Devil's Fruit (21+)

Sabrina



Sabrina

0Fruit 142: Sabrina     
0

Beberapa hari ini, Andrea banyak meluangkan waktu bersama Macan Sabertooth peliharaan dia. Si macan juga sudah mulai menerima Andrea, apalagi Andrea sering memberinya makan menggunakan energi api seperti Cero.     

Api Cero milik Andrea adalah api yang sangat kuat melebihi api biasa milik para Iblis yang biasanya disebut Troxo. Itu menyebabkan pertumbuhan kekuatan bagi Macan Sabertooth sangat melaju naik.     

Selain itu, Andrea juga menambah kedekatan mereka dengan sering mengajak si macan berjalan-jalan di alam Cosmo yang berbentuk pegunungan asri.     

Dante hanya mengawasi dan sesekali dia dan Rogard akan keluar berburu hewan elemen tanpa mengajak Andrea yang sedang membangun hubungan akrab dengan macannya.     

Hari ini, Dante selesai berburu dan pulang ke alam Cosmo meski masih siang. Ia bertemu dengan Andrea yang menunggang Macan Sabertooth yang baru saja berjalan-jalan di area pegunungan Cosmo.     

Wajah Andrea memerah berhias keringat. Ia dan si macan lekas mendekat ke Dante yang berjalan ke pondok.     

"Dante..." sapa Andrea.     

"Hm." Dante mengawali balasan dengan kata khas dia. Ia berhenti berjalan dan menatap sepasang majikan dan peliharaan di dekatnya. "Habis jalan-jalan?"     

Andrea mengangguk. "Hu-um. Kami juga latihan. Hihi, pokoknya asik banget!"     

Dante pernah melihat keduanya berlatih tanding. Macan Sabertooth berlaku bagai lawan dan Andrea harus gesit menghadapinya. Itu bagus. Dengan begitu, ketangkasan bertempur Andrea makin terasah baik.     

Lagipula, Dante percaya si macan takkan berbuat macam-macam yang akan membahayakan nyawa Andrea. Itu karena Rogard mengatakan bahwa sekali hewan berhasil dikontrak, maka hewan itu akan sangat loyal pada tuannya.     

"Jangan lupakan makan pilmu. Aku tak mau kau serang di mimpi. Ekhem!" Dante tidak menatap Andrea ketika mengatakan bagian terakhir kalimatnya, dan menutup kalimat dengan sebuah deheman seolah ia sedang membersihkan tenggorokan saja. Padahal, grogi.     

Andrea terkikik akan kalimat Tuan Nephilim. Ia tau Dante hanya malu-malu tapi mau, dan itu cukup menggemaskan bagi Andrea. "Dante udah pulang, mau makan siang di sini, yah?" Andrea menjajari langkah Dante sembari dia masih duduk di atas tubuh Macan Sabertooth yang sebesar banteng dewasa.     

"Hm."     

"Dante dah mirip suami yang pulang makan siang di rumah, hihi."     

"Hei!" Dante terpaksa hentikan jalan dan tatap cemberut ke Andrea.     

"Aihh~ baper banget, sih? Kan cuma mirip, bukan beneran!" kilah Andrea tak mau disalahkan. "Atau kamu kepinginnya beneran?"     

Dante memberikan jawaban dengan sebuah dengusan dan ia kembali berdehem membersihkan tenggorokan sambil masuk ke pondok, meninggalkan Andrea yang terkikik di teras.     

Andrea turun dari Macan peliharaan dia dan mereka masuk ke pondok bersama. Untung saja pintu pondok muat dimasuki tubuh macan itu.     

Macan Sabertooth duduk santai di lantai ruang makan, sedangkan Andrea mulai menghidangkan makanan yang sudah dia simpan di sebuah lemari khusus yang bisa menjaga temperatur suhu apapun yang dimasukkan ke sana.     

"Aku tadi udah masak sebelum jalan-jalan ama macan cantikku. Kamu udah pergi waktu tu." Ia meletakkan sepiring daging rusa bumbu pedas manis dan semangkuk besar sup ular. Ia punya banyak persediaan daging ular, karena biasanya ular yang mereka temui seringnya bertubuh gigantic.     

Andrea juga sudah menyiapkan daging elemen petir untuk Rogard, dan daging elemen api untuk dimakan macannya. Sekarang Rogard sudah mau belajar menerima makanan biasa asalkan itu berunsur elemen petir.     

Keempat makhluk berbeda jenis dan ras itupun makan dengan lahap dan sesekali Andrea akan mengobrol dengan Dante.     

"Aku kepingin kasi nama buat macan cantikku. Nggak mungkin, kan, aku manggil dia macan cantik melulu?" Andrea melomoti jari-jarinya bekas mengambil daging yang berlumuran bumbu.     

Ia memang lebih suka makan menggunakan tangan telanjang dibandingkan memakai sendok dan garpu. Dia merasa dengan melakukan itu, bisa mengingat memori hangat akan rumah Oma dan Opa.     

"Ya sudah, beri dia nama." Dante masih asik dengan sup ular di depannya. Dia akui, masakan Andrea tidak buruk meski hanya dengan bumbu sederhana.     

Di alam Cosmo, Andrea sudah banyak menumbuhkan beberapa tanaman seperti cabai, wortel, tomat, bawang, dan daun seledri. Ternyata alam Cosmo menyediakan banyak benih di lemari penyimpanan khususnya.     

Jika tidak ada kegiatan, Andrea akan bercocok tanam di kebun belakang pondok. Dan karena ini merupakan alam ajaib, ia memiliki air khusus untuk menyiram semua tanaman peliharaannya. Ini membuat semua tanaman lebih cepat berbuah hanya dalam waktu beberapa hari saja, dan keunggulan alam Cosmo, apapun tidak akan busuk di alam tersebut.     

Oleh karena itu Andrea mulai bisa mengolah bumbu yang dia dapatkan dari panen kebunnya, karena bumbu instan yang ada di lemari dapur terbatas pada bumbu rumit saja, seperti untuk barbekyu atau untuk membuat spageti.     

Kembali ke topik Andrea yang ingin menamai macan peliharaannya, ia terlihat antusias. "Menurut kamu, enaknya kasi nama apa, Dan?" Andrea julurkan tubuh ke depan karena dia duduk di seberang Dante.     

Dante meneguk ludahnya melihat sikap tubuh Andrea yang mengakibatkan dua payudara Andrea lebih terlihat provokatif karena ditekan di atas meja dan juga dikempit lengan Andrea. Apalagi gadis itu sedikit merunduk. Ah, Dante bisa gila. "Itu... terserah kau. Itu hewanmu, bukan hewanku."     

Lelaki Nephilim menundukkan pandangannya ke mangkuk sup, menuntaskan isi yang ada di sana. Setelah itu, ia mulai mengambil daging asam manis di piring lain.     

Andrea menaruh tangan kiri ke dagunya sambil menatap langit-langit ruang makan pondok. "Apa, yah? Apa nama yang asik untuk macan cantikku, yah? Saban aku tanya ke dia, dia bilang juga terserah aku. Rogard, kau ada usul dan ide?" Pandangan gadis itu terarah pada jiwa pedang yang duduk di samping Dante.     

"Tidak, Nona." Rogard menjawab singkat dan kembali makan dengan sikap elegan melebihi dua orang di dekatnya. Sepertinya Tuan Pedang ini pernah ikut kursus table manner di sebuah kursus kepribadian. Anggaplah demikian.     

Gadis Cambion mendesah. Semua orang tidak memberikan ide dan bantuan padanya.     

"Coba Nona berikan nama sesuai dengan sebutan dia," celetuk Rogard.     

"Ah! Ide bagus, Rogard!" Andrea menatap Rogard penuh terima kasih. "Ini nih baru namanya membantu kasi ide. Gak kayak Dante yang diam aja, huff..." Ia melirik sebal ke Dante.     

"Hei, apa kau sedang membandingkan aku dengan Rogard?" tanya Dante sambil bermuka masam. Apakah Tuan itu sedang cemburu dengan pedangnya?     

Satu tangan Andrea lekas melambai mengibas-kibas di depan wajahnya disertai senyum pura-pura seakan menyangkal tanpa punya dosa. "Hehe, enggak, enggak kok!" Andrea lebih baik mengalah saja daripada ribut dengan Dante. Hatinya sedang senang.     

"Maafkan saya, Tuan." Rogard malah tak enak hati karenanya. Ia pun berubah menjadi baut petir ungu kecil dan melesat masuk ke tubuh Dante.     

"Tuh, kan... Rogard jadi pergi gitu..." keluh Andrea seraya memanyunkan bibirnya.     

"Ya sudah, aku lebih baik pergi saja." Dante sudah bersiap bangkit meninggalkan meja jika tidak ditahan oleh tangan Andrea.     

"Eh, jangan, dong." Andrea memegangi tangan Dante. "Di sini aja temani aku ngobrol." Dia segera memasang muka memelas seperti anak kucing.     

Dengan satu dengusan, Dante pun kembali ke kursinya dan melanjutkan makan. "Pilih saja nama dari kata Sabertooth."     

Sepertinya Dante tak mau kalah dengan pedangnya dan memberikan usulan yang lebih spesifik. Andrea termangu merenungkan saran dari Dante.     

"Dari Sabertooth, yah? Iya juga, sih. Gak mungkin aku kasi dia nama Macan, Macie, Cancan? Hihi!" Andrea terkikik sendiri oleh pemikirannya. "Saber? Wah, Saber kayak nama karakter cewek di anime! Oke, kalo gitu... SABRINA!"     

Dante mendongak. "Sabrina?"     

Andrea mengangguk. "Hu-um! Sabrina, dari Saber. Saber sama aja dengan Sabre, kan? Nah Sabre... Sabrina. Bagus, kan?"     

"Terserah." Dante lanjutkan menyeruput kuah sup-nya hingga habis.     

"Yah, tadinya mo kasi nama Tuti."     

"Tuti?" Dante melirik ke nona di depan dia.     

"Iya, Tuti, dari Tooth. Hehe. Tapi kayaknya lebih perkasa Sabrina. Bwehee..."     

"Hm, terserah."     

Andrea lekas putar badannya ke arah Macan Sabertooth yang duduk tenang di dekat meja makan. "Macan cantik, sekarang namamu Sabrina. Kau mau, kan?"     

Macan itu menatap Andrea. Menggeram lirih yang didengar Andrea sebagai sebuah persetujuan.     

"Oke! Sudah ditetapkan! Sabrina!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.