Devil's Fruit (21+)

Memulihkan Diri



Memulihkan Diri

0Fruit 159: Memulihkan Diri     
0

Total, selama dua hari ini, Andrea harus menjalani bed-rest di bawah pengawasan ketat Dante yang selalu menunggui dia di sisi tempat tidur si Cambion tanpa mau beranjak.     

Dante tak ingin Andrea berbuat ceroboh dengan turun dari ranjang, misalnya.     

"Dan, aku mo pipis..." rengek Andrea.     

Dante sodorkan handuk ke Andrea. "Berkemih saja di situ, nanti akan aku buang."     

Andrea mendelik. "Lalu gimana kalo aku kebelet piippp?! Umh... pup, maksudku." Ia tadinya sudah mengucap 'boker', namun ternyata terganti dengan bunyi 'piipp'.     

"Akan kugendong kau ke kamar mandi."     

Begitulah keduanya saling berdebat dan kadang berbincang akrab jika keadaan sedang tenang.     

Rogard membuatkan sup obat sehari tiga kali untuk semua yang terluka; Andrea, Sabrina, dan Noir. Meski luka Noir tidak parah dan hanya sekedar memar, namun Andrea ingin Noir juga dirawat dengan baik oleh Rogard.     

Dengan kemampuan Rogard yang terampil, dia sudah membebat kaki dan pinggung Sabrina menggunakan kain sehingga diharapkan tulang akan lekas tersambung dan pulih seperti sedia kala.     

Untuk Andrea, Rogard serahkan pada Dante untuk membebat punggung Andrea menggunakan kain panjang. Andrea sebenarnya risih karena dia harus membuka bajunya agar Dante bisa membebatkan kain pada tubuh dia.     

Tapi mau bagaimana lagi? Ia harus menahan malu sambil terus menutupi payudaranya ketika Dante sedang membebatkan kain.     

"Tak usah kau tutupi. Bukannya itu sering kau ekspos di alam mimpi?"     

"Ssshh!" Andrea mendelik kesal pada sindiran Dante.     

Sup obat dari ramuan yang diberikan Djanh memang termasuk ampuh. Hari pertama dikonsumsi sudah terasa efek progresif-nya. Andrea mulai merasa memar-memar pada sekujur tubuhnya menghilang dan rasa nyeri di punggung juga jauh berkurang.     

Sabrina pun demikian. Dia sudah mulai bertenaga dan bisa menggerakkan kakinya yang patah meski sedikit. After all, semua rasa sakit di badan mereka langsung lenyap di hari pertama mengkonsumsi obat.     

Hari kedua, Andrea bersikeras keluar kamar karena alasan bosan, namun mana mungkin Dante mengijinkan.     

"Bisakah kau tahan beberapa hari lagi, Andrea?"     

"Tapi aku bisa mati bosan di sini aja, Daaann~" rengek Andrea mirip anak kecil yang ingin keluar bermain.     

"Kalau cederamu belum sembuh total dan kau buru-buru bertingkah macam-macam, cedera kamu bisa kambuh dan akan menjadi cacat permanen. Kau mau?" ancam Dante.     

Andrea mendengus keras dan terpaksa tetap berbaring di tempat tidur meski dia bosan setengah mati. "Kalo gitu, kamu harus ceritain cerita yang asik-asik biar aku gak bosan!"     

"Cerita apa?"     

"Cerita tentang apa aja! Tentang hidup kamu dari kamu mulai kecil ampe segede ini juga boleh!" rajuk Andrea kesal tidak diperbolehkan turun ranjang.     

Dante mendesah. Menceritakan kehidupan dia? Itu sama saja membuka luka yang sudah mati-matian dia tutup. Lagipula... memangnya Andrea tidak akan meradang jika dia menceritakan kisah dia dengan beberapa wanita sebelumnya?     

Tidak, ini pilihan yang berbahaya untuk Dante.     

"Apakah Nona Andrea ingin mendengar cerita?" Tiba-tiba Rogard sudah muncul di ambang pintu kamar Andrea sambil membawa semangkuk sup obat.     

Mata Andrea berbinar. "Iya! Iya! Mau! Rogard pasti punya banyak petualang yang keren-keren selama ini, ya kan?" Ia menatap Rogard penuh harap. Dengan perjalanan hidup Rogard selama ribuan tahun, pasti ada banyak kisah menarik yang bisa dituangkan dalam banyak cerita.     

"Baiklah kalau Nona ingin mendengarnya." Ia menyerahkan mangkuk obat ke Dante lalu dia menarik kursi untuk diletakkan di samping tempat tidur Andrea.     

"Tuh, Dan... kayak Rogard ini, loh! Dia selalu sigap dalam segala hal!" puji Andrea terang-terangan pada sang pedang yang berdehem tak enak hati. Terlebih menyaksikan muka suram sang majikan.     

Meski Dante kesal karena dibandingkan dengan Rogard dan dia kalah, tapi dia harus menelan itu. Setidaknya begitu lebih baik daripada dia harus menceritakan kisahnya yang memilukan dan beberapa pasti akan membuat Andrea meradang marah atau cemburu.     

Memangnya kau yakin Andrea akan cemburu, Tuan Nephilim?     

Maka, selama beberapa hari, Andrea akan asik mendengarkan cerita dari Rogard dengan Dante masih ada di sisi ranjang Andrea.     

Dante sendiri akhirnya juga menikmati acara mendongeng dari pedangnya yang ternyata sebagian besar belum pernah dia ketahui.     

Andrea kerap melongo takjub setiap Rogard menceritakan bagian yang menegangkan dan memacu adrenalin. Lalu dia akan mulai bertanya ini dan itu untuk memuaskan rasa ingin taunya.     

Rogard sangat sabar menghadapi Andrea yang serba penasaran.     

Tak terasa, sudah empat hari Andrea menjalani bed-rest total. Dua hari terakhir adalah dua hari yang tidak lagi membosankan berkat dongeng nyata dari Rogard.     

Di hari kelima, Dante memperbolehkan Andrea turun dari ranjang. Maka, pagi ini, dengan masih dipapah Dante, Andrea keluar dari pondok untuk menikmati hawa sejuk Cosmo yang menyegarkan.     

Dante pelan-pelan mendudukkan Andrea ke bangku teras pondok.     

Tak berapa lama kemudian, muncul Sabrina dan Noir yang mendekat ke Andrea. Sabrina sudah bisa berjalan normal meski masih dibebat kain.     

"Bree, kamu udah sembuh? Udah gak sakit kakinya?" tanya Andrea sambil mengelus sayang kepala si macan sabertooth.     

"Sudah, Nonaku," jawab Sabrina sambil memejamkan mata dan letakkan kepala besar dia ke pangkuan Andrea. "Efek ramuan itu sangat luar biasa. Saya sudah mulai bisa berjalan-jalan meski tidak bisa berlari dulu untuk seminggu ini."     

"Bagus, deh kalo gitu..." Andrea mengelus-elus dagu dan leher Sabrina. Macan itu langsung mendengkur keenakan, karena di area itu adalah tempat kucing suka dielus. "Kalo gitu, seminggu ini kamu harus di sini aja, yah! Kau harus pulih total dan terus minum ramuan obat."     

"Krrrr~ iya, Nonaku... hrrrrrhh~" Sabrina masih keenakan digaruk lehernya.     

"Kalo aku udah agak kuat berdiri, nanti aku buatin pil obat. Kasian Rogard kalo harus masak melulu saban hari tiga kali pula, hihi..." Andrea melirik ke arah sang jiwa pedang yang berdiri tak jauh darinya.     

"Saya sama sekali tidak merasa keberatan atau menjadikan itu beban, Nona. Selama kalian bisa pulih kembali, maka saya akan ikut bahagia." Rogard menoleh ke Andrea.     

"Ututuu~ Rogard beneran manis, tuh..." goda Andrea.     

Dante berdehem. "Kalo gitu, yang boleh berburu di luar hanya aku, Rogard, dan Noir saja, mengerti?" Ia tatap tajam Andrea untuk menegaskan maksudnya.     

"Csk! Aku harus bosan lagi di sini, gitu?"     

"Andrea, jangan membangkang. Ini demi kau sendiri nantinya."     

"Betul, Nonaku. Lebih baik kita memulihkan diri di sini dulu selama beberapa hari agar tidak menjadi cedera permanen."     

Andrea termenung sejenak sebelum bersuara, "Oke, aku ama Bree di sini. Kalian bertiga, bareng ama Rajawali, bisa berburu bersama. Nanti kalau kalian sudah selesai dan ingin balik ke Cosmo, Dante bisa menghubungi aku lewat anting komunikasi. Oh, antingnya namanya Linux. Hehe..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.