Devil's Fruit (21+)

Aroma Aneh



Aroma Aneh

0Fruit 311: Aroma Aneh     
0

Tak terasa, mereka sudah menjalani empat hari di area Sacred Land. Andrea selalu tidak sabar, dan Dante selalu yang menenangkan ketidak sabaran dari Andrea.     

Mereka sudah berkali-kali mandi berendam di sungai berwarna emas, dan memang sensasinya sangat menyenangkan. Tubuh dan seluruh sel mereka bagai diperbarui, bagai di-upgrade, menyebabkan kulit mereka lebih halus, lebih kencang, dan lebih bersinar sehat.     

Dante pun telah mencoba duduk diam di bawah air terjun emas. Jika ia tidak kuat melawan derasnya aliran air terjun yang menghantam puncak kepalanya, ia akan berdiri dan diam menahan deru air terjun di atas kepalanya.     

Tuan Nephilim percaya hal itu pasti berguna untuk dirinya. Bukankah banyak pendekar yang menempa ketahanan dirinya dengan berdiri menyongsong di bawah air terjun seperti yang dia lakukan sekarang?     

Seperti sekarang, Dante sedang duduk bersila seperti sikap meditasi di bawah air terjun, sementara Andrea sibuk berenang hilir mudik di sungai dekat air terjun jatuh. Tentu saja mereka memakai pakaian meski yang paling minim yang mereka punya.     

Dante hanya memakai boxer, sedangkan Andrea memakai bikini ala wanita jaman purba, bikini dari kulit bulu binatang. Beruntung sekali Andrea membawa banyak pakaian dia dan Dante untuk berjaga-jaga di Sacred Land, karena mereka tidak mungkin pergi ke Cosmo.     

Pintu gerbang Sacred Land bisa terbuka kapan saja, dan mereka tidak boleh lengah.     

"Wuhuuu~ Dan, berenang sini! Jangan semedi mulu, ntar jadi batu, loh!" Andrea berteriak keras untuk mengalahkan suara deru air terjun.     

Mata Dante terbuka sedikit meski itu sebuah usaha susah payah di bawah tekanan air terjun, lalu kembali tertutup tanpa menggubris Andrea.     

Andrea kesal diabaikan saban Dante fokus di bawah air terjun begitu. Tiba-tiba, muncul niat jahil darinya. Ia berenang ke dekat Dante berdiri, lalu susah payah menjangkau Dante.     

Tepp!     

Gadis Cambion sudah memeluk Dante yang sedang duduk. "Dante, ayo main air di sana... jangan gini mulu, napa? Ntar jadi batu lalu ditumbuhi lumut, loh!"     

Dante terkejut mendapat pelukan dari Andrea. Mau tak mau dia terpaksa membuka matanya meski susah payah. "Bocah, apa-apaan kau ini?! Sana, main air sendiri, jangan ganggu aku yang sedang berlatih!"     

"Berlatih? Berlatih apaan? Orang kamu cuma duduk doang gini, kok!" teriak Andrea karena deru air terjun cukup keras. Ia juga berjuang membuka mata karena tekanan dari air terjun di atas kepalanya. "Eh?! Kok rasanya..." Andrea mulai terdiam karena dia tidak menyangka mendapatkan sensasi unik ketika berada di bawah air terjun persis.     

Tekanan dari air terjun yang menghempas pada puncak kepalanya membuat otak dia serasa ditampar tapi membawa kejernihan berpikir. Ini adalah hal baru untuknya. Meski awalnya sakit dan tidak tahan, waktu demi waktu berikutnya, Andrea mulai bisa menerima tekanan dari air terjun.     

Setelah itu, dia jadi sering bergabung dengan Dante di bawah air terjun.     

Seminggu tidak terasa telah berlalu. Bahkan Andrea tidak menyadari bahwa ini sudah mencapai satu tahun mereka berada di alam milik Pangeran Incubus Djanh.     

Tidak hanya itu, Andrea juga tidak menyadari bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dia genap berusia delapan belas tahun. Sungguh tidak terasa waktu satu tahun berlalu. Andai dia sadar ini hari kelahirannya, tentu dia sudah girang tak jelas sendiri dari tadi.     

Ini karena aliran waktu di Sacred Land tidak terdeteksi, karena Sacred Land terus memutarkan siang hari saja. Tidak ada pagi, sore, maupun malam. Oleh sebab itu, Andrea kehilangan hitungan harinya.     

Dari tadi, Andrea merasakan gelisah tak jelas. Ada semacam hawa panas yang aneh dari dalam tubuhnya. Sejak bangun tidur, ia merasa aneh. Ketika menoleh ke samping, Dante masih tidur lelap. Mereka sebelumnya duduk sangat lama di bawah air terjun sampai lelah dan tertidur lama pula ketika kembali ke tenda.     

Andrea pun keluar dari tenda dan bermaksud untuk mandi berendam di dalam sungai emas saja untuk meredakan hawa panas di tubuhnya.     

Karena yakin Dante sedang tidur, Andrea melepas semua baju, termasuk dalaman. Ia melangkah perlahan ke sungai dan mulai benamkan tubuh telanjangnya ke dalam sungai. Segera, rasa nyaman itu datang. Ia pejamkan mata menikmati kesegaran air sungai yang meresap dalam pori-pori kulitnya dan ia merasa tenang.     

Sebuah keinginan muncul di benak Andrea. Ia begitu gerah, dan air sungai ini membawa sensasi sejuk menyenangkan. Andaikan dia meminum air sungai ini, tentu tubuh dalamnya akan lebih merasa lekas segar dan nyaman, bukan?     

Dengan menangkup air pada telapak tangannya, Andrea pun memasukkan air berwarna emas pekat itu ke dalam mulutnya dan air segera melewati tenggorokan begitu lancar. Segar. Andrea mengulang lagi beberapa kali, meneguk air emas.     

Namun, seketika, setelah tegukan ke lima, dia merasa kepalanya pusing bagai berputar. Ia terhuyung berusaha mencapai ke tepi sungai. Jantungnya berdebar kencang. Celaka, rupanya nasehat Dante untuk tidak meminum air sungai emas ini sepertinya benar!     

Andrea susah payah berjalan di air yang cukup deras alirannya. Ia berkali-kali terjatuh karena pusing dan rasa lemas yang tiba-tiba saja menyerbu dia.     

Di dalam tenda, Dante merasa terusik akan sesuatu. Ia gelisah dan mulai terbangun. Ada aroma yang sangat mengusik dia hingga berhasil membuatnya bangun. Ia bangkit dan keluar dari tenda. Aroma ini sangat menusuk indera penciumannya.     

Aroma yang sangat manis dan menekan otaknya.     

Khawatir mengenai Andrea karena aroma aneh ini, Dante mengira ada makhluk berbahaya yang mendatangi Sacred Land.     

Saat ia melihat Andrea terhuyung-huyung mencapai tepi sungai, aroma itu makin kuat menyerang otak dan hidung Dante. Seketika, Dante merasakan otaknya kosong. Hanya ada aroma saja yang berkuasa di sana.     

Setiap sel otaknya hanya terisi akan aroma itu. Tidak ada yang lain. Bahkan Dante sudah lupa akan kekhawatirannya tadi akan makhluk berbahaya.     

Aroma manis yang kuat itu telah merenggut semua kesadaran Dante.     

Langkah Tuan Nephilim pun sampai di tepi sungai. Ia menyaksikan Andrea yang berjalan terseok-seok, dan telanjang tanpa apapun.     

Mendadak, gemuruh batin Dante menggelegak tak bisa ditentramkan. Ditambah dengan aroma aneh yang terus menggerus kesadarannya.     

Andrea melihat kedatangan Dante. Ia sudah sangat kepayahan dan berseru pada Dante, meminta tolong lelaki itu untuk membantunya berjalan, namun suaranya terasa lenyap, tenggorokannya mendadak kering tanpa sebab.     

Apalagi ketika Dante berjalan ke arahnya dengan pandangan berbeda, Andrea mulai memahami adanya sinyal bahaya. Oleh karena itu, Andrea bermaksud untuk lekas kembali ke dalam sungai.     

Tapp!     

Sayang sekali, Dante sudah berhasil menangkap lengan Andrea. Gadis itu menoleh dan wajahnya sudah dipenuhi ketakutan. Mata Dante aneh. Itu seperti bukan Dante yang biasanya.     

Andrea berusaha memberontak melepaskan diri dari rengkuhan Dante, namun tenaganya mulai menipis. Bahkan dia tidak bisa menggunakan Mossa!     

Hei! Kemana semua kekuatanku! Andrea bergumam panik di benaknya. Bahkan dia tidak bisa mengeluarkan energi api sedikitpun! Apapun kekuatan unik yang dia miliki, semua sepertinya lenyap tanpa bekas. Yang ada hanya rasa tak bertenaga dan pusing.     

Andrea menggeleng menatap wajah aneh Dante. Ia meratap memohon, "Jangan... kumohon, Dan..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.