Devil's Fruit (21+)

Curhat Dante



Curhat Dante

0Fruit 145: Curhat Dante     
0

Hari-hari Andrea dan Dante makin berwarna dengan kehadiran Sabrina dan Noir. Selain sebagai patner bertarung mereka, dua kucing besar itu juga berperan bagai kawan curhat layaknya binatang peliharaan jinak lainnya.     

Dan Andrea malahan akrab dengan dua kucing besar itu meski Noir adalah milik Dante. Itu karena Andrea sebenarnya penyayang binatang, apalagi terhadap kucing. Meski Noir adalah kucing yang sangat besar.     

Terkadang, Andrea mengajak Sabrina dan Noir untuk latih tanding dengan dia supaya dia bisa lebih meningkatkan kekuatan bertempurnya. Sedangkan Dante, biasanya hanya menonton di pinggir atau sekedar mengawasi saja.     

Seperti sore ini, usai mereka latih tanding di alam Cosmo, Andrea kelelahan dan duduk pasrah di punggung Noir. Ia rebahkan kepalanya di surai lembut Noir dan kedua tangan dan kakinya menjuntai ke bawah, terayun-ayun seraya singa hitam itu berjalan pelan bersama Sabrina di sampingnya. Dante juga ada.     

"Makanlah Pil Inti sesudah ini, Andrea." Dante mengingatkan.     

"Umh," jawab Andrea dengan suara lemah tanpa melihat Dante. Rasanya ia bisa tertidur di punggung besar Noir karena ia serasa bayi yang sedang dibuai. Sangat nyaman.     

Benar saja, begitu mereka mencapai pondok, Dante menemukan bahwa Andrea sudah mendengkur halus di punggung Noir. Mendecak sekali, Dante mengambil tubuh lelap Andrea dari Noir untuk dia bopong masuk ke dalam pondok dan direbahkan ke ranjang si gadis itu sendiri.     

Untungnya, Andrea selalu mempunyai persediaan makanan, baik itu yang masih mentah maupun yang sudah matang, di lemari penyimpanan khusus yang takkan membuat suhu dan keawetan makanan berubah semenjak di masukkan ke sana.     

Canggih, bukan?     

Dante makan ditemani Sabrina, Noir dan Rogard di ruang makan. Ia merasa pondok harus diperbesar untuk menampung dua kucing besar. Ia melirik ke Sabrina dan Noir yang duduk rebah berdampingan di dekatnya makan.     

Seketika pikiran Dante melayang ke ucapan Andrea kemarin-kemarin. Noir dan Sabrina dikawinkan? Hm, kadang pikiran Andrea itu terlalu absurd di momen yang tidak tepat.     

Saat ini mereka masih dipusingkan dengan pertempuran demi pertempuran dengan mahkluk yang ada di alam ciptaan Pangeran Djanh demi menemukan pintu keluar, entah sampai kapan. Dan Andrea berandai-andai hewan terkontrak mereka kawin?     

Usai makan, Dante mengajak Rogard untuk berendam di kolam panas kesukaannya. Dia juga letih setelah seharian bertarung dengan Beast elemen dan setelah itu menemani Andrea berlatih tanding dengan kedua kucing besar mereka di Cosmo hingga petang.     

"Rogard, pernahkah kau merasakan cinta? Aku tau kau ini adalah jiwa dari pedang." Mereka berdua sudah duduk di kolam dengan santai berendam sambil menikmati malam dingin penuh bintang dan bulan penuh menerangi alam Cosmo.     

"Cinta?" tanya Rogard.     

"Yah, siapa tau di alam pedang kau bertemu dengan jiwa pedang perempuan lainnya?" Dante hanya meraba-raba saja, asal menebak.     

"Belum, Tuan." Rogard paham. "Kami memang bisa saling melihat dan bertemu dengan jiwa pedang lainnya, namun saya belum pernah merasakan apa namanya cinta seperti yang kalian rasakan."     

Dante menelan ludah. "Maksudmu seperti yang kami rasakan?"     

"Seperti yang dirasakan Tuan Dante pada Nona Andrea." Rogard, kau ini lugas sekali. Lihat, Tuan kamu pipinya memerah tipis karena kau tohok tepat ke hatinya.     

"Apakah... menurutmu aku... mencintai Andrea?"     

"Seperti yang saya lihat, Tuan?"     

"Begitu kentara, kah?"     

"Saya hidup di dalam Tuan, maka saya tau persis apa yang Tuan rasakan. Dan Nona Andrea memenuhi hati dan pikiran Tuan." Rogard menoleh sambil menunduk hormat. "Saya meminta maaf jika lancang bicara begini, Tuan."     

"Tak apa," sahut Dante sambil kibaskan satu tangannya, santai. Lalu dia memandang hamparan bintang di atas kepalanya. "Haahh... apakah aku ini terlalu tolol untuk mencintai bocah itu?"     

"Yang saya ketahui dari orang-orang... cinta memang biasanya tolol, Tuan. Tuan tidak bisa disalahkan mengenai itu."     

Dante terkekeh. "Mungkin kau benar. Aku memang mulai tolol semenjak jatuh cinta pada gadis sialan itu."     

"Tuan, saya pamit dulu." Tiba-tiba Rogard sudah melesat masuk ke tubuh Dante.     

Pria Nephilim belum sempat bertanya kenapa pedangnya bertingkah demikian, saat ia menyadari bahwa di belakang dia, dari arah pondok, ada sosok yang berjalan terhuyung-huyung mendekati kolam.     

Zombie? Tidak mungkin. Sepertinya makhluk satu itu tidak ada di alam Cosmo.     

Monster? Apalagi itu. Tidak ada.     

"Dante~"     

Ternyata Andrea yang masih sempoyongan sambil mengucek matanya. Rupanya dia habis bangun dari tidurnya.     

"Kau sudah bangun rupanya, bocah binal." Dante hanya menoleh sekali dan kembali nyamankan diri pada acara berendamnya. Air kolam ini punya efek yang bisa mengusir kelelahan dan membawa rileks pikiran.     

Brukk!     

Andrea terduduk di tepi kolam, di belakang Dante yang sedang santai berendam sambil merentangkan kedua tangan pada pinggiran kolam yang terbuat dari bebatuan halus. "Aku bosan di pondok. Begitu aku bangun, pondok sepi."     

"Memangnya kemana dua kucing itu?" Dante masih tidak menoleh.     

"Ungh~ entahlah, aku nggak tau. Mungkin lagi kawin, lagi mesra-mesraan," jawab Andrea asal ucap seraya selonjorkan kedua kakinya sehingga membentuk V mengapit kepala Dante seenaknya.     

"Hei, bocah! Yang benar kakimu ini!" Dante melirik dua kaki yang tiba-tiba saja sudah ada di kanan dan kiri kepalanya.     

"Aaahhh~ aku sedang bosan, Dan! Jangan protes dulu." Andrea menyuarakan keluhannya.     

"Sini berendam bersamaku bila kau bosan dan berhentilah banyak mengeluh seperti sapi!" Dante memalingkan kepala ke samping tanpa berniat melihat ke Andrea.     

"Memangnya berendam bisa bikin bosan hilang?" Andrea malah menggerak-gerakkan kedua kakinya hingga menyentuh kedua bahu Dante.     

"Tsk! Berhenti menggoyang-goyangkan kakimu begini, Andrea! Bahuku bisa sakit!" protes Dante kesal.     

Andrea terkikik melihat Dante kesal. Ia malah memajukan tubuh hingga kakinya bisa dia tekuk menyentuh air di kolam. Itu menyebabkan jarak mereka jadi lebih dekat. "Aih! Airnya panas!" pekik Andrea ketika ujung kakinya sudah masuk ke air. "Kontras banget yah ama udara dingin malam ini."     

Belakang kepala Dante sudah menempel dengan perut Andrea. Gadis itu menaruh kedua lengan dia ke atas kepala Dante, bagai kepala Tuan Nephilim itu meja saja.     

"Hei, kau pikir kepalaku ini sandaran untuk tanganmu?!" Dante menepis dua lengan Andrea.     

Gadis Cambion tertawa ringan. Ia merasa mengganggu Dante bisa mengenyahkan kebosanannya.     

"KYAAAHHH!" jerit Andrea ketika tiba-tiba saja dia sudah dibopong di bahu Dante yang mulai bangkit berdiri. Ia lekas saja dekap kepala itu erat-erat karena takut jatuh. Itu menyebabkan dua gundukan di dada menempel ketat pada kepala Dante.     

Belum sempat Andrea memberikan lantunan protes lainnya, Dante sudah menceburkan mereka berdua ke tengah kolam yang agak dalam.     

Andrea kelabakan menerima air yang langsung menyelimuti tubuhnya, seluruhnya! Ia menggapai-gapai panik.     

Dante lekas menolong Andrea agar bisa berdiri di atas kolam. Air di tengah kolam sebatas leher Andrea, sedangkan tepinya hanya sebatas paha saja.     

Andrea memukuli dada Dante dikarenakan kesal. Tubuhnya basah kuyup dari ujung atas hingga bawah. Ia hanya memakai kaos oblong dan celana pendek. Itu memang pakaian tidur Andrea yang dia bawa dari alam manusia sebelumnya yang dia simpan di RingGo.     

Dante sibuk menangkap tangan Andrea. "Hoi, hoi, bocah, apa kau tidak takut disambar petir karena memukuliku?"     

"Biarin! Biarin! Biarin! Biar aku disambar lalu kita biar aja mati bareng! Puas? Lagian, di sini kan gak bisa dijangkau petirnya Djanh-piiipp!" Ia terpaksa berhenti karena Dante sudah berhasil menangkap dua pergelangan tangannya. Wajah Andrea cemberut dengan bibir terkerucut menggemaskan. "Aku jadi basah semua!"     

Tuan Nephilim tidak terganggu dengan omelan Andrea. Ia terus menahan tangan Andrea dalam genggaman kuat. "Bukannya itu bagus karena kau akhirnya berhasil berendam?"     

"Memangnya siapa yang mau berendam?!" sengit Andrea masih kesal. Lalu dia menatap bajunya yang basah. Kaos oblong putih itu tergolong tipis dan akibatnya, kaos itu tidak bisa melindungi bentuk asli payudara Andrea karena basah dan melekat.     

Dante mengikuti arah pandangan Andrea dan jantungnya berpacu menggila melihat tampilan payudara Andrea yang masih terhalang bra dan kaos basah. "Ayolah berendam. Temani aku."     

"Kyaahh! Dante!" Andrea berteriak kencang ketika Dante malah bergerak cepat menarik ke atas kaos basah Andrea. Gadis itu lekas tangkupkan kedua lengan, memeluk dadanya sendiri.     

"Kau basah kuyup, nanti bisa demam jika berendam pakai pakaian, kau tau?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.