Devil's Fruit (21+)

Benih Surga dan Neraka



Benih Surga dan Neraka

0Fruit 317: Benih Surga dan Neraka     
0

Malam sudah beranjak makin larut. Shelly sudah terlelap di kamarnya. Andrea sudah seminggu ini menginap di rumah Shelly. Tentu saja Kenzo masih terus menjaganya meski Dante sudah tak ada.     

Selama junjungannya, King Zardakh, memerintahkan ia terus mendampingi Puterinya, maka tak ada alasan bagi sang Panglima Incubus untuk meninggalkan Andrea.     

"Tuan Puteri... kuharap kau tetap waspada meski si Nephilim itu sudah kembali ke dunianya. Masih banyak yang akan mengincar Tuan Puteri, yaitu para Nephilim seperti Dante dan bisa jadi beberapa ras Iblis lain yang mengincar kekuatan Puteri," papar Kenzo saat Andrea masih ada di balkon kamar Shelly.     

"Mengincar kekuatanku?" beo Andrea. Ia sipitkan mata, seolah sangsi pada apa yang ia dengar.     

"Ya. Ini juga aku ketahui beberapa hari ini dari pembicaraan para Soth. Mereka bilang ada beberapa ras Iblis yang berencana mengambil kekuatan Puteri. Karena... Puteri itu spesial."     

Andrea memiringkan kepala. "Maksudmu... nyawaku dalam bahaya lagi? Mereka akan membunuhku?"     

Kenzo mengangguk. "Tahap halusnya mungkin mereka akan menghisap kekuatan Puteri. Dan tahap beratnya... mereka melenyapkan eksistensi Tuan Puteri, dalam arti membunuh, dengan mengambil jiwa murni Puteri."     

"Tega sekali Iblis membunuh kaumnya sendiri?" Andrea menaikkan alis. "Ohh, aku lupa... kalian kan Iblis, yah! Susah berperasaan."     

"Tuan Puteri lupa kah bahwa manusia juga bisa saling membunuh dengan berbagai alasan."     

Ucapan Kenzo langsung membungkam Andrea. Memang benar yang dikatakan Panglima itu. Manusia pun sama kejamnya dengan Iblis dalam taraf tertentu. Seolah tak ada bedanya, berlomba dengan Iblis membuat kerusakan di dunia dengan berbagai ulahnya.     

"Apakah karena aku Cambion?"     

"Ya, Puteri. Kekuatan Puteri itu sangat unik. Karena itu, akan banyak yang mengincar apa yang Puteri miliki. Bahkan... jika Puteri mengasah kemampuan sihir Puteri, Anda bisa lebih kuat dari Iblis."     

"Waow!" Andrea tampak terpukau. "Benarkah? Jadi aku bisa menghajar ayah brengsekku itu kalau aku mau belajar dengan sihirku?" Andrea menyeringai. Kenzo tidak tau bahwa kekuatan iblis murni Andrea sudah lama terbangkitkan beserta dengan kemampuan alkemia dan penulisan rune pula.     

"Ehem! Itu..." Kali ini Kenzo yang terbungkam.     

.     

.     

.     

"Andrea... kau harus makan. Ini sudah hari ke berapa kau menolak makan pagimu?" Oma sampai mengeluhkan sikap cucunya. Rasanya sudah 3 hari ini Andrea tak mau menyentuh sarapannya.     

"Rasanya mual banget, Oma. Maaf, bukannya masakan Oma gak enak, loh yah..." Gadis itu jadi tak enak hati sendiri karena memang sudah beberapa hari dia tak mau menyentuh sarapan. Perutnya mendadak bergolak hebat saat mencium bau makanan di pagi hari. Apakah dia sakit?     

"Tapi... kau bisa lemas dan jatuh sakit kalau-"     

Ucapan Oma tak sempat selesai karena Andrea keburu lari ke kamar mandi untuk muntah. Oma termenung melihatnya. Kemarin pagi cucunya juga muntah saat Oma mendekatkan sarapan untuk membujuk Andrea makan.     

Apakah...     

"Sayank..." Oma sudah di ambang pintu kamar mandi. "Apa yang kau rasakan?"     

Andrea menoleh ke Oma usai dia membilas mulut dengan air sekedarnya. "Rasanya mual banget, Oma. Kayak gak bisa kalo ada bebauan makanan gitu. Aku sakit apa, yah Oma?" Ia pun bangun dibantu sang nenek yang tersenyum masygul.     

"Apa bulan ini kau haid?" tanya Oma sembari memapah sang cucu ke kamar.     

"Haid?" Andrea tertegun sebentar. Dia malah lupa, kapan dia terakhir memakai pembalut? Seminggu lalu? Atau sebulan lalu? Atau setahun lalu? "Aku... aku lupa, Oma. Kayaknya... mens-ku telat deh bulan ini. Saking stresnya kali yah, Oma. Dah mulai banyak test di sekolah. Pusing, Oma." Ia tidak berani mengatakan pada Oma bahwa dia sudah berhenti menstruasi semenjak mendapat kekuatan di usia tujuh belas dia, setahun lalu.     

"Pusing mikirin test?" tanya Oma sambil tetap memeluk lengan cucunya ke kamar Andrea.     

"Pusing... beneran..."     

Bruukk!     

"Andrea!" pekik Oma ketika tubuh Andrea melorot dari pelukannya dan terkulai ke lantai.     

Demi mendengar itu, Kenzo langsung melayang masuk. "Oma! Ada apa?" Ia panik dan lekas mengangkat tubuh Tuan Puterinya ke ranjang. Oma dan Opa sudah tau siapa Kenzo.     

"Dia... dia tadi muntah dan... bilang pusing..." Oma jadi panik dan seperti orang linglung. Opa sudah berangkat kerja. Makanya Oma agak bingung. "Ken, ini bagaimana?"     

"Bagaimana apanya, Oma?" Kenzo balik bertanya.     

"Apakah... Andrea punya pacar?" tanya Oma tiba-tiba. Beliau baru saja menyelimuti cucunya yang tampak pucat.     

"Pacar?" Kenzo miringkan kepala. "Selama saya menjaga Puteri, dia sama sekali tak pernah berhubungan asmara dengan lelaki manapun, Oma."     

Tak berapa lama... Oma menatap Kenzo penuh telisik. Pria Incubus itu sampai kikuk ditatap sedemikian rupa oleh nenek dari Puterinya. "Oma... tidak sedang mendakwa aku adalah pacar Tuan Puteri, kan?"     

"Lalu siapa lagi yang selama ini kemana-mana bersama cucuku, humm?" Oma tak mau dipatahkan argumennya.     

"Tidak, Oma. Hubungan kami murni antara junjungan dan bawahan saja."     

"Lantas... siapa lagi yang mendekati dia? Atau pergi bersamanya?"     

"Memangnya kenapa, Oma? Tolong Oma bicara lebih jelas saja."     

Oma terdiam sejenak, ragu. Ingin bicara, tapi apakah pantas? Walau susah rasanya menahan. "Sepertinya... cucuku... hamil?"     

"HAH?! HAMIL?!" Mata Kenzo sampai terbelalak.     

"Tanda-tandanya mirip orang hamil, Ken. Cobalah kau gunakan kekuatanmu, siapa tau bisa mendeteksi hal-hal seperti itu." Oma saking bingungnya sampai meminta bantuan Kenzo.     

"Tapi... aku tak punya kekuatan seperti itu, Oma," jawab Kenzo apa adanya. "Ada memang, Iblis yang bisa berperan seperti dokter."     

"Apakah dia bisa dipercaya? Kalau bisa, segera panggil dia!" Oma seolah mendapat secercah asa. Bagaimanapun ia harus tau secara pasti apakah cucunya benar-benar hamil, atau kah hanya sakit biasa saja karena lelah.     

Kini ganti Kenzo yang kebingungan. Hamil? Bagaimana bisa Tuan Puterinya hamil? Tiba-tiba dia teringat akan kejadian di mana Andrea dilempar bersama Dante ke dimensi ciptaan Pangeran Djanh. Gerahamnya seketika bergelutuk saling beradu. Geram. Emosi. Merasa gagal.     

Meskipun begitu... jika memang ini masih diragukan, ia harus selekasnya mencari dokter Iblis yang ia maksud supaya semuanya jelas mengenai kondisi Puteri junjungannya.     

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Oma. Para Soth akan tetap berjaga di sini untuk kalian. Aku akan secepatnya kembali membawa dokter itu."     

.     

.     

.     

"Wow!" Itu ucapan awal dari Iblis yang menguasai ilmu medis usai memeriksa kondisi Andrea yang masih tertidur. Iblis wanita muda cantik berambut perak dengan paduan merah muda dan matanya putih berkilau pada irisnya. Dia cantik.     

"Wow bagaimana, Druana?" tanya Kenzo makin tak sabar. Karena sang 'Dokter' malah sibuk senyum-senyum saja sedari tadi. "Cepat katakan!"     

"Tolong... jujur saja bagaimana keadaan cucuku," pinta Oma yang juga ada di ruangan.     

Iblis bernama Druana itu memandangi Kenzo dan Oma bergantian. "Wow karena... baru ini aku bertemu dengan anak salah satu Raja Incubus. He he..." Druana masih saja tersenyum penuh  misterius. "Dan wow atas kekuatannya yang amat besar."     

"Kau yakin?" Kenzo memicingkan mata. "Kekuatan Puteri sangat besar?"     

Druana mengangguk. "Ya. Dan itu wajar terjadi pada semi-devil yang sedang hamil seperti dirinya," ucap si Iblis, enteng.      

Oma refleks menutup mulutnya yang ternganga dengan tatapan tak percaya. Lantas wanita renta itu segera berpegangan pada kursi yang akhirnya ia duduki.     

"Cucuku... benar-benar hamil?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.