Devil's Fruit (21+)

Raungan Kebencian



Raungan Kebencian

0Fruit 313: Raungan Kebencian     
0

Dante dilanda kepanikan. Ia kini sudah dalam keadaan sadar sepenuhnya karena aroma Andrea sudah menghilang bersamaan dengan pingsannya si gadis. "Andrea! Andreaaa! Hoooii!" Ia menepuk-nepuk pipi Andrea, namun percuma saja.     

Bingung, Dante pun beranjak ke sungai dan membasahi bajunya untuk membilas darah di selangkangan Andrea. Itu ia lakukan berkali-kali sampai tak ada lagi darah yang nampak di sana.      

Kemudian dia memindahkan Andrea ke dalam tenda, menunggu gadis itu siuman. Namun hingga waktu beranjak lama, Andrea tak juga sadar. Dante kalut. Apakah dia sudah membunuh gadis itu?! Ia periksa nafas Andrea, masih ada... namun panas. Ya, nafas Andrea terasa panas.     

Gadis itu demam.     

Dante lekas memakaikan pakaian ke Andrea sekenanya, berharap gadis itu tidak kedinginan. Sembari menunggu pakaiannya kering, Dante berkeliling di area itu mencari sesuatu yang sekiranya bisa menghangatkan Andrea.     

Sayangnya, Djanh tidak menyediakan kayu bakar dan korek api untuk memudahkan Dante.     

Pria itu bingung. Ia harus berbuat apa supaya Andrea lekas sadar kembali? Bagaimana jika nanti hawa dingin datang dan menusuk tulang?! Ohh, dia lupa, bahwa ini bukanlah alam dunia yang nyata. Ini alam ciptaan Iblis.     

Dante harus bersyukurkah karena itu? Karena memang takkan ada pergantian siang dan malam, jika sedari tadi langit tetap saja cerah namun tidak terik. Dia sudah kembali ingat mengenai itu.     

Tak tau harus melakukan apa, Dante pun melingkupkan bajunya pada tubuh Andrea. Ia juga turut masuk ke dalam 'selimut' dadakan tersebut. Ia peluk Andrea dengan harapan bisa memberikan kehangatan dan menurunkan demam si gadis.     

Dante tertidur sembari memeluk Andrea. Ia tak sadar ada sebuah bola mata yang melayang di atas mereka, lalu mata itu menghilang.     

Ketika terbangun, Dante meraba sebelahnya. Kosong! Ia terduduk langsung, celingukan mencari Andrea. Rupanya yang ia cari sedang duduk memeluk lutut di sudut tenggara.     

"Andrea..."     

"Jangan mendekat lagi, lelaki binatang..." desis Andrea kala Dante beranjak ke arahnya. Tanpa menatap Dante, Andrea mengutuk pria itu. "Kau pria laknat."     

Dante tertunduk. Ya, ia memang salah. Amat salah. Perbuatannya sudah keterlaluan. "Maaf..."     

"Hah! Maaf? Gampang sekali, yah." Andrea terkekeh meledek. "Memang semua lelaki adalah binatang, iblis berdaging."     

Pria Nephilim makin merasa kikuk. Ia usap tengkuknya. Untung saja ia sudah memakai boxernya, sehingga tidak lebih terlihat bagai penjahat kelamin yang telanjang di depan korbannya. Astaga... korban. Ia sudah memiliki korban dari perbuatan bejatnya.     

"Andrea..."     

"Bagus sekali, bukan? Kau memerkosaku, lalu sesudah itu akan membunuhku, dan voilaaa! Kau naik ke surga! Alangkah sucinya ras kalian! Hahah!" Tawa sumbang Andrea dideraikan sambil menatap sengit ke Dante.     

"Tolong jangan bicara begitu."     

"Lalu kamu berharap aku bicara apa, hah?!" Andrea menaikkan suara.     

Dante menengadah seraya pejamkan mata dan menghela nafas. "Iya, aku tau aku salah. Sangat salah. Perbuatanku memang gila dan bejat. Oke, aku terima itu. Aku akui itu."     

"Lalu?"     

"Hmm? Apanya yang lalu, Andrea?"     

"Kapan kau membunuhku?"     

"Andrea, please jangan ungkit itu dulu saat ini!"     

"Bukankah itu tujuanmu selama ini, tuan hebat!?"     

Dante mengerjap sembari menghela nafas kuat-kuat dua kali. Gadis itu sedang menguji dia kah? "Bukankah sudah kukatakan sebelumnya, aku tak ada minat membunuhmu selepas dari alam ini, Andrea."     

"Ohh, apakah aku harus berterima kasih? Sampai kapan niat itu akan muncul kembali? Atau kau mungkin ingin memperkosaku dahulu sebelum membunuhku?"     

"Andrea, CUKUP!" Dante mulai berteriak tegas. Ia meremas surai gelap dengan gerakan gemas. "Kalau aku memang berniat membunuhmu, tentu sudah kulakukan saat kau pingsan! Tentu aku takkan kelabakan memikirkan bagaimana agar demammu turun!"     

"Waahh... kau baik sekali, Tuan..." Andrea bertepuk tangan. "Aku sungguh terharu mendengar kisah heroikmu menyelamatkan aku!" Dia merasakan sakit hati teramat sangat dan juga sakit pada sekujur tubuhnya.     

Dante bagai sudah mengkhianati dirinya, mengkhianati kesepakatan mereka untuk tidak bercinta sebelum Andrea siap dan bersedia.     

Sayangnya, Dante justru memperkosa dia, dan dia benci karena tidak bisa melawan sama sekali. Andrea tidak tau bahwa aroma feromon Succubus dia menguar dengan deras sesaat setelah dia meminum air sungai emas.     

Ditambah dengan hari kelahiran dia yang membuat semua kekuatannya lenyap. Bisa disimpulkan bahwa semua ini karena fenomena hari kelahiran Andrea dan ditambah meminum air sungai emas yang memunculkan aroma feromon dia yang susah ditampik siapapun yang menghirupnya.     

Namun, Dante tidak mengatakan apa-apa mengenai aroma yang sudah membuat dia gelap mata dan kehilangan kontrol.     

"Berhenti menyindirku, Andrea."     

"Apa kau punya kuasa atasku, Tuan?"     

"Andrea, jangan menguji kesabaranku."     

Gadis itu mendengus geli, seolah mengejek. Ia bangkit meski tertatih. Lalu berjalan menuju sisa pakaiannya dan tanpa memperdulikan Dante, ia pakai semua bajunya secara lengkap, termasuk dalaman.     

Dante hanya bisa memperhatikan tanpa berbuat apapun. Andrea takkan mau didekati.     

"Pakai pakaianmu juga secara lengkap, binatang. Aku risih melihat penampilanmu itu." Tatapan sengit Andrea cukup menyiratkan betapa ia benci Dante. "Kurasa aku tinggal menunggu waktu saja untuk dibunuh olehmu. Oh hebat sekali nasibku, diperkosa, lalu dibunuh. Apa tak ada yang lebih hebat dari ini, hah?!"     

BRUKK!!     

Tubuh sintal itu pun ambruk ke tanah.     

"Andrea!" Dante memburu ke arah jatuhnya sang gadis. Ia segera raih tubuh itu dan memeriksa keningnya. "Demammu belum turun, dasar gadis keras kepala!"     

Terpaksa Dante merebahkan Andrea di alas tidur di tenda dan ia menyobek ujung kemejanya sebagai sarana kain pengompres dahi Andrea menggunakan air sungai yang sejuk. Ia sampai bolak-balik ke sungai untuk mengambil air, berharap itu bisa menurunkan demam Andrea.     

Menatap Andrea yang terpejam khidmat dengan kain kompres di dahi, Dante sibuk dengan pikirannya. Wajah lelah Andrea tetaplah manis meski agak pucat. Bibir itu masih ada rona merah muda.     

Perlahan, tangan sang pria terjulur meraih pipi sehalus satin. Lalu telunjuknya mengusap bibir Andrea, menelusuri lekuknya.     

'Kenapa harus ada Iblis dan Nephilim?' batin Dante tiba-tiba. Lalu tersadar, ia menjadi gelisah akan batinannya sendiri. Tak menyangka akan menggumamkan itu di benak.     

Namun karena sibuk berfikir, ia jadi terlelap di samping Andrea. Terbaring menyamping ke arah Andrea dengan berbantalkan lengannya sendiri, ia jatuh tertidur.     

Sementara, di alam Cosmo, semua anggota kelompok Andrea sudah menyaksikan kebrutalan Dante pada Andrea. Kyuna menggenggam erat telapaknya sendiri hingga memutih buku jarinya dan kukunya menancap pada daging tangannya. Ia geram dan benci.     

Rogard memeluk bahu Kyuna. "Tuan dipengaruhi feromon aneh dari Nona Andrea. Tolong jangan sepenuhnya menyalahkan Tuan."     

"Lalu, apa dia bisa seenaknya saja berbuat keji begitu ke Noni?!" Kyuna melampiaskan marahnya ke Rogard. Matanya sudah basah.     

Mereka semua bisa melihat adegan menyakitkan itu karena ikat pinggang Cosmo  tergeletak di dekat tempat dimana Dante menggagahi Andrea secara kejam.     

"Untung saja tidak ada Kuro dan Shiro saat ini, atau mereka akan patah hati melihat kebiadaban papa mereka. Tsk!" Gazum menggeleng kecewa pada Dante.     

Ra dan Fro tertunduk sedih. Mereka tidak bisa apa-apa karena tidak boleh keluar dari Cosmo dan tidak akan bisa keluar kecuali pikiran Andrea yang mengeluarkan mereka.     

Kyuna meraung marah dalam pelukan Rogard. Mereka semua marah pada Dante. Hanya Rogard yang terus membela majikannya karena tau persis bahwa aroma Succubus Andrea susah ditolak dan bisa membuat otak menjadi kosong.     

Sabrina ikut marah dan sedih, namun juga tidak bisa berbuat apapun. Noir menenangkan Sabrina, membawa istrinya ke kamar mereka.     

"Noni! Noniiii~ hu hu hu~ Noni~ kenapa dia harus menerima perlakuan sejahat itu! Hu hu hu~ Tuan Dante kejam! Tuan Dante laknat!" raung Kyuna terus menerus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.