Devil's Fruit (21+)

Piton yang Tangguh



Piton yang Tangguh

0Fruit 153: Piton yang Tangguh     
0

Setelah menenangkan anak gadisnya yang manja dan selalu ingin tampil sama seperti mamanya, mereka pun mulai keluar dari alam Cosmo menuju ke alam ciptaan Pangeran Djanh.     

Kelompok Andrea mulai berjalan menuju ke arah Tenggara sesuai yang diminta Gulungan. Arah itu bisa diketahui setelah gulungan itu jatuh dan setelah dibuka, terdapat sebuah benda mirip kompas yang menempel pada gulungan itu yang akan menunjukkan arah sesuai yang diperintahkan Djanh.     

Ketika mereka sudah berjalan puluhan kilometer, Andrea yang duduk di punggung Sabrina bersama Kuro mulai mengernyitkan dahi. Dante yang ada di punggung Noir bertanya, "Ada apa, Andrea?"     

"Ada yang sedang bertarung di depan sana."     

"Bertarung? Beast?"     

"Hu-um. Ada... tiga." Andrea sudah melacaknya dengan tenaga Sniffer dan memang terdeteksi tiga sosok hewan yang sedang bertarung.     

"Jenis apa?" Dante masih ingin tau.     

"Dua ular besar dan satu burung besar," jawab Andrea sambil kernyitkan dahi sampai akhirnya ia melepas Sniffer-nya dan dahinya kembali normal.     

Seperti yang dikatakan Andrea, tak berapa lama kemudian, mereka tiba di sebuah tempat dimana ada dua ekor ular piton berukuran raksasa yang sedang bertarung sengit melawan burung rajawali.     

"Ularnya masing-masing berlemen api dan petir, sedangkan rajawalinya punya elemen angin," desah Andrea lirih.     

Meski begitu, Dante masih bisa mendengarnya. "Aneh."     

"Aneh kenapa, Dan?" Andrea menengok ke Dante setelah Sabrina dan Noir menghentikan lari mereka untuk mengamati keadaan terlebih dahulu sebelum mereka memutuskan akan ikut terjun ke pertempuran atau menunggu.     

"Burung itu berelemen angin, ularnya elemen api dan petir. Burung itu bisa menindas salah satu ular dan juga dia bisa ditindas ular lainnya. Bukankah itu aneh?" Dante picingkan mata tajamnya.     

Andrea menyetujui pemikiran Dante. Oleh karena itu, ia mencoba menggunakan Kalung Jiwa Red Soul dia untuk berkomunikasi dengan burung rajawali yang terus gigih bergelut melawan kedua ular beda elemen.     

"Burung, kenapa kamu begitu gigih melawan ular-ular itu? Bukankah salah satu ular memiliki elemen yang membuatmu lemah?" tanya Andrea melalui Red Soul dia ke burung rajawali.     

Burung Rajawali angin melirik ke arah Andrea sekejap tanpa mengendurkan pengawasan dia pada kedua ular raksasa di depannya. "Mereka penjahat! Mereka memakan anak-anakku!" teriak marah si burung.     

"Memakan anak-anakmu?" Andrea terkejut. Seketika dia merasa iba dan turut berduka untuk sang burung. "Pantas saja kau tak mau menyerah, burung."     

Andrea pun mengatakan kondisi Burung Rajawali Angin pada Dante yang tidak bisa mengetahui bahasa hewan.     

"Jadi begitu." Dante mengangguk paham.     

"Bree, ayo kita maju!" seru Andrea mengkomando Sabrina.     

"Nona, kau yakin terjun ke medan pertarungan mereka?" Sabrina masih ragu.     

"Tentu saja! Aku tidak suka dengan hewan-hewan yang memangsa anak-anak tak berdaya! Bree, lekas!" Andrea tak peduli apakah elemen para ular itu cocok untuknya atau sebaliknya.     

"Aku akan bantu Mama! Aku juga tidak suka kalau Mama sedih!" Kuro bersemangat. Dia mulai membesarkan tubuhnya ke bentuk asli dia yang seukuran lengan bayi. Selaput jumbai di lehernya siap sedia untuk menyerang ular di depan sana.     

"Andrea!" panggil Dante. "Tsk! Bocah satu itu!" Ia sadar Andrea takkan menggubris larangan dia dalam hal begini. "Ayo, Noir! Ikuti mereka!"     

Noir mengaum sekali dan melompat menerjang ke medan tempur.     

Kedua ular raksasa terkejut mendapati kedatangan kelompok yang tiba-tiba menerjang masuk dan ikut campur dalam urusan mereka.     

Burung Rajawali Angin juga tidak menyangka bahwa Andrea akan turun untuk menyerang para ular.     

"Manusia laknat! Jangan ikut campur!" seru salah satu ular, marah pada Andrea yang melaju bersama Sabrina.     

"Kau yang laknat! Penjahat keji pemangsa anak-anak! Pengecut!" Andrea tidak kalah emosinya. Kuro ikut emosi.     

Ular piton berelemen api mulai maju ke Andrea, melesatkan kepala besarnya untuk mencaplok Andrea dan Sabrina sekaligus.     

Sabrina langsung berkelit menghindar sambil lari dan Andrea sudah melonjak ke udara menggunakan Mossa bersama Kuro.     

Kuro segera membuka selaput jumbainya dan menyemprotkan kabut asap hitam ke arah ular piton elemen api.     

Sedangkan Andrea sudah berhasil menapak di salah satu dahan pohon. Ia mengeluarkan busur cahaya Sparrow. Kali ini, anak panah tidak menggunakan api Cero, tapi memakai tanah yang dibuat seperti pasak runcing.     

Yang dia tau persis, elemen api kalah oleh elemen bumi atau tanah.     

Menghadapi kabut racun korosif dari Kuro, ular itu mengeluarkan kekuatan apinya yang dahsyat sehingga bisa mengimbangi kabut milik Kuro.     

Karena perbedaan umur dan bentuk, menyebabkan serangan kabut Kuro kurang memberi dampak besar pada ular raksasa.     

"Hah! Kau bocah cilik mencoba menyerangku dengan kentut hitammu? Kau masih butuh ribuan tahun lagi untuk membuatku terpesona!" Ular piton raksasa elemen api mengejek Kuro. Baginya, kekuatan Kuro masih belum apa-apa.     

Kuro kesal bukan main. Ia menerjang maju, bermaksud ingin memberikan lubang merah pada sang ular yang sudah meledeknya.     

Wuuss!     

Plakk!     

Ternyata ular itu gesit meski bertubuh raksasa. Dia dengan mudah menampar Kuro yang akan melesat ke lehernya. "Bocah! Berlatihlah lagi seribu tahun! Setelah itu, kau bisa menantangku!" pongah si ular sambil menatap arogan ke Kuro yang terhempas di tanah.     

Andrea membidik sasarannya.     

Suaaa! Suaaa! Suaaa!     

Tiga anak panah terbuat dari tanah melesat ke arah piton raksasa. Sayangnya, piton sudah waspada sedari tadi dan dengan mudah berkelit.     

"Kau manusia tolol mencoba membokong? Jangan kau pikir aku tidak tau serangan diam-diam kamu, dasar manusia hina!" Ular itu ganti meledek Andrea. Ia menembakkan serangan api ke Andrea yang berada di dahan pohon.     

Andrea lekas melenting sebelum api itu mencapai tubuhnya. Kemudian dia berhasil mendarat di tanah.     

Sabrina ganti memberikan serangan dengan terjangan cakarnya.     

Plakk!     

"Kau itu hanya serangga! Berani menyerangku?" Ular itu melotot arogan ke Sabrina yang terhempas di tanah. "Dagingmu hanya menyumpal di antara taringku!" Meski begitu, ular itu tetap maju ke Sabrina, bermaksud untuk melahap macan cantik itu.     

"Bree, lari!" teriak Andrea seraya melepaskan banyak anak panah tanah lainnya untuk menyerang piton api.     

Dari moncong piton itu tersembur lahar panas berwarna merah. Andrea lekas berkelit bersama Sabrina.     

"Piipp! Dia punya kekuatan lava!" seru Andrea, kaget.     

Dante yang sedang bertarung dengan piton satunya ikut terkejut. Dia tak mengira piton-piton ini sudah mempunyai evolusi elemen. "Andrea! Hati-hati! Sepertinya mereka berusia ribuan tahun! Itu menjadikan kekuatan mereka besar dan susah ditaklukkan!"     

Andrea menggigit gerahamnya, kesal. "Iya, kayaknya emang gitu, sih! Piiippp benar, deh!"     

Piton api terbahak-bahak karena mengetahui keterkejutan Andrea pada kekuatannya. "Kenapa? Sekarang kau menyesal sudah ikut campur pada urusanku, manusia tolol?" Matanya berkilat jahat menatap Andrea yang bagai seekor domba siap disembelih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.