Devil's Fruit (21+)

Kamu Hanya Boleh Cinta ke Aku!



Kamu Hanya Boleh Cinta ke Aku!

0Fruit 146: Kamu Hanya Boleh Cinta ke Aku!     
0

"Jangan banyak cakap, Andrea." Dante melempar kaos basah gadis itu ke luar kolam tanpa peduli Andrea mendelik. "Ayo coba berendam di sini. Kau akan suka." Ia menggiring Andrea ke area pinggir kolam yang hanya setinggi paha.     

Andrea terpaksa patuh meski risih karena dia hanya mengenakan bra dan celana pendek saja. Bahkan Dante tidak memakai apapun! Sekarang dia baru sadar tentang itu. Namun, terlambat.     

Mengeluh lirih, Andrea pun duduk di area tepi kolam yang dangkal. Air bisa menenggelamkan dia hingga menutupi dadanya. Itu lumayan membuatnya merasa aman dan nyaman.     

"Airnya panas banget, yah!"     

"Tunggu beberapa saat lagi, maka kau akan terbiasa dan merasa rileks."     

Andrea terdiam sejenak. Dante sudah duduk di sampingnya sambil pejamkan mata. Ia mencoba untuk bisa merilekskan diri seperti Dante, meski tidak sampai memejamkan mata.     

"Air kolam ini," ucap Dante masih tetap terpejam dan kepala disandarkan santai di batu tepian kolam, "sangat bagus untuk relaksasi, mengusir hawa dingin, dan untuk mengisi tenaga."     

Andrea menoleh ke Dante. "Sebanyak itu kah manfaat kolam ini?"     

Dante mulai buka mata untuk balas tatapan si gadis Cambion. "Ya, ini tempat favorit aku di alam ini karena banyak manfaat yang bisa aku peroleh di sini."     

"Mungkin ini bagus untuk relaksasi setelah selesai bertempur di luar, yah!" Andrea mulai mencapai pemahaman.     

"Bagus kalau kau tau." Dante belum ingin palingkan pandangan dari Nona Cambion. Matanya merayap lapar menelusuri tubuh Andrea, dan imajinasi liar dia berkeliaran seenaknya ketika menatap bayangan tubuh Andrea di dalam air sana.     

"Unh, Mungkin aku bakalan ke sini aja kalo abis tarung ma Beast di luar." Andrea memainkan air di depannya dengan dua tangan.     

"Andrea, tidak bisakah kita lebih dari sekedar ini?" tanya Dante tiba-tiba.     

Gadis itu menoleh kaget ke pria Nephilim. "Maksudmu lebih dari sekedar ini?" Dia mendadak waspada akan ucapan Dante.     

"Maksudku... hubungan kita." Dante memperjelas. Ia tak mau Andrea buru-buru salah mengartikan kalimatnya yang memang terdengar ambigu.     

"Oh, hubungan kita, yah? Umh..." Andrea terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. "Gimana, yah?"     

"Apa kau masih terganggu dengan fakta masa lalu aku tentang... tentang..."     

"Kau dan Revka?" tebak Andrea sambil tatap mata coklat Dante. Kadang Andrea heran, mata Dante tadinya berwarna biru gelap, dan sekarang lebih cenderung ke coklat. Apakah matanya berubah-ubah sesuai kondisi?     

"Yah, mungkin tentang itu." Dante sama sekali tak bisa mengelak atas todongan Andrea yang memang tepat.     

Andrea terdiam lagi. Ditambah kepalanya tertunduk. "Aku... aku sendiri gak tau, Dan, apa sebenarnya yang aku rasain ke kamu."     

Dante seperti diberikan angin segar mendengar kebimbangan Andrea. Itu bagaikan sebuah sinyal yang diberikan Andrea untuknya! Mana mungkin dia menyia-nyiakan itu?!     

Maka, Tuan Nephilim lekas palingkan tubuh ke arah Andrea. Ia gapai salah satu pipi Andrea agar gadis itu mau menatap mata coklatnya. "Andrea, coba tanya ke diri kamu sendiri, apa yang sebenarnya kamu rasain saban ada aku? Apa yang kamu rasain kalo aku di dekat kamu?"     

Mata kecoklatan Andrea menatap sayu Dante. Ia tidak menolak perlakuan tangan Dante pada pipinya. "Dan, aku... aku tuh takut..."     

"Takut apa? Takut kenapa?" kejar Dante. Ini sungguh sebuah kesempatan!     

"Takut aku bakalan terluka kalo... kalo aku..."     

"Membuka hati ke aku?" todong Dante.     

Pupil mata Andrea yang tadinya bergerak ke bawah, kini naik ke atas untuk memandang mata Dante. "Yah, bisa dibilang gitu, sih. Aku ini belom pernah ngerasain namanya pacaran, belom pernah tau gimana itu mencintai dan dicintai..."     

"Andrea, kamu sudah dicintai. Dan aku yakin kamu juga sudah mencintai," potong Dante cepat untuk memasukkan sugesti ke benak Andrea yang sedang bingung.     

"Beneran? Aku dicintai?"     

Dante mengangguk. "Tentu."     

"Oleh siapa?"     

"Pastinya oleh aku! Dan hanya aku saja yang boleh mencintai kamu!" tegas Dante.     

Alis Andrea bertaut naik demi mendengar ucapan Dante. "Kamu kenapa egois gitu, sih? Biarin aja dong orang lain kalo mo suka ama aku atau mencintai aku-"     

"Tidak boleh!" Dante menegaskan kalimatnya, tak peduli apa.     

"Idih, Dante, ihh~"     

Sekarang, Dante menangkup kedua pipi Andrea dengan dua tangannya. "Memangnya kamu ingin dicintai siapa saja, hm? Kamu ingin menebar banyak cinta?"     

"Ihh, Dante nyebelin kalo nuduh-nuduh gitu..." sungut Andrea seraya memanyunkan bibir.     

"Kalau begitu, cukup aku saja yang mencintai kamu, oke?"     

"Dan, gak bisa egois gitu, dong! Kita kan gak bisa mengatur emosi orang lain."     

"Ya sudah, ya sudah, aku ganti kalimat kalo begitu. Mereka boleh mencintai kamu, tapi kamu... hanya boleh cinta ke aku!" Mata tegas Dante menatap intens ke Andrea.     

"Ini kamu kok egois banget, yah?" protes Andrea. Tubuh mereka sudah kian dekat karena Dante perlahan-lahan memangkas jarak antara mereka.     

"Aku janji, Andrea. Aku janji mulai sekarang hanya kau saja. Cuma kamu! Tak akan ada lagi siapapun kecuali kamu! Oke?!"     

"Yah, kalo itu sih terserah kamu, yah..." Andrea menahan tawa gelinya.     

Dante mengerang frustrasi. "Andrea, please... jadilah milikku saja. Milikku!"     

"Dan—mmffsshh..."     

Andrea tidak diperkenankan untuk melanjutkan ucapannya karena bibirnya sudah dipagut oleh bibir Tuan Nephilim.     

Pagutan itu terasa lembut dan syahdu, tidak tergesa-gesa, tidak agresif. Hanya sebuah lumatan selembut handuk yang dicuci pakai cairan ***. Dan itu lambat laun mulai membuai Andrea.     

"Dante~ mmffhh... kenapa—mmsshh..." Andrea pejamkan matanya dan terus menerima semua pagutan bibir Dante yang tanpa jeda melumat bilah kenyal dia.     

Mereka saling bercumbu pada akhirnya setelah Andrea mulai membalas ciuman lembut merayu dari Dante.     

Bibir wanita mana yang sanggup menolak cumbuan selembut dan semanis demikian?     

"Andrea~ mmcchh~ kamu milikku—mmcchh~ dan aku milikmu saja—mrrcphh..." Dante menghisap bibir bawah Andrea.     

Gadis itu mengerang sangat lirih akibat ulah Dante. Ia tak mau menyahut ucapan si pria. Alih-alih menjawab, dia justru belitkan dua lengannya pada leher Dante. Tubuhnya ia hadapkan ke Dante sehingga kini mereka duduk saling berhadapan dan kian menempel.     

"Kemarilah agar lebih nyaman..." bisik Dante sambil mengangkat tubuh Andrea dan dia letakkan di pangkuannya.     

Pipi Andrea mendadak memerah. Itu karena dia merasakan ada sebuah benda keras yang menyentuh selangkangan dia yang masih dibalut celana pendek. "Dante, ini—mmffhh!"     

Dante tak memberi kesempatan pada Andrea untuk melengkapi kalimatnya dan mulai mencumbui bibir gadis itu kembali.     

Andrea sudah ingin mengurai banyak kalimat protes, tapi mendadak semua lenyap teredam oleh manisnya lumatan dari Dante. Ia tak berdaya. Ia mengakui bahwa dia juga merasa seperti apa yang dirasakan Tuan Nephilim.     

"Cintai aku, Andrea... mmccsshh... mrrpphh..."     

"Hu-um~ mmsshh... aanghh... mmccphh..." Andrea pasrah dan patuh menyodorkan lehernya begitu Dante melepaskan pagutan di bibir. Dua tangan kembali dibelitkan ke leher Dante.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.