Devil's Fruit (21+)

Sacred Land



Sacred Land

0Fruit 309: Sacred Land     
0

Dante dan Andrea sudah berada di alam milik Pangeran Incubus Djanh. Untuk mempersingkat perjalanan, Dante mengusulkan untuk membawa Andrea terbang saja agar lebih cepat sampai di area spesial itu.     

Andrea setuju akan usul Dante.     

Maka, dengan memeluk pinggang Andrea, Dante pun terbang ke arah Barat seperti yang dialamatkan oleh Pangeran Djanh melalui Gulungan Kuno.     

Andrea memeluk Dante agar tidak lepas dari rengkuhan Dante. Ia berdebar-debar menanti terbukanya pintu gerbang keluar alam itu. Apakah pintu tersebut akan langsung terbuka begitu mereka sampai di sana? Atau harus menunggu sebentar?     

Setelah terbang selama hampir dua jam dan memakan beberapa Buah Energi Roh, akhirnya keduanya pun melihat sebuah area yang bagai diselubungi aura khusus dari atas. Itu terlihat dari angkasa.     

Dante mendekat ke area itu dan turun ke tanah. Di depan mereka, ada sebuah gapura dengan papan nama besar di atas gerbang masuknya, bertuliskan Sacred Land alias Tanah Suci.     

Andrea mulai melangkah maju dan menemukan sebuah papan batu di samping gapura, bertuliskan: Tempat ini adalah kawasan khusus bagi yang ditakdirkan. Jika kau memaksa masuk, kau akan dilempar keluar dan tidak akan bisa masuk sebelum kau berjodoh dengan tempat ini.     

"Wah, nih area emang beneran khusus, Dan! Dia bisa lemparin siapa aja yang gak dibolehin masuk ke sini." Andrea menoleh ke Dante.     

"Iya. Oleh karena itu, kita akan aman-aman saja di dalam sana. Sepertinya Pangeran Djanh sudah mengatur agar tempat ini dipakai untuk kita berdua saja dalam kurun waktu tertentu," sahut Dante.     

"Hu-um. Kayaknya si Djanh emang sengaja atur waktu untuk kita berdua yang ada di tempat ini, deh. Ini berasa kayak... stasiun? Terminal?" tambah Andrea.     

"Bisa jadi. Ayo kita masuk." Dante meraih tangan Andrea dan menggenggamnya untuk dibawa masuk ke Sacred Land.     

Begitu mereka masuk ke Sacred Land, udara mendadak terasa beda jauh dengan daerah di luar gapura.     

"Udaranya... bersih banget! Kayak hirup oksigen murni!" Andrea sampai terkejut.     

"Kau benar, Andrea. Bahkan sepertinya ini... ini lebih murni dan bersih dibandingkan udara di Desa Embun Senja." Dante mengirup dalam-dalam udara yang ada di Sacred Land.     

"Iya, ini beneran lebih bersih dan segar daripada yang di Desa Embun Senja. Padahal Desa Embun Senja aja udah segar banget, yah!"     

"Betul."     

"Si Djanh piipp itu beneran hebat bisa bikin alam kayak gini. Kapan yah aku bisa punya kekuatan ampe menciptakan alam sendiri?"     

"Andrea, tidak perlu memikirkan sejauh itu. Kau sudah memiliki alam Cosmo, dan itu sangat hebat."     

Keduanya bercengkerama sembari berjalan masuk lebih dalam ke Sacred Land. Mereka mencari adanya air terjun berwarna emas sesuai dengan arahan dari Pangeran Incubus Djanh.     

"Iya, sih, Cosmo emang hebat, aku akui, kok! Dan aku salut banget ama yang bikin alam Cosmo. Kayak apa deh kekuatan dia ampe bisa bikin kayak gitu."     

"Mungkin ada campur tangan rune di sana."     

"Di ikat pinggang Cosmo? Wah, aku malah gak kepikiran sampe sana, Dan! Hi hi hi! Nanti akan aku cek kalo dah nyampe di air terjun emas."     

"Air terjun warna emas. Kira-kira apa khasiat yang terkandung di sana? Apakah Pangeran Djanh tidak menjelaskan secara detil mengenai itu?"     

Andrea menggeleng atas pertanyaan Dante. "Sayangnya enggak, tuh. Djanh piipp cuma kasi tau kalo air terjun itu berkhasiat bagus untuk kita tanpa nyebutin lebih spesifik khasiat apaan. Apa bakalan lebih hebat khasiatnya ketimbang kolam merah darah yang dulu kita temui di ngarai batu?"     

"Karena Pangeran Djanh sudah mengatakan itu sangat berkhasiat, maka pasti melebihi kolam merah darah. Kita percayakan saja mengenai itu."     

"Iya, sih. Benar juga. Jadi gak sabar pengin berendam di sana. Semoga bisa nambah kekuatan kita. Kalo air kolam merah darah kan bisa menguatkan organ dalam dan tulang kita, dan itu emang terbukti waktu kita ngelawan para hewan iblis dan iblis murni sebelumnya, ya kan?"     

"Benar, Andrea. Aku juga bersyukur kita sempat berendam tujuh hari di kolam merah darah sebelum memasuki kawasan yang berisi banyak hewan iblis dan iblis murni. Sepertinya Pangeran Djanh sengaja mengarahkan kita ke kolam itu, kalau dipikir-pikir."     

"Hu-um. Djanh piipp itu kadang gitu kalo lagi keluar baiknya. Bahkan dia sengaja naruh telur Kuro dan Shiro di tempat yang bisa kita lihat dan bikin kita kepo waktu itu."     

"Pangeran Djanh... dia pribadi yang sangat misterius secara karakter, karena aku kurang bisa memahami niat-niat dibalik semua tindakan dia ke kita. Apakah itu baik untuk kita? Atau buruk. Tapi aku merasa dia sengaja keras ke kita untuk menempa kita."     

Andrea melirik singkat ke Dante dan tersenyum. "Aku juga punya pikiran serupa ma kamu, Dan. Emang, sih, awal-awal dia culik kita ke alam dia tuh... aku berasa pengin maki-maki siang en malam saking marahnya. Apalagi kita diharuskan ngelawan banyak hewan buas yang kadang gak kira-kira kekuatannya. Tapi dari situ, kita jadi makin kuat dan makin berani menghadapi apapun."     

"Baiklah, kalau begitu... Pangeran Djanh adalah orang yang baik. Iblis yang baik jika memang dia sengaja berbuat begini untuk membantu kita kuat."     

Mereka mencapai kesepakatan bahwa Pangeran Djanh memang merupakan iblis yang baik dalam hal ini.     

Kemudian Andrea melihat ke sekeliling. Terdapat banyak tanaman hijau namun tidak terkesan liar ataupun mengerikan. Ini tidak menimbulkan kesan seram sama sekali layaknya sebuah hutan tropis pada umumnya.     

"Dan, bahkan di hutan macam gini, kagak ada binatang apapun, loh! Ini benar-benar tempat yang tidak bisa dihuni oleh orang yang memang harus ada di sini." Andrea sudah mengamati dari tadi bahwa dia tidak juga menemukan hewan apapun meski seekor serangga kecil sekalipun, tidak ada!     

"Benar-benar tempat yang aman dan nyaman kalau begitu."     

"Padahal tempatnya udah kayak hutan Amazon gini, yak! Tapi tanpa hewan apapun, cuma tanaman ama pohon doang dari tadi."     

"Tempat ini memang luas dan mirip dengan hutan hujan tropis. Tapi lingkungannya sangat nyaman. Sungguh sebuah tempat yang mengagumkan." Dante memang terkagum-kagum akan Sacred Land ini. Di dalam hatinya, dia memuji Pangeran Djanh yang begitu kuat bisa menciptakan alam seperti ini.     

"Eh, itu kah air terjun yang dimaksud Djanh piipp?" Andrea arahkan telunjuknya pada sebuah air terjun di kejauhan sana. Meski masih jauh, namun suara gemerisik airnya sudah terdengar.     

"Benar, sepertinya memang itu air terjun emas yang dimaksud Pangeran Djanh. Rasanya tidak mungkin di sini ada banyak air terjun, kan?"     

Dante pun menggendong Andrea, terbang mendekat ke area dimana air terjun berada. Dante menurunkan Andrea pada sungai yang dialiri air terjun.     

"Beneran warnanya emas, astaga!" Andrea takjub melihat warna air yang benar-benar bagai emas cair.     

"Sangat indah dan menakjubkan." Dante ikut terpana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.