Devil's Fruit (21+)

Kalian Patnerku, Keluargaku



Kalian Patnerku, Keluargaku

0Fruit 156: Kalian Patnerku, Keluargaku     
0

Tak berapa lama kemudian, mereka mendengar bunyi berdebum keras diiringi luruhnya tubuh raksasa si ular piton di tanah.     

Kelompok Andrea mendekat ke bangkai piton. Tubuh si piton memiliki banyak luka sayatan. Sepertinya itu adalah angin yang difungsikan bagai pisau oleh si burung rajawali yang kini berdiri tenang di dekat piton.     

Andrea sudah akan maju untuk mengeluarkan inti kristal ketika Dante mencegahnya.     

"Rogard, ambilkan inti kristal ular itu untuk Andrea," titah Dante ke pedangnya yang berdiri di sisinya.     

"Baik, Tuan." Rogard patuh secara mutlak dan berjalan ke piton untuk kemudian meremukkan kepala piton dan menyerahkan inti kristal berwarna putih yang besarnya sama seperti inti kristal piton satunya tadi.     

Andrea menerima inti kristal tersebut. Sedangkan Rogard, dia mulai menyerap energi petir putih yang masih ada di tubuh ular sebelum energi itu tersebar musnah begitu saja di udara jika terlalu lama didiamkan.     

Dante tak bisa mencegah Andrea yang segera melumerkan inti petir berwarna putih susu itu menjadi cairan dengan api Ceronya. Andrea kukuh ingin melakukan ini dulu.     

Setelah hitungan beberapa menit, inti cair itu sudah melayang berputar-putar di udara di atas telapak tangan Andrea.     

"Shiro, kau mau?" tanya Andrea ke anak angkatnya yang tetap tenang di atas bahu Dante.     

Shiro mengangguk santai. "Um! Mau, Ma. Apakah itu untukku?" tanya Shiro tidak seheboh Kuro, saudaranya.     

Andrea balas mengangguk. "Tentu ini untuk kamu. Apa kau bisa menahan panasnya? Atau ingin menunggu dingin?"     

"Sekarang saja tidak masalah, Ma. Aku bisa menahannya." Shiro mantap menjawab dengan nada tenang.     

"Oke." Andrea mulai gunakan Mossa untuk menyuapi anak lelakinya inti cair berwarna susu. Setelah itu, seperti halnya Kuro, Shiro mengatakan kalau dia merasa diserang kantuk yang sangat.     

Maka, Andrea lekas mengirim Shiro ke alam Cosmo.     

Rajawali Angin menyaksikan semua itu penuh keheranan. "Kenapa dia bisa menghilang? Kau apakan dia?"     

Andrea menoleh ke rajawali, tersenyum. "Ia kubawa ke alamku sendiri supaya dia bisa beristirahat di sana."     

"Memangnya kau memiliki alam untuk dirimu sendiri?" Rajawali masih ingin tau.     

"Tentu. Apakah kau juga ingin mencoba mengunjungi alam pribadiku?" Ada kilatan di mata Andrea.     

"Apa syaratnya?" Rajawali tampak tertarik.     

"Cukup membuat kontrak denganku."     

"Huh! Kalian manusia memang licik, selalu saja ingin memperbudak kami para Beast!"     

"Kau yakin tidak ingin mencobanya? Padahal aku yakin sekali kau pasti akan menyukai tempat itu. Di sana tidak ada bahaya dan lingkungannya sangat asri bersahabat dan juga hawanya bagus untuk menumbuhkan kekuatan..."     

"Apakah kau sedang merayuku, manusia?" Rajawali mulai curiga.     

"Merayu? Untuk apa? Aku udah punya banyak hewan kontrak. Kalau kau tidak mau juga itu bukan sebuah kerugian buat aku, kok! Sepertinya malah kau yang akan rugi." Andrea tersenyum tipis sambil menahan nyeri di punggungnya.     

Rogard belum selesai menghisap semua energi petir si piton. Energi ular itu sangat besar karena sudah terkondensasi selama ribuan tahun. Tentunya butuh beberapa belas menit untuk Rogard menyerap semuanya.     

"Apakah tidak bisa jika tanpa membuat kontrak?" Rajawali masih penasaran akan Cosmo.     

"Karena hanya hewan kontrakku saja yang bisa aku kirim ke sana melalui pikiranku."     

"Apakah ini artinya temanmu ini juga kau kontrak?" Ia menunjuk ke Dante.     

"Oh, dia lain. Dia temanku dan bisa dengan mudah masuk ke sana seusai ijin dariku. Lagipula, dia manusia, bukan hewan."     

Rajawali merenungkan ucapan Andrea. "Kudengar manusia itu keji dan licik, suka memperdaya kami para Beast untuk dijadikan budak."     

"Kudengar juga Beast itu sangat keji dan seenaknya memakan manusia, mencabik-cabik tubuh kami layaknya kami ini tak berharga."     

"Hei! Aku tidak demikian!" protes Rajawali. "Aku takkan menyerang jika tidak diserang. Dan tidak semua Beast keji, kau harus tau itu."     

"Tepat sekali!" Andrea tampak puas karena burung raksasa itu sudah berhasil masuk ke dalam perangkapnya. "Tidak semua manusia itu keji dan licik, kau pun harus tau itu, Tuan Burung!"     

Rajawali menelan ludah karena Andrea berhasil mengembalikan kata-katanya. Ia sampai susah menemukan sanggahan. "Apakah kau akan menjadikan aku budak jika aku bersedia mengadakan kontrak denganmu?"     

Andrea makin berbinar. Ini sebuah celah lebar yang sangat ia tunggu-tunggu. "Budak? Tentu tidak. Semua hewan kontrakku adalah patner aku, keluarga aku. Apa kau tidak dengar tadi kedua ular memanggilku Mama? Begitulah hubungan kami yang sangat dekat."     

Kening Rajawali Angin sepertinya berkerut karena berpikir keras. "Hmph! Baiklah! Ayo kita buat kontrak! Kuharap kau bukan jenis keji dan licik!"     

Senyum Andrea tersamar ketika dia menyahut. "Jangan kuatir. Kau akan menemukan bahwa aku ini sangat menyayangi para hewan aku. Mana mungkin aku akan bersikap keji dan licik ke kalian?" Ia pun mempersiapkan diri untuk proses kontrak.     

Dante memutar matanya. Dia membatin, iya Andrea memang bukan manusia keji, namun bukan berarti dia bukan manusia licik. Ia pun berdecak kecil sambil mengamati jalannya proses kontrak antara Andrea dan Rajawali Angin.     

Andrea mengiris telapak tangannya dan menempelkan telapak berdarah itu ke hidung si burung raksasa, lalu mereka saling berikrar untuk menautkan kontrak mereka. Setelah adanya cahaya dari bawah mereka, kontrak pun tersegel secara sah.     

Sementara, Rogard sudah selesai menyerap semua energi petir si ular.     

"Rasanya semua urusan kita sudah selesai di sini, kan?" tanya Dante.     

"Sudah, Tuan." Rogard menghela napas lega. Energi piton yang dia serap sangat banyak dan itu begitu bermanfaat untuk dirinya menumbuhkan kekuatan.     

"Kalau begitu sekarang kita mencari bahan-bahan untuk membuat obat. Sabrina dan Andrea terluka." Dante memegangi Andrea meski gadis itu ingin menolak, tapi pria Nephilim bersikeras.     

Rajawali Angin memperhatikan. Ia tak menyangka mereka akan bersusah payah untuk mencari bahan obat demi hewan yang mereka miliki.     

"Rogard, apakah kau mengetahui bahan obat?" tanya Dante ke pedangnya.     

"Apakah maksud Tuan... tanaman herbal?"     

"Ya. Apa kau punya pengetahuan mengenai itu?"     

Rogard mengangguk. "Saya sedikit paham mengenai beberapa tanaman obat yang umum, Tuan."     

"Bagus, kau carilah," ucap Dante sambil menyodorkan Gulungan Kuno dari tangan Andrea ke Rogard. "Aku akan menemani Andrea di sini. Rajawali, tolong jaga kami, kau bisa?" Ia menatap ke burung besar di dekatnya yang berdiri tenang.     

"Hmph... baiklah. Lagipula, tak ada yang bisa kukerjakan saat ini." Rajawali Angin berujar acuh tak acuh menyahut Dante.     

"Baguslah kalau begitu." Dante pelan-pelan mendudukkan Andrea di tanah dan ia berlaku sebagai sandaran punggung Andrea sambil memeluk santai gadis itu dari belakang seraya duduk bersama.     

Sedangkan Rogard, dia mulai menyisir area itu untuk mencari tanaman obat sesuai daftar yang tertera di gulungan di tangan dia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.