Devil's Fruit (21+)

Dua Kebahagiaan



Dua Kebahagiaan

0Fruit 307: Dua Kebahagiaan     
0

Pagi ini, usai sarapan, Andrea hendak pergi ke alam milik Pangeran Incubus Djanh. Ia ingin melakukan sesuatu hal yang sejak kemarin dulu ingin dia lakukan.     

Dante menyertai karena ingin memastikan Andrea selamat, meskipun semua siluman, hewan iblis, dan iblis murni di alam Pangeran Djanh sudah tau mengenai status tinggi Andrea sebagai keturunan iblis bangsawan yang tidak boleh diganggu.     

Sedangkan Raja Naga Iblis Heilong semalam sudah mengatakan akan bermeditasi di salah satu gunung di alam Cosmo dan mungkin itu membutuhkan waktu yang lumayan lama. Dia melakukan itu untuk menyembuhkan luka jiwa dia karena sudah terlalu banyak mengeluarkan tenaga murni untuk membantu kenaikan level bagi dua anaknya dan sekaligus bertarung dengan Raja Singa Langit sewaktu itu.     

Kuro dalam masa-masa yang tenang dan damai ini juga memutuskan untuk memakan inti kristal api besar yang sudah dibelikan sang ayah dari pelelangan. Dia siap untuk tidur panjang, berhibernasi agar bisa mencapai tahap kekuatan baru.     

Shiro tak mau ketinggalan. Setelah meminta ijin sang mama, dia boleh memiliki segunung inti kristal petir untuk dia serap dan makan demi menambah kekuatan intinya. Ia ingin lebih kuat dan tidak kalah dari sang saudara kembar, Kuro.     

Raja Naga Iblis Heilong dan kedua anaknya pun akan absen dari kehadiran mereka.     

Dan kini, di sinilah Andrea sekarang, di sebuah hutan di dekat Desa Embun Senja. Dante ada di sebelahnya untuk menjaga dia.     

"Bocah, hal apa yang dari kemarin ingin kau lakukan?" tanya Dante dengan pandangan penasaran.     

Andrea meringis nakal. "He he... nanti juga kau akan tau." Ia pun melangkah ke sebuah padang rumput dan memandang ke langit. "Wooii, Djanh piiipp! Apa kau tau kapan aku akan mati? Di dalam tubuhku ini ada Mutiara Scarlet Penghisap. Sisa umurku berapa sekarang? Atau kau punya cara untuk mengeluarkan mutiara di dalam tubuhku?!" teriaknya lantang ke langit.     

Dante tercengang, tidak menduga bahwa Andrea akan menanyakan itu pada sang pemilik alam ini. "Andrea, kenapa kau-"     

"Djanh piippp biasanya kan tau banyak hal. Dan alam ini adalah alam milik dia, maka otomatis mutiara merah piipp di tubuhku ini juga pasti hasil dari kerjaan iseng dia yang naruh di alam ini. Jadi, mana mungkin aku gak tanya ke dia soal ini?" Andrea menjelaskan alasan dia menyeru ke langit.     

Seketika, Dante bisa memahami pemikiran Andrea. Gadis itu memang patut diberikan gelar jenius untuk apa yang dia pikirkan.     

Butuh menunggu waktu lima menit lebih sedikit bagi Andrea dan Dante untuk mendapatkan jawaban dari Pangeran Djanh. Sebuah gulungan yang tampak kuno dan berat pun dijatuhkan dari langit, dan Andrea lekas menghindar ke samping sebelum gulungan itu menimpa kepalanya.     

"Djanh piippp piipp piippp! Masih aja sentimen ama aku. Gimana kalo nih gulungan kena otak aku en aku jadi idiot?!" Bersungut-sungut seperti biasanya, tangan Andrea memungut gulungan di atas rumput dan mulai membukanya.     

Di sana tertulis: Mutiara Scarlet Penghisap apa? Akan mati apa? Sisa umur apa? Cara mengeluarkan mutiara apa? Kau terlalu jauh berimajinasi, nona cantik. Yang ada di tubuhmu bukan Mutiara Scarlet Penghisap, jadi jangan memimpikan mati dalam waktu dekat ini. Salam penuh cinta dari Pangeran Djanh yang sangat tampan melebihi siapapun.     

Mata Andrea membola lebar-lebar. Dia sampai membaca tulisan di dalam gulungan berulang kali agar tidak salah baca. Jantungnya bagai bergemuruh keras laksana ada badai di sana.     

Tersengal-sengal, Andrea menyerahkan gulungan itu ke Dante untuk dibaca oleh Tuan Nephilim. Dante buru-buru menerima dan membacanya. Mata Dante bergerak-gerak kanan dan kiri membaca semua tulisan di sana.     

"A-Andrea... ini... ini..." Dante terbata-bata sambil menoleh ke Andrea yang masih menenangkan dirinya sendiri dari debaran kencang jantungnya.     

Gadis Cambion membalas tatapan Dante dengan wajah tak karuan. Ia masih memegangi dada kirinya untuk menentramkan hatinya.     

Sreett!     

Tepp!     

Dante sudah menarik Andrea dalam pelukannya dan mendekap tubuh sang Putri Cambion erat-erat. "Andrea... Andrea... astaga, Andrea..." Mereka berdua justru terisak bersama-sama. "Andrea kau takkan mati. Kau... kau masih akan hidup lama... Andrea... hiks!"     

Andrea menangis lebih keras ketimbang Dante. Ia benamkan wajahnya ke dada sang Nephilim. Semua beban yang bagai batu jutaan ton telah terangkat lepas dari hatinya. Selama ini dia merasa dia sekarat, dia selalu berpikir nasibnya tidak pernah cerah, dia merasa maut bisa datang kapan saja merenggut nyawa dikarenakan benda di dalam tubuhnya.     

Dan kini... ternyata itu semua tidak seperti yang dia sangka. Dia masih bisa berkumpul dengan teman-temannya. Dia masih akan hidup lebih lama. Dia tidak perlu lagi dibayang-bayangi ketakutan mengenai maut. Dia...     

Andrea mengangkat kepalanya. "Dan... hiks! Hiks! Dante..."     

... dia tidak perlu bersusah hati akan berpisah dengan Dante, lelaki yang telah merasuk jauh ke sanubari dia.     

Dante mengusap lembut pipi basah Andrea menggunakan ibu jarinya. Senyum hangat dia terburai pada wajah tampannya. "Kamu akan tetap hidup, Andrea. Kamu akan terus bersama aku dan yang lainnya." Meski isak tangisnya telah berhenti, namun air mata Dante belum usai meleleh dari matanya.     

Itu adalah air mata kebahagiaan.     

Air mata seorang lelaki sejati muncul karena dua hal, saat menyesal tiada tara, dan ketika kebahagiaan teramat sangat menghantam hatinya.     

Tidak ada lagi kegundahan mengenai kapan Andrea akan disambangi Malaikat Maut. Dante tidak perlu muram lagi saban teringat mutiara yang berada di dalam tubuh sang kekasih. Tidak perlu lagi ada kekhawatiran akan Andrea.     

Andrea pun sangat lega. Setelah semua tangis diam-diam dia selama ini gara-gara mutiara berwarna merah tua itu, dia kini memiliki harapan baru. Dia masih bisa mengukir hari-harinya lebih panjang lagi dengan banyak hal. Dia masih punya banyak waktu untuk mempelajari banyak hal pula.      

Dante kembali memeluk Andrea untuk beberapa waktu sampai akhirnya Andrea tenang dan keduanya berhenti mengalirkan air mata dari mata mereka masing-masing.     

Tanpa ada yang memulai, bibir keduanya sudah saling berpagut. Andrea tanpa ragu dan malu, melingkarkan dua lengannya ke leher Dante sembari mereka bercumbu akan bahagia yang diterima. Bibir Dante melumat lembut dan ditingkahi dengan kuluman dari Andrea pula.     

Keduanya saling meluapkan kebahagiaan dalam cumbuan tersebut.     

Namun, tiba-tiba Dante berputar membawa tubuh Andrea ke samping untuk menghindari sesuatu.     

Plokk!     

Satu lagi Gulungan Kuno jatuh dari langit. Untung Dante sigap dan tau akan datangnya gulungan itu sebelum menghantam kepala mereka berdua. Gulungan terjatuh di dekat kaki keduanya.     

"Tsk! Incubus Djanh sialan itu membenci kita atau bagaimana?" umpat Dante sambil melepaskan pagutan bibirnya pada Andrea. Tangan Dante meraih gulungan di atas rumput dan menyerahkan ke Andrea terlebih dahulu sebelum dia membacanya nanti.     

Andrea menerima dan membuka untuk melihat tulisan: Selamat! Kalian sudah sangat dekat dengan pintu keluar alam yang menakjubkan ini! Berjalanlah ke arah Barat. Nanti akan ada sebuah area yang sangat asri dan tenang. Ada air terjun berwarna emas di sana dan airnya mengandung banyak manfaat untuk tubuh kalian. Di area itu, tidak akan ada makhluk apapun kecuali yang ditakdirkan hadir di sana. Kalian berdua harus siap sedia di sana menunggu pintu gerbang terbuka. Jangan masuk ke alam pribadimu dulu setelah bertemu air terjun itu, nona cantik, atau kalian akan melewatkan terbukanya pintu tersebut. Hanya boleh kalian berdua saja di area itu. Ini adalah gulungan terakhir dariku. Selamat bersenang-senang, nona cantik. Salam cinta dari Pangeran Djanh yang ketampananannya sudah terkenal di banyak galaksi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.