Devil's Fruit (21+)

Mulai Sekarang, Kau Adalah Gazum



Mulai Sekarang, Kau Adalah Gazum

0Fruit 163: Mulai Sekarang, Kau Adalah Gazum     
0

"Pak Tua, lebih baik kau mengganti namamu daripada aku akan tertawa terus menerus. Itu akan melelahkan, kau tau!" goda Kuro, masih saja meledek si Rajawali Angin.     

"Sebenarnya nama Nong itu bukan jelek, sih!" Andrea sentuh dagunya. "Bagiku... itu justru terkesan imut dan menggemaskan... Itu... membuatku membayangkan gadis manis mungil yang pipinya chubby minta dicubit."     

Kuro dan Shiro meledakkan tawa tanpa ragu-ragu.     

Rajawali makin suram. Selain dikata jelek, kini malah ia dibayangkan bagai gadis imut berpipi chubby yang menggemaskan?! Lelaki mana yang sudi dianggap gadis imut?!     

Susah payah, Rajawali bangun dari tanah dibantu Andrea. Ia menyusutkan tubuhnya seukuran burung merepati normal, sehingga Andrea dengan mudah membawanya ke dekapannya.     

"Kuro, Shiro, jangan menggoda dia lagi. Kalian ini..." Andrea melotot jenaka ke dua anaknya.     

"Hagh! Baiklah, baiklah!" Rajawali menyerah. "Sebut saja satu nama yang kau anggap bagus untukku. Aku ingin tau, nama apa yang kau pikir pantas untuk tuan ini yang hebat."     

Andrea mengelus-elus tubuh lemas Rajawali Angin dalam dekapannya seraya mereka semua mulai masuk ke pondok. "Nanti akan aku pikirkan sambil aku memasak. Kalian semua pasti sudah lapar, ya kan?"     

Semua mengangguk.     

Andrea letakkan burung besar yang kini berukuran ala merpati ke atas meja makan, dan menegur Kuro serta Shiro di dekatnya untuk tidak mengganggu si rajawali.     

"Mama! Mama!" Kuro mendekat ke Andrea yang sedang ada di depan kompor. "Kali ini memasak apa untukku? Apakah ada cairan api lagi untukku?"     

"Kau ini." Andrea mengusap singkat kepala Kuro. "Kau bakalan tepar lagi kalau Mama beri itu. Kemarin kau sudah tidur selama dua minggu. Apa kau tak ingin pergi berburu dan menjajal kekuatan barumu di luar?"     

"Iya! Iya! Aku harus menguji kekuatan baru aku yang hebat ke semua hewan di luar! Biar mereka tau siapa raja mereka, hahaha!" Kuro berkata penuh bangga dan percaya diri.     

"Apa kau merasa kau sungguhan raja hewan, hm?" Andrea mendorong lembut dahi Kuro. "Kau ini bayi Mama!"     

Kuro merengek kesal dianggap bayi.     

Tak lama kemudian, masakan pun sudah matang dan dihidangkan dalam porsi besar dan banyak. Mereka mulai makan dengan lahap, menghadapi piring masing-masing. Juga masih bisa minta tambah makanan jika memang masih ingin.     

"Aku sudah pikirkan nama kamu, Tuan Burung." Andrea berkata disela makannya.     

"Kuharap bukan lagi nama yang mengingatkanmu akan gadis imut atau sejenis itu." Rajawali Angin mengingatkan. Ia masih kesal dianggap seperti gadis kecil. Itu sungguh sebuah penghinaan bagi dia yang pria tua nan hebat (menurut dia).     

"Kuharap kau menyukainya." Andrea menelan terlebih dulu apa yang ada di mulut dia sebelum meneruskan. "Aku memikirkan sebuah nama yang membuatku merasakan tenaga yang hebat. Gazum!"     

"Gazum?" Semua orang di situ nyaris menyebut secara bersama-sama.     

Andrea mengangguk. "Itu dari bahasa Perancis, Gaz, udara, angin... Dan aku kira Gazum adalah nama yang terkesan kuat dan macho!"     

"Hebat!" teriak Kuro, lalu ia melesat ke Rajawali Angin dan melilit ke tubuh burung itu. "Paman Gazum! Astaga nama itu keren sekali!"     

Rajawali seakan lupa dengan kekesalan dia sebelumnya pada Kuro dan bertanya pada bocah nakal itu. "Benarkah keren?"     

Kuro mengangguk-anggukkan kepalanya secara berulang kali. "Sangat keren, Paman! Kau bukan lagi Pak Tua! Kau sekarang Paman! Paman Gazum! Pak Tua hanya pantas disebut Nong."     

"Hei..." Rajawali Angin mulai cemberut.     

"Kuro..." tegur Andrea memakai tatapannya ke si anak bengal. "Baiklah! Mulai sekarang, kau adalah Gazum! Setuju?"     

Rajawali terdiam sejenak dan mengangguk. "Jika menurut kalian itu keren, baiklah!"     

Kuro melesat kembali ke tempat semula.     

Maka, ditetapkan, nama si rajawali mulai kini adalah Gazum. Itu juga karena ternyata nama Nong sebelumnya adalah nama acak yang dia ambil secara buru-buru saja setelah Andrea menanyakan soal nama padanya.     

Benar-benar menggelikan.     

Setelah makan, mereka semua bersiap menuju ke alam pertempuran. Andrea dan Sabrina sudah sembuh total tanpa ada sedikitpun dampak negatif. Bahkan mereka seperti tidak pernah cedera sebelumnya.     

Obat ramuan dari Djanh memang luar biasa.     

"Bree dan Noir aku taruh di Cosmo dulu aja, yah! Sedangkan Rogard masuk ke Dante. Aku dan Dante serta dua bayi akan di punggung Gazum." Andrea memberi titah.     

Semua mengangguk setuju. Itu bisa dilogika. Dengan begitu, Gazum tidak akan terlalu menanggung beban terlalu banyak nantinya saat terbang.     

Setelah Andrea, Dante dan duo bayi hybrid naik ke atas punggung Gazum, rajawali itu pun segera kepakkan sayap besarnya dan terbang menjauh dari pondok.     

Andrea lekas gunakan kekuatan pikirannya untuk memunculkan mereka di alam ciptaan Pangeran Djanh.     

Gazum membawa mereka begitu cepat, meninggalkan dunia winter secara total. Dengan kecepatan Gazum, mereka kini mulai memasuki sebuah kawasan hutan hijau. Tak ada lagi salju meski hanya berupa bercak saja.     

Usai Gazum turun ke tanah, orang-orang di punggungnya segera melompat turun.     

"Nona, hati-hati..." Gazum berkata pelan ke Andrea.     

"Kenapa?" Andrea ingin tau.     

"Sepertinya ini hutan negeri siluman."     

"Apakah itu berarti hanya ada siluman saja? Tak ada beast?" Andrea kuatir mereka tidak bertemu Beast dan tidak bisa mendapatkan inti kristal.     

"Siluman pun memiliki inti kristal, Nona..." Secara tiba-tiba, Rogard muncul dari tubuh Dante, menjawab kekuatiran sang nona Cambion.     

"Oh, syukurlah kalo gitu. Kupikir mereka kagak bakalan punya inti kristal, bisa repot kita!" Andrea mendesah lega. "Apakah inti kristal siluman lebih baik dari punyanya Beast elemen?"     

"Berkali-kali lebih baik dan lebih besar, Nona, tergantung juga pada ukuran mereka." Rogard masih memberikan kejelasan yang ingin diketahui Andrea.     

"Baguslah kalo beneran gitu! Hayuk dah! Kita berburu siluman!" Andrea jadi bersemangat. Memikirkan inti kristal yang besar membuat dia jadi tak sabar ingin lekas mendapatkan banyak siluman untuk dikalahkan.     

Sudah terbayang di benaknya ratusan Pil Inti yang bisa dia suling dari beberapa inti kristal siluman saja. Ini berarti mereka bisa lebih efisien dan menghemat waktu dan tenaga.     

Ia bertanya-tanya mengapa tidak sejak lama mereka bertemu siluman? Namun, ia segera menjawab pertanyaan di batinnya sendiri. Bahwa dia takkan bisa melawan siluman jika bertemu di bulan-bulan sebelumnya.     

Andrea mencapai pemahaman kenapa dia pertama-tama bertemu dengan Beast biasa, lalu Beast elemen, dan sekarang mungkin saja bertemu siluman. Itu karena untuk menempa tubuh dan kekuatan dia dari yang lemah menjadi semakin kuat.     

Dia pun tersenyum mengakui kepandaian Djanh dalam mengatur ini untuk dia dan Dante. Ia mulai merasa bahwa Djanh sengaja mengirim dia ke alam ini untuk menempa dirinya.     

'Well, Djanh-cuwk... kayaknya gue sekarang gak perlu benci-benci amat ama elu...' batin Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.