Devil's Fruit (21+)

Cinta Bagai Pelangi



Cinta Bagai Pelangi

0Fruit 310: Cinta Bagai Pelangi     
0

Andrea mendekat dan berjongkok di tepi sungai emas. Satu tangannya menangkup air dan ia cium. "Kagak berbau apapun. Tapi, kira-kira boleh diminum, kagak yah?"     

"Sebaiknya jangan dulu, Andrea. Lebih baik cukup berendam saja di dalam sungai ini sesuai dengan yang disarankan Pangeran Djanh." Dante memperingatkan karena dia paham sikap seenaknya Andrea.     

"Humm... oke." Andrea tidak jadi meminum air emas itu dan mengoleskan air emas di telapak tangan ke punggung tangan dan lengannya. "Eh?"     

"Kenapa, Andrea? Apa yang kau rasakan?" Dante kaget dan sedikit khawatir.     

"Begitu kena kulit, rasanya dingin tapi bukan dingin yang bikin menggigil, gitu! Ini dingin... yang enak banget! Dingin segar! Cobain, deh!" Andrea berseri-seri.     

Dante mengikuti tindakan Andrea dan mengoleskan air emas di kulit dia. Seketika dia juga merasakan adanya hawa dingin yang menyenangkan masuk ke dalam kulit dan bersatu dengan aliran darahnya. "Ini... darahku terasa lebih lancar dan nyaman."     

Tak lama kemudian, keduanya sudah mulai menyamankan diri dengan sekeliling mereka. Dante dan Andrea membangun tenda sederhana untuk mereka bisa beristirahat.     

Karena tidak ada hewan apapun di Sacred Land, maka dua orang itu tidak perlu mengkhawatirkan mengenai serangan hewan buas atau serangga lainnya. Mereka cukup mendirikan tenda kecil dan menghamparkan dua alas tidur.     

"Siapa tau di sini harus nunggu beberapa hari, jadi gak ada salahnya bikin tenda gini, ya kan Dan?" Andrea merapikan alas tidur mereka.     

"Iya." Dante setuju. Dia sedang mengencangkan tali akar di luar agar terikat dengan baik pada pasak kayu yang sudah ditancapkan.     

Empat sudut kain tenda yang terbuat dari kulit bulu beruang raksasa sudah terpentang dan terikat erat. Beruntung Andrea masih menyimpan sisa kulit bulu beruang raksasa yang ternyata bisa berguna untuk saat-saat darurat begini.     

Setelah tenda selesai dibuat, keduanya duduk santai di depan tenda sambil makan Buah Energi Roh. Untung saja Andrea tidak membuang kursi dari balok kayu yang dulu pernah dia miliki ketika belum membuka alam Cosmo.     

"Tadinya aku bawa makanan dari Cosmo, yah!" Andrea agak menyesal hanya membawa Buah Energi Roh saja. "Eh tapi aku kan masih punya dikit cadangan daging di RingGo. Bentar, aku keluarin. Kita bisa bikin daging panggang, deh!" Ia pun bersemangat kembali.     

Setelah Andrea mengeluarkan daging dari RingGo, tiba-tiba ada tenaga hisap yang besar merenggut daging di tangan Andrea dan daging itu pun terbang sangat cepat ke angkasa dan menghilang tanpa bisa dicegah.     

Andrea melongo bingung. "Kok?"     

Tak berapa lama dari itu, muncul sebuah tulisan berbentuk sinar cahaya warna emas yang mengapung di udara dekat Andrea dan Dante.     

Andrea membaca tulisan dari cahaya emas itu. "Tidak dibolehkan adanya hewan hidup maupun mati di dalam Sacred Land selama itu bukan yang ditakdirkan." Kemudian tulisan cahaya itu pun menghilang dengan secara otomatis. "Haiisshh!" Andrea kesal. "Gitu aja kagak boleh!"     

"Andrea, sudahlah. Tahan emosi kamu dan fokuslah pada tujuan kita di sini. Masih untung kita tidak dilempar keluar dari sini karena melanggar peraturan area ini." Dante menentramkan Andrea.     

"Huff! Tapi kita kan gak tau sampai kapan di sini? Kalo buah yang kita bawa habis, gimana?" keluh Andrea.     

"Nanti aku carikan buah di sekitar sini. Aku yakin banyak karena ini hutan, ya kan? Yang dilarang di sini hanyalah binatang, bukan buah." Dante menepuk ringan pipi nona Cambion.     

"Kita udah berapa lama di sini, yah Dan? Kok perasaan kagak pernah malam juga?" Andrea baru menyadari ini. Mereka sudah berjam-jam lamanya, namun keadaan masih seperti siang yang terang namun teduh.     

Dante edarkan pandangan ke sekeliling. "Sepertinya kau benar, Andrea. Ini seharusnya sudah mulai petang, tapi keadaan langit masih juga terang."     

"Mungkin Sacred Land ini kagak ada malam ato pagi, yah Dan. Hm~ oke, gak apa, deh! Asalkan kita bisa buruan pulang." Andrea selonjorkan kedua kakinya sembari masih duduk di kursi balok kayu. "Aku udah kangen banget ama Oma... Opa... bebeb Shelly... Ah, pasti si Kencrut itu kelabakan selama aku hilang di sini, hi hi... pasti wajah paniknya lucu banget."     

"Ekhem!" Dante berdehem.     

Andrea menoleh ke Tuan Nephilim. "Kenapa, Dan? Apa tenggorokan kamu sakit? Berdahak? Mo kena flu?" Ia bersiap mengambil sebutir pil dari RingGo untuk Dante.     

"Tenggorokanku mendadak sakit saban kau menyebut nama orang yang tidak kusukai." Dante mengelus-elus tenggorokannya.     

"Orang yang kagak kamu suka?" Andrea mulai berpikir keras. "Siapa, sih?" Ia memilah-milah nama yang dia sebutkan tadi. Oma? Tidak mungkin. Dante punya dendam apa dengan Oma? Apalagi Opa! Jelas tidak mungkin. Shelly? Benarkah gadis lugu manis itu dibenci oleh Dante? Atas dasar apa? Karena selalu menasehati Dante jika ingin berbuat jahat ke Andrea?     

"Kenzo, Andrea! Kenzo!" Dante tidak tahan lagi karena Andrea tidak juga menemukan sosok itu. "Uhuk! Uhuk! Lihat! Aku jadi batuk begini!" Ia kesal. Andrea kenapa tidak ada cerdasnya sama sekali jika menyangkut perasaan dia?!     

Gadis Cambion pun tersenyum lebar dan segera paham. "Aha ha ha! Ternyata Kenzo!" Ia merasa ini sangat menggelikan.     

"Ekhem! Andrea, jangan sebut nama dia!" seru Dante menahan emosi. Kapan Andrea mulai memahami perasaan halus dia?! Perasaan halus? Benarkah itu, Tuan Nephilim?     

Sedangkan Andrea, dia teringat langsung dengan ucapan Kyuna bahwa Dante adalah tipe lelaki yang mudah merasa cemburu bila Andrea tidak berhati-hati dalam bertingkah dan berujar. Kyuna pernah menasehati Andrea untuk mulai lebih peka pada perasaan Dante.     

Tapi, hal begini sebenarnya menggelikan bagi Andrea. Sebelumnya, Dante cemburu pada kedekatan Rogard dengan dia dalam hal alkemia. Ternyata, tidak hanya Rogard yang mendapat jatah cemburu Dante, namun juga panglimanya, Kenzo pun juga mendapatkan porsi cemburu dari sang Nephilim.     

Ini lucu bagi nona Cambion. Dante yang cemburu itu... ternyata lucu dan menggemaskan.     

"Ha ha ha! Kenzo! Kenzo! Kenzo!" Andrea malah menggoda dengan sengaja. Ia senang melihat raut cemburu Dante. Dalam pengelihatan Andrea, hal itu menggemaskan. Dante yang biasanya tegas, dingin dan galak, berubah menggelikan bila sedang cemburu.     

Andrea suka itu.     

Dante mendelik gahar. "Kau!" Ia bangkit dan mengejar Andrea yang sudah berlari terlebih dahulu.     

Mereka pun jadi mirip anak kecil yang justru kejar-kejaran di sekitar sungai emas. Andrea menggunakan tenaga Mossa untuk menghindar dari tangkapan Dante.     

Yang satu tertawa meledek, yang lainnya melotot galak dan marah-marah. Dua orang itu memang terkadang berbuat sangat kekanakan. Tapi begitulah mereka. Itu salah satu bentuk komunikasi intim bagi mereka berdua.     

Hubungan dua ras unik ini memang seunik diri mereka sendiri. Kadang dengan saling berdebat dan ribut justru makin mengeratkan ikatan mereka. Yah, sebuah cinta tidak hanya terjalin dari keindahan bunga-bunga dan manisnya madu saja.     

Cinta seperti pelangi, dia memiliki banyak warna, banyak lapis, dan semuanya bisa berbeda-beda. Cinta tidak mungkin satu warna saja. Bahkan terkadang ada warna yang tidak kau sukai muncul pula dalam cinta. Namun semua warna itu justru membentuk keindahan pelangi itu sendiri. Itu adalah sebuah kesatuan yang utuh dan solid.     

Itulah pelangi. Itulah cinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.