Devil's Fruit (21+)

Jadi Namamu Nong?



Jadi Namamu Nong?

Fruit 162: Jadi Namamu Nong?     

"Tuan Rajawali, boleh aku memberi nama untukmu?" tanya Andrea pagi hari itu ketika dia selesai mandi dan siap untuk memasak sarapan bagi semua orang.     

Rajawali yang bertengger santai di sebuah dahan pohon di depan pondok, segera membuka matanya dan melotot. "Tidak! Tidak! Kau manusia jangan seenaknya mengubah-ubah namaku!"     

Andre miringkan kepalanya. "Apakah ini artinya kamu udah punya nama selama ini?"     

"Tentu saja!" Ia naikkan dagunya secara arogan. "Namaku sangat bagus dan terdengar hebat!"     

Andrea picingkan mata. "Apakah orang tua kamu yang memberi nama itu?"     

Rajawali Angin terdiam sesaat. Dari itu saja Andrea sudah bisa menebak bahwa si burung raksasa hanya memilih nama untuk dirinya sendiri secara acak. "Aku... aku ini pria yang sangat mandiri. Aku tak butuh siapapun untuk menentukan namaku!" Ia penuh dengan kebanggaan atas dirinya.     

Nona Cambion memutar matanya. "Oke, jadi apa namamu kalo aku boleh tau?"     

"Namaku... Nong!" jawabnya penuh bangga.     

Andrea nyaris meledakkan tawa. Nama apa itu? Nong? Apakah benar nama itu terkesan hebat? Yang ada malah itu terkesan imut menggemaskan. Andrea setengah mati untuk menahan tawa.     

"Nong? Itu jelek sekali!" Tiba-tiba muncul sosok yang segera membelit pergelangan tangan Andrea.     

"Ah! Kau sudah bangun, sayankku?" Andrea berseru senang ketika tau siapa gerangan yang melilit tangannya.     

"Mama... aku sudah bangun..." Kuro sudah memamerkan senyum lebarnya disertai jentikan-jentikan lidahnya, lalu mengusap-usapkan kepalanya ke tangan Andrea.     

Bocah hybrid ini sudah tidur selama dua minggu penuh bersama saudara kembarnya, meski berbeda warna dan bentuk. Tapi, mereka terlahir bersamaan, jadi patut dikatakan saudara kembar.     

"Hei kau bocah tengik!" hardik Rajawali Angin, si Nong, pada Kuro. Ia tak terima nama yang susah payah dia pikirkan sejak kemarin begitu saja dihina. Apalagi oleh bocah yang baru menetas.     

"Apa? Memang namamu jelek, apakah aku harus berpura-pura memujimu? Enak saja." Kuro makin membantah.     

"Kau! Kau bocah bau susu sungguh butuh diberi pelajaran sopan santun!" Rajawali sudah mulai kepakkan sayapnya di udara. Ia menatap ganas ke Kuro yang hanya leletkan lidahnya. Yah, ular memang begitu, bukan?     

Kuro terkekeh nakal dan segera melesat dari tangan Andrea ke arah Rajawali Angin. "Kau akan kuberi pelajaran! Yaitu, pelajaran menerima kenyataan!"     

Wuuss! Wuss! Wuuss!     

Kuro melesat cepat sekali dan mengelilingi tubuh Nong, si Rajawali Angin. Mereka bergelut di udara.     

Andrea panik dan berkali-kali memanggil Kuro untuk kembali ke sisinya. Ia tak sempat mencegah si anak nakal sebelum bocah hybrid itu melesat seperti kilat ke Rajawali Angin.     

Dante dan yang lainnya heran mendengar suara heboh Andrea di depan pondok. Mereka segera datang.     

"Dante! Dante! Tolong hentiin mereka, ya ampun! Kalo mereka kenapa-kenapa, gimana?" Ia berharap pada Dante yang sudah berdiri di sebelahnya. Sabrina dan Noir datang bersamaan dari arah bukit dan tak melakukan apapun selain menonton saja.     

"Hm..." Seperti biasa, Dante hanya berikan gumaman.     

"Danteeee..." Andrea sudah mulai merengek sambil goyang-goyangkan lengan baju Dante. "Ayo, buruan pisahin mereka... nanti mereka luka!"     

"Tenang saja, Ma..." Tiba-tiba, Shiro sudah ada di bahu Andrea. "Mereka tidak akan celaka, kok!"     

"Shiro! Nak, tolong bawa sodara kamu ke sini, please... Mama bisa kena serangan jantung, nih!" Ia menoleh penuh harap ke Shiro.     

"Mama percaya saja padaku, mereka akan baik-baik saja. Kuro nakal itu cuma ingin bermain-main dengan paman burung." Shiro tersenyum santai.     

"Nama dia Nong." Andrea menyahut Shiro.     

Shiro terkejut. "Apa? Siapa Nong?"     

"Paman burung yang kau sebut tadi."     

"Nong?!" seru Shiro bagai dia baru saja menelan kotoran. "Buruk sekali namanya!"     

Nong si Rajawali Angin makin gusar mendengar ucapan Shiro yang lugas.     

"Tuh, kan! Apa kataku! namamu itu jelek, Paman! Hihi!" Kuro makin meledek memprovokasi Rajawali Angin yang kian emosi.     

Nyatanya, elemen mereka berbeda dan Kuro akan lebih memiliki keuntungan dengan elemennya yang mengungguli elemen milik Rajawali Nong.     

Andrea mendelik ke Shiro. "Kamu jangan jadi kompor gitu, dong!"     

"Ma, didiklah kami dengan didikan kejujuran, jangan mendidik kami untuk berbohong," sahut Shiro tenang. Andrea mendesis. Kepalanya makin pusing.     

Di udara, Kuro masih belum bisa diraih oleh Rajawali. Tubuh kecil dan gesit Kuro berhasil meliuk dan berkelit dari terjangan paruh Nong.     

Setelah dia berputar-putar di sekitar tubuh Rajawali Angin, ia pun membuka selaput jumbai tunggalnya yang berwana sekelam sisiknya dan menyemprotkan gas hitam keluar.     

Andrea menjerit. "Kuro! Kenapa kamu semburin itu ke Rajawali Angin! Dia bisa mati!" Ia makin panik karena ia tau persis betapa berbahayanya kabut hitam Kuro yang bersifat korosif. Ia tak mau menyaksikan tubuh Rajawali Angin akan menjadi tulang dan kemudian lumer.     

"Hahaha... tenang saja, Ma!" teriak Kuro sambil akhirnya dia melesat kembali ke tangan Andrea.     

"Kuro, please! Please, jangan sakiti Nong!" Andrea panik memohon ke anak nakalnya.     

Kuro malah terkikik. "Mama lihat saja, deh! Bakalan ada pertunjukan bagus, kok!"     

"Hah?" Andrea bingung dan ia mulai menatap ke angkasa dimana Rajawali Angin yang konon memiliki nama Nong itu terbang berputar-putar mirip anjing yang mengejar ekornya.     

Semua menatap heran ke atas demi menyaksikan ulah Rajawali Angin yang sibuk mengejar ekornya sendiri.     

"Itu..."     

Ucapan Andrea terhenti karena terlalu herannya dia.     

"Itu salah satu kemampuan dari kabut aku yang baru, Ma..." Kuro berkata penuh bangga.     

"Maksudmu?"     

"Aku sekarang selain bisa membuat kabut racun, kabut korosif, juga bisa menciptakan kabut ilusi!"     

"Kabut... ilusi?" ulang Andrea makin heran.     

Kuro mengangguk mantap. "Aku menanamkan ilusi ke paman burung, Nong itu, sebuah ilusi seakan dia sedang mengejar aku."     

Semua akhirnya paham. Pantas saja Rajawali Angin bertingkah gila di udara mengejar sesuatu yang tak ada, mematuk-matuk udara kosong.     

Itu terlihat lucu dan mereka mulai terkekeh geli. Dalam hati mereka, mereka mulai takut pada kekuatan Kuro. Bocah kecil itu tak hanya punya kabut mematikan tapi juga kabut yang bisa memberikan efek ilusi.     

Belasan menit kemudian, Rajawali Angin berhenti terbang berputar-putar gila. Itu karena Andrea meminta Kuro untuk hentikan ilusinya.     

Rajawali Angin terengah-engah dan mendarat tak elit di tanah. Tenaganya terasa dikuras, kepalanya pusing sekali. Tapi, dia mendelik terkejut ketika melihat Kuro ada di tangan Andrea. "Kau... kau... bukannya kau sudah kupatuk... haahh... haahh..." Suaranya sudah tidak segahar tadi. Ia sudah lemas.     

Kuro naikkan dagu penuh bangga. "Kyehee... apa kau mau lagi, Pak Tua Nong? Ampun, aku selalu ingin tertawa jika menyebutkan namamu, Pak Tua!"     

Rajawali Angin sudah tidak memiliki tenaga untuk memuntahkan sumpah serapah ke Kuro. Selain dia belum makan, ia juga masih merasakan pusing dan kelelahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.