Devil's Fruit (21+)

Rajawali yang Tsundere



Rajawali yang Tsundere

0Fruit 161: Rajawali yang Tsundere     
0

Andrea sudah menceritakan mengenai asal usul dia dan segala cerita hidupnya selama ini pada Sabrina agar macan cantik itu mengetahui apa adanya dia sebagai majikan. Tentu bukan hal yang baik jika menyembunyikan hal-hal penting dari peliharaan.     

Menurut Andrea, Sabrina berhak tau agar semuanya bisa lebih mudah dijalani antara mereka berdua.     

"Andrea..." Terdengar sebuah suara bergema lembut di telinga Andrea melalui Anting Linux dia.     

Andrea menekan anting sederhana berwarna merah yang berbentuk bulat dan menempel di telinganya. "Ada apa, Dan? Apa kalian udah mo pulang? Ini masih pagi. Sono kerja yang benar cari sebanyak mungkin inti kristal."     

"Hah!" Terdengar dengus kasar di seberang alam sana. "Apa kau sedang bertingkah ala istri durjana, heh?"     

"Hihi... iya, aku kan emang istri durjana. Kau sebagai suami masokis harus patuh, ngerti?" Ia terkikik geli mendengar Dante yang sepertinya kesal. "Omong-omong, kenapa hubungi aku gini? Jangan bilang udah kangen, deh... aku kan bisa baper berat, ini!" ucap Andrea memakai nada manja.     

"Jangan membuatku muntah sia-sia, bocah!" ketus Dante di seberang. "Aku hanya ingin tau apakah kau masih menginginkan inti kristal dari Beast lemah dan kecil?"     

"Selemah apa dan sekecil apa, tuh?" Andrea bertanya balik.     

"Kami bertemu koloni cacing sebesar lengan bayi. Meski mereka punya kekuatan petir, tapi mereka hanya level petir kuning. Apakah kau masih mau?" Dante menjelaskan secara singkat Beast yang mereka temui.     

"Umh, gak masalah bagiku. Selama mereka punya inti kristal, sekecil apapun aku tetap mau, kok! Kita butuh kristal yang banyak banget untuk memenuhi beberapa kebutuhan di sini, Dan." Andrea mulai bersuara normal.     

"Baiklah kalau ini tidak masalah untukmu." Dan kemudian tidak terdengar lagi suara Dante, menandakan yang di seberang sana sudah memutuskan komunikasi.     

Andrea mendesis. "Dasar lakik gak romantis. Kagak 'say hi', kagak 'say bye', beuh!"     

Sabrina yang ada si samping Andrea hanya terkekeh geli. "Nonaku, hubungan kalian memang unik dan aneh, hihih!"     

"Iihh~ Bree malah ngeledek, nih..." Andrea pura-pura cemberut. Tapi itu kentara jelas dia hanya berakting.     

Itu sebabnya Sabrina tidak terlalu kuatir menyinggung Andrea. "Nonaku, aku dan Noir sengaja menahan untuk tidak memiliki keturunan dulu."     

"Kenapa gitu? Apa kalian belum anuan?"     

"Errr... kalau itu..."     

"Haiyaa... aku bisa potong kuping deh kalo kalian berani bilang belum pada anuan."     

Sabrina terkekeh canggung. "Kalau itu... memang sudah, tapi... Noir sengaja tidak membuahiku atas permintaanku."     

"Kenapa?"     

"Karena kami tidak ingin diganggu masalah anak dulu di saat kami ingin terus bertempur di sisi Nonaku dan Tuan Dante."     

"Astaga, Bree... jangan gitu! Aku jadi gak enak sendiri kalo kamu malah batasi kesuburan kamu!"     

"Nona, masa kehamilan kaumku bisa mencapai dua tahun, Nonaku. Itu akan menghambat berbagai hal."     

Andrea tutup matanya sambil mendesah. "Oke, oke, aku paham maksud kamu. Oke, kalo gitu... sesudah aku ma Dante keluar dari alam sialan itu, kamu dan Noir harus bikin anak sebanyak mungkin, deal? Beri aku banyak macan-macan cantik dan unyu, yah!"     

Bukan untuk dikoleksi menjadi pakaian, kan Nona Cambion?     

Siang menjelang, dan Andrea sudah keluar dari kolam bersama Sabrina untuk ke pondok dan membuat makan siang.     

"Dante~" Andrea menghubungi Tuan Nephilim. "Pulang dulu, gih. Istri teladan kamu ini udah bikin makan siang buat kalian semua."     

Sabrina tersenyum mendengar ucapan Andrea yang terkesan menggoda Dante.     

Terdengar bunyi decak kesal di seberang sana. "Ya sudah, bawa kami ke Cosmo!"     

"Oke, hunny bunny..." goda Andrea dan ia pun memindahkan semua yang sedang berburu ke dalam alam Cosmo menggunakan pikirannya.     

Seketika, Rajawali Angin sudah melayang di alam Cosmo dengan Dante, Rogard dan Noir di punggungnya.     

Kedua bocah hybrid tidak ikut berburu karena mereka masih menjalani tidur panjang ala hibernasi di kamar Andrea.     

Seusai orang-orang di punggung si burung gigantic turun ke tanah, Rajawali Angin segera menyusutkan ukuran tubuhnya seukuran burung pemangsa yang normal di bumi. Ia bertengger tenang di bahu Dante.     

"Kuharap kau menyediakan makan siang yang layak untuk kami, bocah!" Dante sudah memasuki pondok bersama yang lainnya.     

"Iya, chuyuunk! Buat kamu apa sih yang enggak?" Andrea kedipkan satu mata ke Dante disertai senyum nakal.     

Dante mendecih dan palingkan wajah. Antara malu dan suka. Betapa kontradiksinya.     

Meja pondok sudah diganti dengan meja kayu yang lebih besar agar 'keluarga' besar itu bisa duduk bersama di sana. Meski Sabrina dan Noir tidak bisa ikut duduk, namun itu tidak mengurangi fakta bahwa ukuran meja memang harus diperluas.     

Rogard berkata bahwa Sabrina dan Noir belum bisa mengubah bentuk mereka layaknya si Rajawali Angin karena memang level kekuatan kedua kucing besar itu belum sangat tinggi. Keduanya baru hidup selama beberapa ratus tahun, sedangkan Rajawali Angin sudah berusia ribuan tahun.     

Semakin lama hidup, akan semakin raksasa tubuh mereka, tapi nantinya mereka bisa seenaknya mengubah ukuran tubuh sendiri.     

Jika Beast sudah mencapai usia lebih dari ribuan tahun, maka Beast bisa berevolusi menjadi Beast siluman, atau bisa juga menjadi Hewan Iblis.     

Seekor hewan iblis akan bisa bertransformasi menjadi manusia dikarenakan kekuatan maha besar mereka. Itu membutuhkan meditasi selama puluhan ribu tahun.     

Sedangkan hewan siluman, mereka bisa dikatakan setengah langkah menuju transformasi menjadi manusia. Itu karena karakteristik tubuh hewan siluman masih menampilkan beberapa wujud tubuh hewan mereka di beberapa bagian.     

Rogard banyak memberikan wawasan mengenai itu ke Andrea dan Dante.     

Hewan siluman bisa menyamar sebagai manusia, namun itu tidak bisa bertahan lama karena konsumsi energi untuk itu memang sangat besar. Hanya hewan iblis yang bisa.     

"Tuan Burung, apa kau menyukai makanan yang aku bikin?" tanya Andrea ke Rajawali Angin yang tampak lahap menelan daging yang dimasak dengan bumbu barbekyu.     

"Sebenarnya ini sangat aneh di lidahku, tapi karena hanya ada ini, maka biarlah!" jawab Rajawali Angin berlagak enggan meski ia begitu lahap menjejalkan daging barbekyu itu ke paruhnya.     

"Apakah maksudmu, kau terbiasa makan daging mentah?" selidik Andrea.     

"Tentu saja! Nyamm, nyamm, nyaamm..." Rajawali Angin tidak menatap Andrea dan teruskan makannya.     

"Oh, kalau memang yang di depanmu itu aneh, aku punya daging segar dan mentah sesuai yang biasa kau makan sebelumnya." Andrea silangkan dua lengan di depan dada.     

Rajawali Angin hampir tersedak makanannya, dan ia tampak kikuk menatap Andrea. "Ini... ini menurutku... ehem! Aku bukan jenis pria yang terlalu pemilih dalam makanan. Kau tak perlu repot-repot mengeluarkan daging mentah untukku!"     

Andrea mendecih geli. Betapa mudahnya menohok si burung raksasa. Ia heran, kenapa hewan-hewan kontrak yang mereka punyai selalu saja bersikap tsundere. Tapi, itu hanya pada awalnya. Setelah beberapa minggu berinteraksi, mereka akan mulai santai dan bertingkah biasa.     

Itu juga terjadi pada Sabrina dan Noir pada saat pertama mereka dikontrak. Namun, berbeda dengan kedua bocah hybrid. Dari awal mereka menetas, mereka langsung akrab dan tak segan-segan bersikap manja ke Andrea dan Dante.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.