Devil's Fruit (21+)

So Now You're an Alchemist?



So Now You're an Alchemist?

0Fruit 166: So Now You're an Alchemist?     
0

Sekembalinya mereka ke alam Cosmo, mereka membicarakan pertarungan mereka hari ini di ruang makan.     

"Haduh gilak abis ternyata siluman itu ngeri, manteman!" Andrea masih bergidik ngeri ketika mengingat bagaimana pertarungan mereka melawan siluman lipan dan siluman wildebeest.     

"Tapi Mama hebat loh, bisa bikin rusa sombong itu keok!" Kuro sangat bangga menatap Andrea, lalu bergulir manja di tangan sang mama.     

"Jadi, sebenarnya, bagaimana siluman itu?" Dante menatap semua orang di sana.     

"Seperti sudah saya pernah paparkan, Tuan," ucap Rogard menimpali si Nephilim. "siluman itu ada tiga tingkatan. Untuk level rendah, mereka hanya bisa bicara bahasa manusia dan wujud masih seratus persen hewan."     

"Semua orang bisa memahami bahasa dia, begitu?" Dante ingin jelas memahami ini.     

Rogard mengangguk. "Benar, Tuan. Dan level kedua, level tingkat menengah, adalah seperti yang kalian semua sudah lihat hari ini."     

"Ada beberapa bagian tubuh manusia di mereka, gitu yak?" Andrea memastikan.     

"Benar, Nona. Setengah hewan dan setengah manusia."     

"Lalu apakah bocah-bocah hybrid kesayangan aku ini... mereka termasuk siluman?" Andrea menatap penuh sayang ke Kuro dan Shiro.     

"Saya belum begitu memahami mereka seratus persen mengenai mereka berdua. Kemungkinan ya, kemungkinan bukan." Rogard tidak berani memberikan keputusan mengenai darah keturunan Kuro dan Shiro.     

"Aku ini bukan siluman, Ma..." rengek Kuro ke Andrea. "Aku kan anak Mama..."     

"Iya, iya... kalian emang anak Mama paling unyuh!" Andrea usap-usapkan ujung hidungnya ke kepala Kuro lalu ke Shiro.     

"Kemudian... untuk siluman level tertinggi, mereka mampu bertransformasi menjadi manusia, namun itu tidak bisa lama. Untuk berapa lamanya, saya tidak bisa menentukan. Itu berbeda dengan hewan iblis." Rogard menjelaskan.     

"Kalau hewan iblis, bagaimana?" tanya Dante.     

"Hewan iblis yang sudah bertransformasi, dia bisa mempertahankan wujud manusianya sampai kapanpun seingin mereka, Tuan. Mereka lebih kuat." Rogard menatap Dante sembari menjawab.     

"Menurutku metode untuk melacak siluman itu hanya mempertajam pendengaran dan penciuman kita saja." Gazum menambahkan.     

"Begitukah?" Dante menatap Gazum, si rajawali yang awalnya ingin dipanggil Nong.     

"Ya. Bukankah itu sudah kubuktikan dengan aku yang lekas bersiaga tadi, kan?" Gazum terlihat bangga akan dirinya sendiri. "Itu karena pendengaranku tajam."     

"Andrea sementara ini kekuatan Sniffer kamu belum bisa berfungsi untuk mendeteksi siluman, ya kan?" Dante menoleh ke gadis Cambion.     

Gadis itu menggeleng lemah. "Aku berasa payah banget kalo gini, huff~"     

"Ya sudah, tak apa. Serahkan urusan mendeteksi keberadaan siluman pada Gazum yang pendengarannya tajam dengan siapapun yang memiliki kelebihan pada pendengaran atau penciuman." Dante seakan-akan menentramkan Andrea yang merasa terpuruk.     

"Aku!" Kuro menyahut. "Aku rasanya bisa mendeteksi mereka dengan lidahku!"     

"Ya, itu bisa dikategorikan penciuman kamu kuat melalui lidahmu." Dante mengangguk.     

Kuro menatap Gazum dengan tatapan pongah seakan dia ingin berkata bahwa bukan hanya Gazum saja yang punya kekuatan indera yang tajam.     

"Untuk mengatasi serangan siluman, kita sepertinya harus mencoba beberapa metode dulu supaya kita tau metode serangan yang mana yang bisa melemahkan mereka dengan cepat." Dante bertindak sebagai pembuat taktik.     

"Betul, karena kita gak tau apakah mereka ini evolusi dari hewan biasa atau hewan elemen," tambah Andrea.     

"Saat ada siluman nantinya, salah satu dari kita harus mencoba bertarung dulu dengannya dan yang lainnya harus lekas menganalisa kelemahan dia."     

Semua setuju dengan metode ala Dante. Ini dibutuhkan kerja sama tim yang solid.     

Esoknya, metode itu berhasil diterapkan berkali-kali sehingga mereka tidak begitu menemui kesulitan dalam menumpas siluman yang mereka jumpai.     

Makin hari, kekuatan dua bocah hybrid berbentuk ular boa juga makin besar. Pertumbuhan mereka kini sudah sebesar lengan manusia.     

Keunikan mereka yang mirip dengan siluman dan hewan ribuan tahun membuat orang bertanya-tanya apakah mereka ini siluman atau hanyalah hewan berumur puluhan ribu tahun yang terkungkung dalam telur.     

Andrea malah mengira mereka adalah hewan iblis, meski Dante menolak pemikiran itu. Dante masih merasa telur kedua bocah itu berusia puluhan ribu tahun makanya begitu duo bocah menetas, mereka langsung bisa bicara.     

Daging dari beberapa siluman yang berhasil mereka bunuh hanya dimakan oleh hewan peliharaan mereka. Inti kristal siluman lebih diminati oleh kedua bocah boa hybrid. Andrea dan Dante lebih suka memakan daging hewan biasa atau hewan elemen saja.     

Dikarenakan kedua bocah hybrid lebih menyukai inti kristal siluman yang akan ditelan bulat-bulat, mengharuskan Andrea dan Dante lebih rajin berburu siluman.     

Sesudah seminggu berlalu, kekuatan Sniffer Andrea mulai bangkit kembali meski belum sesempurna tadinya. Ia mulai bisa melacak adanya siluman meski hanya dalam radius sepuluh hingga lima belas kilometer saja.     

Meski itu masih lemah, namun cukup membantu mereka semua untuk bersiaga.     

Selain berburu siluman, Andrea juga mulai mendalami penyulingan pil obat. Ia banyak melakukan eksperimen dibantu oleh Rogard yang lumayan memahami karakteristik tanaman-tanaman herbal untuk bahan baku ramuan obat.     

Satu hal yang agak aneh terjadi di alam Cosmo. Seiring pertumbuhan kekuatan Andrea, pondok pun bertambah besar dan luas.     

Itu terjadi ketika mereka baru saja selesai berburu siluman, Andrea tercengang ketika mendapati pondoknya berubah ukuran.     

Dia melongo terheran-heran. Dante berkesimpulan itu terjadi dikarenakan kekuatan Andrea semakin besar dan pondok mengikuti itu dengan bertambah ukuran pula.     

"Barang dari Kenzo ini emang amboi, dah!" Andrea menatap takjub pondoknya yang ikut berevolusi bersamaan dengan pemiliknya yang makin kuat.     

Dante mengerutkan kening, tak begitu menyukai ketika nama lelaki lain disebut oleh Andrea.     

Dikarenakan pondok mulai bertambah luas, Andrea pun kini memiliki ruangan sendiri untuk tempat dia menyuling pil. Dia menamakan ruang itu Kamar Alkimia.     

Rogard banyak membantu Andrea menguasai seni alkimia. Dante hanya bisa menatap dari samping saja tanpa berkutik.     

Terkadang ada bunyi ledakan dari arah Kamar Alkimia. Itu karena kegagalan Andrea untuk menyampurkan bahan obat. Kadang pula karena dia salah mengambil porsi bahan dan menyebabkan ledakan.     

Meski pertamanya itu cukup mengagetkan semua orang dan mereka lekas ke ruangan itu untuk menyelamatkan Andrea, ternyata Andrea hanya terbatuk-batuk keluar dari ruangan dengan muka penuh jelaga hitam dan rambut yang kaku.     

Mereka yang tadinya kuatir justru akhirnya tertawa geli melihat penampilan Andrea jika dia gagal menyampurkan bahan.     

"Ngoahahaha! Mama! Kau benar-benar aneh sekarang! Mukamu hitam semua dan rambutmu... rambutmu, ya ampun Ma! Ngoaahahaha!" Kuro yang biasanya tertawa paling keras.     

"Piiippp! Aku malah diketawain anak aku!"     

"Mama sekarang sehitam Kuro! Hahaha!" Shiro ikut-ikut menertawakan mamanya.     

Andrea kesal dan meraih Shiro sebelum bocah itu berhasil melarikan diri. Karuan saja Shiro menjerit-jerit ketika Andrea mengusap-usapkan jelaga di wajahnya ke tubuh Shiro yang putih bersih.     

"Mama! Ampun, Ma! Ampun! Jangan kotori aku, Ma!" jerit Shiro.     

Kuro makin terbahak-bahak melihat penderitaan saudaranya.     

Dante hanya berikan dengusan saja jika ketiganya mulai bertingkah absurd tak jelas.     

Sekarang, Andrea bisa membuat pil sederhana. Pil penghilang pusing kepala, pil pereda mulas, pil penghangat tubuh, pil penentram asam lambung. Hanya pil-pil sederhana untuk penyakit-penyakit ringan saja.     

"Jadi, sekarang kau seorang alkemis?" tanya Dante ke Andrea.     

"Mungkin!" Gadis Cambion hanya angkat bahu dengan sikap acuh tak acuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.