Devil's Fruit (21+)

Koloni Kingkong Tubuh Besi



Koloni Kingkong Tubuh Besi

0Fruit 184: Koloni Kingkong Tubuh Besi     

Perjalanan mereka berlanjut di dalam alam ciptaan Pangeran Incubus Djanh. Meski ingin lekas menemukan pintu keluar alam buatan tersebut, namun tidak bisa disangkal dalam hati Andrea dan Dante, mereka sama-sama menikmati kebersamaan ini hari demi hari.     

Bulan kedelapan sudah ditapaki pada minggu awal. Semua terasa lancar dan menyenangkan. Semua saling berinteraksi dengan baik dan saling mengasah kemampuan masing-masing pula.     

Di suatu siang ketika kelompok Andrea usai menaklukkan beberapa siluman kambing gunung, mereka menemukan sebuah koloni di balik bukit.     

Itu adalah koloni dari siluman kingkong.     

Setelah dipelajari sebentar, Andrea mengetahui bahwa siluman kingkong masih di level rendah, seluruh koloni itu sama-sama masih di level rendah. Mereka pastinya hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa sebagai kecerdasan mereka saja, tanpa bisa memiliki tubuh humanoid layaknya siluman level di atasnya.     

Andrea dan kelompoknya tetap bersembunyi di balik bukit lainnya untuk mengawasi koloni siluman kingkong tersebut.     

"Kayaknya beneran siluman level rendah, deh." Andrea menoleh ke Dante, seolah-olah meminta persetujuan dari opininya.     

Dante mengangguk tanpa menatap Andrea. "Dan tubuh mereka berkilau kehitaman, sepertinya itu terbuat dari besi."     

"Siluman Kingkong Tubuh Besi." Rogard menimpali. "Sepertinya itu memang mereka. Yang saya tau, Siluman Kingkong Tubuh Besi memang susah mendapatkan tubuh humanoid karena karakteristik alami mereka sudah menyerupai manusia itu sendiri."     

"Iya juga, sih!" Andrea berbisik sambil kepalanya manggut-manggut.     

"Tapi, Nona..." Rogard masih ingin menambahkan. "Meski mereka susah naik ke level menengah, mereka memiliki kekuatan dan daya tahan tubuh yang tidak kalah dengan siluman level menengah."     

"Heh?!" Andrea berseru tertahan. "Mereka sekuat itu?"     

Rogard mengangguk penuh keyakinan. Dia sudah hidup lebih dari seribu tahun, sudah banyak melihat segala hal yang aneh dan ajaib di dunia ini, wawasannya bisa dikatakan mumpuni karena senioritasnya.     

Andrea dan Dante bersyukur dengan adanya Rogard. Setidaknya, mereka tidak perlu menunggu Gulungan Kuno jatuh dari langit untuk menjelaskan ini dan itu terlebih dahulu. Cukup Rogard saja sudah bisa menerangkan segala sesuatu.     

Wusss! Wusss!     

Andrea nyaris berteriak jika tidak ingat mereka sedang mengintai. Itu karena kedua bocah hybrid, Kuro dan Shiro, tiba-tiba saja mereka melesat mendekat ke habitat koloni Siluman Kingkong Tubuh Besi.     

Bisa dibayangkan kekacauan macam apa jika mereka asal menyerbu koloni itu tanpa persiapan rencana yang baik dan matang.     

Andrea sudah hampir bangkit untuk menyusul anak-anak angkatnya ketika Dante lekas menahan gadis Cambion tersebut.     

"Jangan ngawur." Dante memperingatkan.     

"Tapi mereka-"     

"Tubuh mereka dibuat mengecil sedemikian rupa. Yakin saja bahwa mereka tau apa yang mereka perbuat. Kita tunggu di sini."     

Andrea surut mendengar ucapan Dante dan kembali ke posisinya, menunggu kedua bocah nakal itu kembali.     

Tak berapa lama, duo hybrid itu pun kembali ke tempat rombongan Andrea bersembunyi.     

"Kalian ini!" Andrea gemas sekaligus cemas, menegur keduanya yang malah tersenyum lebar penuh riang.     

"Mama! Mama! Kita harus masuk ke sana! Sekarang!" Kuro meloncat-loncat gembira di depan Andrea. Suaranya yang mirip bocah perempuan umur enam tahun sungguh lucu didengarkan.     

"Heh? Jangan sembarangan!" Andrea melotot. Enak sekali mereka berkata ingin masuk ke tempat koloni Kingkong Tubuh Besi tanpa disertai rencana matang. "Jumlah mereka ratusan, sayank!" Dia masih memarahi Kuro yang masih tetap riang ceria.     

Shiro maju ke depan Andrea. "Mama, di sana ada pohon kristal!" Mata si kalem Shiro bercahaya, menelan sikap tenang yang biasa ditampilkan si putih.     

Andrea dan Dante sama-sama membelalakkan mata. "Pohon kristal?!"     

Kuro dan Shiro mengangguk cepat bersamaan. Sedangkan Rogard tampak diam menganalisis ucapan duo hybrid. "Ada pohon kristal di tempat kingkong itu, Ma!"     

Nona Cambion dan Tuan Nephilim saling berpandangan satu sama lain.     

"Pohon kristal?" ulang Andrea. "Maksud kalian... pohon inti kristal?"     

"Hemm! Hemm!" Kuro dan Shiro kembali mengangguk bersama-sama.     

"Ceritakan tentang pohon itu. Wujud dan penampakannya." Rogard mulai bicara.     

"Tingginya mungkin dua kali tinggi Papa. Batangnya berwarna putih bersih!" Kuro mendeskripsikan.     

"Daunnya bening seperti kaca. Dan ada banyak kristal yang tergantung di setiap dahan yang seperti kaca." Shiro menambahkan.     

"Kristalnya berwarna-warni! Aduh itu pasti lezat!" Kuro gembira ria menjelaskan. "Mama, kita harus punya pohon itu! Ayo, Ma! Lekas ambil!"     

Andrea dan Dante menatap ke arah Rogard, si ensiklopedia hidup, seakan-akan meminta argumen dari pria jiwa pedang tersebut.     

Rogard yang paham dirinya ditunggu opininya, akhirnya memberikan suara, "Sepertinya itu memang pohon kristal inti. Pohon itu... astaga, saya tidak mengira di dunia ini masih ada pohon tersebut. Saya pikir pohon kristal sudah punah ratusan tahun silam setelah diambil secara masif."     

"Seriusan, tuh Ro?" tanya Andrea.     

Rogard mengangguk. "Itu pohon dari dunia Nether yang banyak diperebutkan oleh berbagai makhluk karena buah berbentuk kristalnya sangat berguna untuk peningkatan kekuatan. Ternyata pencipta alam ini termasuk salah satu yang bisa membudidayakan pohon langka itu."     

"Jadi... si Djanh-piiipp itu bisa dibilang salah satu yang udah ikutan berebut pohon itu, yah?" Andrea mulai paham akan asal usul pohon inti kristal.     

"Bisa jadi demikian, Nona." Rogard menyetujui kalimat Andrea.     

"Tapi kita tidak bisa sembarangan datang ke sana dan ambil pohon itu, ya kan?" Dante mengingatkan. "Bukankah kekuatan mereka sama seperti kekuatan siluman level menengah? Itu tidak main-main, apalagi jumlah mereka sangat banyak!"     

Andrea terdiam, dia mencoba memeras otak agar menemukan solusi bagaimana caranya agar mereka bisa memiliki pohon inti kristal tersebut.     

Mereka memang sudah mempunyai pohon buah energi. Dan itu memang sangat menunjang aktivitas mereka. Namun, pohon inti kristal sangat amat menggoda. Selain itu, bukankah itu berarti mereka bisa memiliki banyak inti kristal sebagai tambahan sumber daya?     

Dengan adanya pohon inti kristal itu, pastinya mereka tak perlu susah payah berburu siluman atau binatang buas yang hidup dalam koloni atau gerombolan.     

Mereka harus punya ide yang bagus agar pohon inti kristal berhasil didapat!     

Saat Andrea sedang berpikir, tiba-tiba sudut matanya melihat sekelebat bayangan siluman lain di bawah bukit sana. "Apa itu tadi? Kayak siluman kalajengking?"     

Dante menoleh ketika Andrea bergumam lirih. "Ada apa, Andrea? Apa yang kau ucapkan barusan?"     

Gadis Cambion itu menatap ke pria Nephilim disertai senyum lebar hingga matanya menyipit hilang. "Aku mo turun dulu sebentar ke bawah." Itu dibarengi dengan Andrea bangun dari duduknya, bersiap pergi.     

"Hei," Dante menahan lengan Andrea. "jangan gegabah. Jangan melakukan hal konyol."     

Andrea menggeleng. Ia malah menepuk-nepuk tangan Dante yang sedang ada di lengannya. "Tenang aja. Ini udah aku pikirkan matang-matang, kok. Dijamin lebih dari lima puluh persen sukses."     

"Apa yang akan kau lakukan, bocah?" Dante tajam menatap Andrea.     

"Umm... sementara ini... nyamperin siluman kalajengking di sana." Ia menunjuk ke beberapa siluman kalajengking yang ada di bawah bukit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.