Devil's Fruit (21+)

Dua Hybrid



Dua Hybrid

0Fruit 150: Dua Hybrid     
0

Pada keesokan paginya, Andrea bersikap bagai tidak terjadi apa-apa. Ini membuat Dante makin kesal. Padahal mereka begitu mesra dan saling memadu janji di alam mimpi.     

Dante bertanya-tanya, apakah bakat binal Succubus sudah tumbuh pada jiwa gadis itu hingga ke tahap kesempurnaan?     

Berkali-kali Dante diperdaya!     

Sedangkan kali ini, malah Rogard yang menyaksikan kejadian memalukan Dante di kolam. Menggeliat tak jelas sambil mengerang melantunkan nama Andrea sepanjang tidur?     

Memalukan!     

Semoga saja Rogard lekas melupakan itu dari memorinya atau Dante akan terus dihantui rasa malu sampai sepanjang hidupnya.     

Hari ini mereka tidak berburu Beast. Sebagai gantinya, mereka bersantai di alam Cosmo. Andrea sepagian ini membuat banyak Pil Inti untuk konsumsi dirinya dan para peliharaan mereka.     

Andrea tidak kuatir kehabisan inti kristal Beast, karena dia masih punya sangat banyak. Apalagi jika mereka bertemu Beast elemen yang membentuk gerombolan kawanan. Itu sangat disukai Andrea. Dengan begitu, mereka makin mempunyai stok inti kristal yang melimpah.     

Apalagi jika Beast-nya berukuran gigantic, maka inti kristalnya akan besar pula, dan itu bisa untuk membuat puluhan Pil Inti sekali jalan. Sangat menyingkat waktu dan efisien.     

Setelah selesai membuat Pil Inti, Andrea bermain dan berlatih tanding dengan Sabrina dan Noir karena Dante masih dalam masa pemulihan tenaga. Andrea tak mau mengganggu Tuan Nephilim.     

Hari berikutnya, mereka semua keluar dari alam Cosmo dan mulai menjelajah alam ciptaan Pangeran Incubus Djanh.     

Mereka tiba di sebuah hutan yang tidak begitu tertutupi oleh salju. Andrea bertanya-tanya, apakah akhirnya mereka sudah tiba di penghujung alam Winter milik Djanh? Ia akan bersyukur jika demikian.     

Ketika mereka merampungkan pertempuran melawan segerombolan kambing hutan bertaring yang memiliki elemen api, mereka meneruskan perjalanan karena hari masih terang.     

Mereka hanya akan pulang ke Cosmo jika hari beranjak petang.     

Di saat mereka berjalan di sebuah kawasan hutan yang tidak terlalu padat, mata Andrea mengerling heran ke sebuah pohon. Ada sebuah cahaya yang memantul dari sana.     

"Dan, please angkat aku, dong. Ada sesuatu di atas pohon sana." Andrea mengarahkan telunjuk ke sebuah pohon yang mirip seperti pohon cemara di dunia manusia.     

Tak menyahut apapun, Dante meraih pinggang Andrea dan membawa gadis Cambion itu terbang ke pohon yang dimaksud.     

Begitu mereka melayang di depan pucuk pohon, Andrea tertegun mendapati dua telur aneh berwarna dan bercorak unik. Satu berwarna putih berkilauan bagai cangkangnya ditempeli oleh permata. Sedangkan satunya lagi hitam legam cantik dan bersih.     

Kedua telur itu seukuran dengan telur ayam pada umumnya.     

"Apakah ini telur ayam?" Andrea bertanya-tanya, meski tak yakin. "Tapi, kenapa ayam bisa naruh telur di tempat setinggi ini? Ini hampir dua puluh meter, kan Dan?" Gadis itu menoleh ke Dante yang menggendong pinggangnya.     

"Hm." Seperti biasa, Dante berikan jawaban singkat, padat, dan sangat irit. Terkadang Tuan Nephilim ini sungguh minimalis dalam hal kata.     

Mungkin dia masih kesal karena kejadian di kolam.     

Akhirnya karena penasaran sekaligus tak tega jika membiarkan telur cantik itu terpapar di alam bebas dan liar begini, Andrea pun menyimpan kedua telur ke RingGo. Ia berencana untuk menetaskannya jika ia sudah sampai di Cosmo.     

"Siapa tau itu beneran ayam nantinya. Hewan di alam si Djanh-piiipp itu kan aneh-aneh semua. Makanya gak heran kalo itu beneran telur ayam," celoteh riang Andrea ketika dibawa turun oleh Dante yang tetap bungkam.     

Tiga hari kemudian, telur pun menetas setelah Andrea menaruh di sebuah wadah khusus yang ada di Cosmo. Wadah itu memiliki pengaturan temperatur untuk menetaskan telur. Betapa lengkapnya fasilitas alam Cosmo ini!     

"Heh?" Andrea miringkan kepalanya ketika menyaksikan dua hewan yang merayap keluar susah payah dari cangkang indah tersebut.     

Mata indah Andrea dan Dante mengamati dua ular kecil yang masih lemah keluar dari cangkang yang membungkus mereka.     

"Ular?!" Andrea bergidik. Ia tak mengira akan mendapatkan bayi ular. Mengingat betapa dia kadang kesal dan membenci ular karena itu merupakan hewan licik, dia tak berharap itu sungguh-sungguh ular.     

Mata dua ular itu berkedip-kedip ketika melihat Andrea dan Dante. Karena itu hewan alam Djanh, maka ular pun bisa berkedip layaknya mamalia.     

"Mama!"     

"Papa!"     

"HEEHHHH?!" Andrea terkejut. Dante membelalak kaget dengan tenggorokan tercekat.     

Kedua ular seukuran jari orang dewasa itu membuka mulutnya bagai sedang tersenyum. Keduanya segera saja menjalari tangan Andrea dan Dante. Ular hitam merayap cepat ke tangan Andrea, dan ular putih melingkari tangan Dante.     

Andrea menahan jeritan karena tak mau gegabah mengagetkan kedua ular itu. Dia masih waspada dengan yang namanya ular.     

"Mama..." Si Hitam mengelus-eluskan kepalanya pada punggung tangan Andrea seraya matanya dipejamkan.     

"Papa..." Si Putih mengerjap-kerjapkan matanya ke Dante.     

"Kalian..."     

Sabrina dan Noir bergerak mendekat untuk melihat kedua ular itu. Keduanya saling berpadangan satu sama lain.     

"Sepertinya ini spesies ular langka, kau setuju denganku, Bree?" tanya Noir ke Sabrina.     

Sabrina yang mempunyai nama pendek Bree segera menyahut, "Ya, tampaknya mereka memang jenis langka. Dan kuat. Lihat, mereka langsung bisa berkomunikasi begitu lahir."     

"Paman Besar!" panggil kedua ular untuk Noir.     

"Bibi Cantik!" panggil mereka ketika melihat Sabrina.     

Wuuss!     

Rogard muncul dari tubuh Dante.     

"Kakek!" Kedua ular berbarengan menyeru ketika mereka melihat Rogard yang mendekat.     

Rogard kerutkan kening, ingin kesal tapi memang usia dia sudah wajar disebut kakek, maka dia abaikan saja itu. "Mereka jenis Hybrid. Dan ini... Hybrid langka yang kuat."     

"Hybrid?" tanya Andrea.     

"Langka dan kuat bagaimana?" Dante ikut bertanya.     

Bagi mereka, terkadang Rogard itu seperti kamus berjalan dikarenakan usia Rogard yang sudah mencapai lebih dari puluhan ribuan tahun. Dia sudah mengalami pasang surut kehidupan di dunia. Meski dulunya dia sempat mencapai puncak kekuatan, namun dikarenakan kerusakan parah yang dia alami, dia jadi turun level beberapa tingkat hingga akhirnya dimiliki Dante.     

"Dia hewan Hybrid. Sepertinya dari spesies Boa. Saya yakin salah satu orang tua mereka adalah seekor Boa langka. Dan satunya lagi... saya kurang bisa memastikan. Masih terlalu samar. Butuh beberapa tahun untuk mengetahuinya sembari mereka tumbuh dewasa." Rogard memaparkan analisanya.     

"Kau bilang mereka kuat?" Dante mengulangi pertanyaannya.     

"Ya, Tuan. Mereke memang kuat dari lahir." Rogard terus mengamati kedua ular yang sekarang sedang mengunyah cangkang mereka sendiri. Mungkin itu seperti ASI eksklusif bagi keduanya. "Saya yakin kekuatan mereka akan tampak dalam beberapa hari mendatang. Anda semua bisa menyaksikan nantinya."     

Andrea mengulum bibirnya. Ia menatap kedua ular kecil itu penuh antisipasi sekaligus penuh harap. Rasa cemas juga ada jika menilik karakter licik ular. Dia kuatir jika dua ular itu akan mengkhianatinya. Namun, semoga saja itu hanya ketakutan tak mendasar dari Andrea.     

Toh, kedua ular itu sudah memanggil dia dan Dante sebagai Mama dan Papa mereka. Mana mungkin mereka akan berkhianat pada sosok yang dianggap orang tua?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.