Devil's Fruit (21+)

Ini Terlalu Memalukan! (21+)



Ini Terlalu Memalukan! (21+)

0Fruit 149: Ini Terlalu Memalukan!     
0

Dante menyerahkan seluruh cairan yang ada saat itu ke rahim Andrea semua. Mereka sama-sama terdiam, hanya ada sengalan napas masing-masing.     

Perlahan, Dante menurunkan Andrea dari gendongan ke dalam kolam. Keduanya berdiri berhadapan dan saling memagut bibir satu sama lain.     

Andrea sudah tak peduli dirinya tiba-tiba sudah telanjang tanpa dia sadari. Dante memang sungguh pintar melakukan sihir menghilangkan pakaian Andrea. Ah, bukan sihir, tapi gadis itu saja yang tidak menyadarinya ketika tangan Dante melucuti semua yang tersisa di tubuh sang Cambion.     

Cumbuan Dante berlanjut dari bibir Andrea, menuju ke leher gadis itu dan berakhir di dadanya yang membusung padat kencang.     

Andrea melenguh dan sesekali mengamati apa saja yang diperbuat Dante pada kedua puting payudaranya. "Errmhh~ sepertinya item aku yang itu favorit kamu, yah Dan?"     

Dante melirik ke mata Andrea sambil terus sesap puting sang Cambion, dia menemukan gadis itu tersenyum manis. Ia lepaskan puting tersebut dari dominasi mulutnya untuk menjawab, "Semua bagian tubuh kamu adalah favoritku, sayank..."     

"Ututuu~ Dante emang jagonya ngerayu, hihi..." Andrea terkikik, menggoda kekasihnya.     

"Aku lebih suka kau anggap jago membuatmu nikmat daripada jago merayu." Dante mulai remas kedua pantat Andrea sembari mereka satukan bibir mereka dalam cumbuan mesra dan lembut.     

Pelan-pelan, Dante mengangkat satu kaki Andrea dan menopangkan kaki ramping itu ke sikunya. Kemudian, dengan tangan yang lain, dia arahkan penis yang menegang untuk meraba-raba bibir vagina sang gadis Cambion untuk segera—     

"Aarrnnghh~" Andrea antara kaget dan tak mengira Dante sudah memasukkan kembali batang panas tegangnya ke dalam liang ketat dia.     

Lalu, dalam posisi sama-sama berdiri di tepi kolam yang dangkal, Dante memompa vagina Andrea dengan satu kaki Andrea masih terangkat dan ada di siku sang pria.     

Dante tidak memburu kali ini. Dia melakukannya dengan perlahan dan syahdu. Itu mengakibatkan Andrea makin terbuai dan erangan manjanya keluar tanpa malu-malu lagi, tanpa ditahan-tahan seperti sebelumnya.     

Nama sang pria juga terus dilantunkan secara merdu dan erotis melebihi lagu indah manapun di dunia ini.     

"Daannhh~ aanghh~ penuhi aku lagi—mmnggaaahh~" Andrea berpegangan pada leher dan bahu Dante, mempercayakan tubuhnya pada penguasaan Dante yang tangguh.     

Kedua pantat mereka bergerak seirama maju dan mundur secara kompak sesuai dorongan dari Dante.     

Di saat Dante mulai tak tahan lagi, ia percepat penisnya dan sodokkan lebih kencang, ditenggelamkan dalam-dalam dalam liang ketat Andrea.     

Gadis Cambion itupun merespon dengan mengetatkan otot vagina dia, memijat penis itu seakan-akan mengunyah sang penis. Lantunan erotisnya juga terus mencuat dari bibirnya.     

Itu menyebabkan Dante makin tak tertahankan lagi. Hanya dengan Andrea menyeru namanya berulang-ulang secara intim saja sudah mampu membuat Dante menggila terangsang. Apalagi ketika penisnya dikunyah-kunyah oleh vagina sempit Andrea!     

Hanya butuh belasan menit sebelum Dante kembali memenuhi rahim Andrea dengan benih cairnya nan pekat. Ia tak peduli andaikan benih itu menetes berjatuhan ke dalam air kolam. Keintiman dia bersama Andrea lebih penting.     

Dante belum ingin berhenti. Ini adalah momen sakral yang langka bersama Andrea. Ia tak ingin secara bodoh menyia-nyiakan. Ia ingin mereguk semua nikmat yang ditawarkan dunia melalui Andrea.     

Maka, Dante menurunkan kaki Andrea dan memposisikan sang gadis Cambion untuk berdiri sambil merunduk menungging berpegangan pada batu tepi kolam.     

Andrea patuh dan tidak memprotes apapun. Dia yang biasanya senang mendebat Dante, kini berubah bagai kucing kecil manis. Apakah daya pesona permainan seks Dante terlalu memikat sang Cambion di momen pertama dia ini?     

"Aaanngghh~" Andrea melenguh panjang seraya pejamkan mata menyesapi rasa nikmat yang menjalari seluruh saraf-sarafnya ketika penis arogan Dante menerobos masuk ke liang dia yang masih basah.     

Basah oleh cairannya sendiri, dan basah oleh beberapa benih cair Dante yang masih tertinggal di sana walau sebagian sudah meluncur turun ke paha dan ada yang menetes ke air kolam.     

Dante menggunakan posisi doggy-style berdiri untuk menuntaskan birahinya pada Andrea. Dua tangan mencengkeram erat pinggul Andrea seraya gerakkan pinggul itu berbarengan dengan sodokan keras penisnya.     

Hentakan-hentakan kuat itu menimbulkan bunyi-bunyi ambigu sensual yang tentunya menambah bara gelora Dante ketika mendengarnya. Bunyinya sangat erotis dan vulgar. Sangat merangsang pendengaran pria normal.     

Ini... mungkin yang dinamakan eargasm. Haha!     

Buktinya, tak butuh waktu lama bagi Dante untuk lagi-lagi menghibahkan semua spermanya pada waktu itu untuk Andrea, berharap nona Cambion bisa hamil dan ia bisa menguasai Andrea seluruhnya, menjadikan Andrea hanya untuk milik dia semata. Hanya untuk Dante!     

Usai Dante ejakulasi, mereka sama-sama terdiam.     

Ternyata, penis Dante sudah kembali tegang tanpa menunggu lama. Oleh karena itu, Dante sekali lagi memacu tongkat jantannya pada liang indah Andrea.     

Dante menarik dua tangan Andrea sembari mereka masih pada posisi tadi—standing doggy-style.     

Andrea terayun-ayun seraya dua lengannya ditarik Dante ke belakang. Visual itu sangat memukau mata. Apalagi dengan dua payudara montok Andrea yang juga berayun secara provokatif.     

Dante jadi ingin merekam kegiatan intim mereka suatu saat nanti. Hasilnya pasti sangat erotis menggugah hasrat.     

Kini, Dante melepaskan dua lengan Andrea dari kuasanya. Sebagai gantinya, dia meraih satu kaki Andrea dan mengangkatnya untuk ia tahan pada jepitan sikunya.     

Andrea yang masih pada posisi menungging, hanya bisa pasrah akan kemauan Dante. Baginya, Dante lebih memiliki pengalaman dalam hal bercinta dan menguasai tubuh wanita. Maka, ia percayakan semua pada Tuan Nephilim.     

Akhirnya, Andrea meraih leher Dante menggunakan satu lengannya sambil pria itu tetap memeluk satu kakinya dan terus saja giat memompa vagina Andrea.     

Keduanya saling menyuarakan keerotisan erangan masing-masing sambil sesekali saling menatap dan mengecup bibir serta memagutnya.     

Begitu Dante merasa dia sudah mulai merasakan batas limitnya, ia turunkan kaki Andrea dan tegakkan punggung Andrea sejajar dengan dirinya, meski Andrea masih berposisi memunggungi dia.     

Pada posisi demikian, Dante makin menggila beringas menyodok kuat-kuat vagina Andrea menggunakan penis arogan dia.     

Andrea makin merintih keras seraya kedua pahanya dia rapatkan sehingga Dante makin kacau serasa dijepit pada penisnya.     

Gerakan Dante menghentak-hentak kian liar dan raungan tangis Andrea kian terdengar sebelum akhirnya Tuan Nephilim melolong kuat saat ia menyerahkan semua benih cairnya demi Andrea bisa hamil.     

Tak mungkin dengan beberapa ejakulasi sedari tadi, tak satupun benih yang berhasil menerobos pertahanan sel telur Andrea, bukan?     

Andrea dan Dante terhenti dan napas mereka tersengal. Dante memeluk erat dada Andrea, merasakan dirinya dipenuhi akan kebahagiaan dan kedamaian yang selama ini belum pernah ia alami. Ia kecupi kepala Andrea di depannya diiringi ucap syukur dan terima kasih pada gadis tercintanya.     

"Aku juga ucapkan terima kasih ke kamu, Dan~" lirih Andrea masih dipeluk dari belakang oleh Dante dan penis Dante masih menancap pada liangnya.     

"Aku yang seharusnya berterima kasih pada kamu, sayank..." balas Dante mengecupi telinga Andrea.     

"Aku juga, Dan~" Andrea menoleh ke samping, melirik ke arah mata Dante. "Setidaknya aku punya banyak energi setelah ini..."     

"Apa?!"     

SPLASSHHH!     

Dante membuka matanya. Ia menyeka air kolam yang menciprati mukanya akibat hantaman tangannya sendiri pada permukaan kolam.     

Menoleh ke samping, hanya ada Rogard yang menatap lekat ke arahnya.     

"Akhirnya Tuan sudah bangun."     

"HAH?!" Dante pun menyadari bahwa dia masih dalam posisi duduk di kolam dan Rogard ada di sisinya. "Aku... tertidur?"     

"Benar, Tuan? Dan saya tidak berani membangunkan Tuan. Terlebih... sewaktu Tuan bersuara aneh sedari tadi." Rogard agak ragu-ragu mengucapkan kalimat baru saja.     

Dante memproses semua ucapan Rogard.     

'Sialan! Iblis kecil itu ternyata mengerjaiku di alam mimpi lagi!' batin Dante amat sangat kesal. Ternyata itu tadi bukanlah kenyataan, melainkan ulah nakal Andrea seperti biasanya jika berada di alam mimpi.     

Kemudian, Dante teringat ucapan Rogard. Dia bersuara aneh sedari tadi?!     

Glekk!     

Dante meneguk ludah bagai menelan pasir. Wajahnya memerah malu. Apakah itu berarti dalam tidurnya pun dia mengerang seperti dalam mimpinya?!     

"Rogard."     

"Ya, Tuan?"     

"Apa yang aku suarakan ketika tidur tadi?"     

Hanya dengan jawaban Rogard yang lugas usai dia bertanya, Dante merasakan pipinya memanas.     

Ini terlalu memalukan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.