pria Nephilim itu tidak dalam bahaya.     

Orang-orang di alam Cosmo tadi sudah melihat aksi Andrea selama sang Cambion berubah menjadi iblis. Kekejaman Andrea dalam wujud iblis yang kedua kali ini lebih besar dari pada yang pertama kalinya ketika membinasakan Yogu dan kawanannya.     

Tapi mereka sadar, Andrea seperti itu karena dorongan kuat dari amarahnya.     

Setelah selesai mengurus luka Dante di kamar, kini Andrea sudah duduk di ruang makan bersama dengan yang lain. Andrea bersyukur dia tidak memperbolehkan Gazum, Sabrina, dan Noir untuk turut bertempur di luar.     

Andrea tidak akan memaafkan dirinya sendiri andai Sabrina celaka, sementara macan saber tooth itu sedang mengandung.     

"Nona, kau tidak terluka?" tanya Rogard ketika melihat Andrea sudah duduk bersantai meminum jus buah di ruang makan.     

"Enggak. Lukaku langsung menutup gitu aja saban aku berubah jadi iblis," papar Andrea sambil menyesap jus buahnya lagi.     

Dalam hati nona Cambion, dia merasakan nyeri. Dia yang selama ini tidak pernah menginginkan kekuatan iblisnya, sekarang justru banyak bertumpu pada hal yang ia benci dan ingin buang. Dia yang dulu sempat ketakutan dirinya berubah luar dan dalam, kini justru mengandalkan kekuatan dan perubahan itu untuk membantu orang-orang yang dia sayang.     

Ini sebuah ironis yang keterlaluan bagi Andrea. Apakah dia harus berdamai dan menerima kekuatan itu? Ataukah tetap pada tekad semula, untuk membuangnya selama dia menemukan cara?     

Benar-benar sebuah hal yang dilematis bagai bertempur di benak Andrea. Satu sisi dia benci menjadi keturunan iblis dan mewarisi kekuatan gelap yang besar itu. Di sisi lain, dia juga membutuhkan kekuatan itu untuk melindungi teman-teman dia dan semua yang dia ingin jaga.     

Sepertinya langit masih senang bercanda dengan takdir Andrea.     

"Oh ya!" Andrea jadi teringat. Ia mengeluarkan banyak barang dari RingGo. Itu adalah barang-barang yang telah dia beli saat berbelanja di Paviliun Giok Sempurna. "Aku rencananya mo bagi-bagi ini ke kalian. Yah, sebagian juga aku simpan, sih."     

Para anggota kelompok Andrea mulai duduk tenang di kursi masing-masing. Bahkan Sabrina dan Noir yang berbadan besar pun duduk di atas pantat mereka dan dua kaki depan tegak lurus. Itu tetap setinggi Andrea yang sedang duduk.     

"Nah, ini aku beli untuk Bree..." Andrea menyodorkan baju cantik khusus untuk para kucing besar, dan dia memasangkan anting komunikasi yang disebut Anting Mengobrol di dunia milik Pangeran Djanh, ke salah satu telinga Sabrina dan Noir. Mereka tidak keberatan mendapat tindik darurat untuk keperluan kelompok.      

"Dan ini untuk Noir... lalu ini untuk Gazum... nah ini kayaknya cocok untuk Ro..." Andrea membagi-bagikan belanjaan dia ke para anggota kelompoknya. Bahkan Ra dan Fro pun dia keluarkan untuk menerima barang dari Andrea.     

Semua orang di ruang itu mendapat sesuatu dari Andrea.     

"Tuan Putri, kenapa Putri harus repot-repot begini?" Raja Naga Iblis Heilong memandangi Jubah Bayangan dari Andrea. Jubah itu berwarna hitam pekat dan bisa menyembunyikan orang yang memakainya setelah diaktifkan dengan tenaga murni.     

"Ini akuanggap sebagai sebuah barang kenangan agar kalian semua selalu mengingat aku sampai kapanpun." Andrea tersenyum.     

"Aku tak suka jika Mama mulai bicara hal itu..." Kuro berwajah masam seketika. Ia menunduk kesal dan sedih secara bersamaan.     

"Nak," Raja Naga Iblis Heilong mengelus pundak Kuro yang duduk di sebelahnya. "memangnya kenapa Tuan Putri berkata hal begitu dan kau jadi kesal? Kuperhatikan Putri Andrea beberapa kali mengucapkan kalimat serupa demikian pada beberapa kesempatan. Sebenarnya ada apa?"     

Kuro pun menceritakan mengenai sebuah mutiara warna merah tua yang tiba-tiba masuk ke tubuh Andrea dan disinyalir itu adalah Mutiara Scarlet Penghisap.     

"Mutiara Scarlet Penghisap? Benarkah?" Mata Raja Naga Iblis Heilong membola lebar. "Aku... aku pernah mendengar kekejaman mutiara itu, tapi... kenapa harus masuk ke tubuh Tuan Putri? Siapa sebenarnya yang mengirimkan mutiara itu ke Tuan Putri? Siapa yang begitu keji mencelakai Tuan Putri?" Raja Naga Iblis Heilong jadi gusar.     

Andrea menggenggam tangan Raja Naga Iblis Heilong, menenangkan amarah sang raja. "Paman, tenang aja. Tak perlu mengutuk pemiliknya. Yang penting, aku masih diberi kesempatan untuk bersama kalian hingga hari ini, patut disyukuri, ya kan?"     

"Mama..." Kuro mulai terisak dan memeluk sang mama tercinta. Andrea menepuk-nepuk kepala Kuro penuh rasa sayang.     

"Hei, Mama masih punya banyak barang untuk dibagikan ke anggota koloni siluman kingkong. Kuro sayank mau bantu Mama bagikan ke mereka?" Andrea sudah menyiapkan barang yang khusus akan diberikan ke anggota koloni siluman kingkong.     

Kuro mengangguk. Shiro dan Raja Heilong juga ingin ikut ke lembah tempat tinggal para koloni siluman kingkong.     

Di sana, mereka disambut sangat ramah dan hormat, terutama pada Andrea dan Raja Naga Iblis Heilong.     

"Baru kali ini saya bertemu dengan Paduka Raja Naga secara nyata. Ini sebuah kehormatan bagi kami semua." Raja Kingkong membungkuk ke Raja Naga Iblis Heilong.     

"Benar, nama Raja Naga Heilong terlalu menggelegar sehingga tidak ada yang tidak mengenal Anda," ujar salah satu anak dari Raja Siluman Kingkong.     

Raja Naga Heilong tertawa senang sembari mengelus jenggot minimalis dia penuh gaya.     

Ketika mereka mengetahui kedatangan Andrea adalah untuk membagikan banyak barang untuk mereka, mereka senang bukan main. Meski barangnya berbagai macam, namun tidak ada yang berani mengeluh ataupun berebut.     

"Maaf, yah kalo barang yang aku bawa ini ada bermacam-macam. Nanti aku akan carikan lagi kalau aku sedang jalan-jalan di luar." Andrea jadi tak enak hati sendiri karena ternyata barang yang dia bawa... kurang.     

"Nona Andrea, jangan berkata seperti itu." Ratu Siluman Kingkong menggenggam tangan Andrea dengan sikap hangat. Dia masih terus merasa berhutang budi karena Andrea telah menyelamatkan putra bungsunya dari ganasnya racun siluman kalajengking waktu itu. "Bagi kami, ini sudah terlalu banyak yang Nona beri. Hutang budi kami pada Nona jadi makin menumpuk kalau begini."     

Raja Naga Iblis Heilong menyaksikan bahwa ternyata para siluman kingkong merupakan siluman yang mampu berpikir penuh budi dan sopan. Selama ini dia hanya mendengar reputasi siluman kingkong yang tegas dan kuat serta kasar. Ternyata tidak semua rumor bisa ditelan mentah-mentah.     

"Ah, Ratu, jangan begitu." Andrea membalas genggaman Ratu Siluman Kingkong. "Aku pasti akan jalan-jalan keluar lagi dan pasti akan berbelanja banyak barang lagi. Jadi, ini sekalian, bukan hal yang merepotkan aku, kok!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.