Devil's Fruit (21+)

Mulai Memasuki Negeri Siluman



Mulai Memasuki Negeri Siluman

Fruit 164: Mulai Memasuki Negeri Siluman     

Mereka mulai berjalan, melangkah hati-hati di negeri yang kata Gazum adalah negeri siluman. Benarkah? Oleh karena itu, semua orang mulai bersikap waspada.     

Andrea mencoba menggunakan Sniffer untuk melacak aura makhluk di dekat mereka, tapi rasanya area di sekitar mereka tak ada apapun selain mereka.     

Itu sungguh membuat Andrea curiga. Biasanya, dia bisa merasakan aura makhluk apapun di dekatnya walaupun itu hanya lalat sekalipun, ia tetap bisa merasakannya. Tapi ini...     

"Apa Sniffer aku gak ngaruh di sini, yak?" Andrea kebingungan sendiri karena gagal mendeteksi.     

Dante menoleh. "Ada apa, Andrea?"     

"Dan, Sniffer aku kayak mati di sini, aku gak bisa deteksi aura makhluk selain kita." Andrea menatap lesu ke Dante yang ada di sisinya.     

"Mungkin karena siluman biasanya pandai menyembunyikan aura mereka, Nona." Rogard sudah memberikan jawaban yang cukup masuk akal.     

"Begitukah? Mereka bisa sembunyiin aura mereka?!" Andrea mengangkat keningnya, takjub. Tapi akhirnya wajahnya berubah suram. Itu artinya dia akan kesulitan melacak keberadaan lawan mereka nantinya.     

"Tak ada cara lain untuk mendeteksi mereka selain menggunakan Sniffer?" Dante bertanya ke pedangnya.     

Rogard menggeleng. "Setau saya tidak ada cara apapun untuk mengendus keberadaan siluman jika mereka memang menyembunyikan aura mereka."     

Andrea mendengus pasrah. Ini berarti mereka harus siap siaga senantiasa di negeri ini.     

Setelah mereka berjalan lama, Andrea ingin berhenti dan minum dulu. Mereka pun berhenti dan duduk di manapun yang mereka rasa aman dan nyaman.     

Andrea duduk bersandar di sebuah pohon, mengeluarkan botol bambu berisi air minum. Ia meneguk beberapa kali. Ia juga membagikan botol serupa pada yang lain. Ia sudah mengeluarkan Sabrina dan Noir dari Cosmo untuk mulai bergabung.     

Andrea baru saja akan menyimpan botol bambunya ke RingGo ketika ia mendengar teriakan Kuro.     

"MAMA, AWAASSS!" Kuro berseru nyaring sambil menerjang ke arah Andrea.     

Andrea tak sempat bereaksi apapun selain terpana.     

Wuuss!     

Dhuaakk!     

Kuro segera pukulkan ekornya ke batang pohon tempat Andrea bersandar. Gadis Cambion itu segera merunduk terkejut atas perlakuan Kuro.     

"Arrghh!" Terdengar jerit lain di dekat Andrea.     

Sang Cambion lekas menjauh dari pohon dan akhirnya paham apa yang membuat Kuro berbuat demikian. Ada seekor lipan berukuran sebesar Andrea, dan bahkan berkepala manusia meski dengan tampilan mengerikan.     

"Hah!" Andrea terperangah menatap hewan itu.     

Lipan itu menggeliat di atas tanah, lekas mengatur tubuhnya kembali ke posisi yang nyaman. "Kalian!" Ternyata itu adalah siluman. Seekor siluman lipan berkepala manusia.     

Siluman lipan itu bergerak cepat ke Andrea. Kuro langsung memblokirnya dengan menyemburkan api hitam ke siluman tersebut.     

Yang lainnya terpana melihat penempakan wujud siluman di depan mereka. Bukan berarti mereka belum pernah tau siluman, mereka hanya belum pernah bertemu secara langsung dengan makhluk seperti itu!     

Tak dinyana, saat siluman lipan itu bertarung dengan Kuro, siluman lipan lainnya bermunculan dari berbagai arah dan menyerbu ke Andrea dan lainnya.     

Mereka semua tak sempat beralama-lama kaget dan lekas melakukan apapun untuk melawan siluman tersebut.     

Andrea melenting ke belakang ketika seekor siluman lipan hampir mencapai dirinya. Ia kesulitan mendeteksi kekuatan si siluman. Ia hanya menyerang menggunakan semburan api Cero saja untuk menguji kekuatan siluman lipan.     

Beberapa siluman ada yang memiliki kekuatan elemen, ada juga yang tidak. Siluman yang memiliki elemen pada dirinya adalah evolusi dari Beast elemen yang berhasil bermeditasi mengumpulkan kekuatan selama minimal sepuluh ribu tahun. Begitu juga siluman yang berasal dari evolusi Beast biasa.     

Mereka hanya lebih kuat dan lebih tua.     

Siluman yang bisa berbicara dan berkomunikasi dengan manusia tanpa berubah wujud, itu adalah siluman di level terendah. Sedangkan jika mereka mempunyai karakteristik tubuh manusia di salah satu bagian tubuh, mereka berada di level menengah.     

Dan level tertinggi mereka sanggup berubah menjadi manusia meski hanya beberapa saat saja.     

Dante sudah gunakan jarum Vreth untuk menembus tubuh siluman lipan yang menyerangnya.     

Yang lain juga sudah mulai gunakan kekuatan masing-masing untuk bertahan dan menyerang. Meski siluman lipan ini tergolong lemah, namun karena jumlah mereka yang sangat banyak, cukup merepotkan juga bagi Andrea dan kawan-kawan.     

Andrea merasa api Ceronya tidak terlalu memberi efek mematikan bagi siluman. Ia sempat melirik ke Kuro yang berhasil memotong dua tubuh siluman lipan menggunakan tebasan ekornya.     

Dari pengamatan itu, Andrea mulai paham sedikit bagaimana menangani siluman lipan besar ini secara efektif.     

Andrea keluarkan cambuk tulang miliknya. Ia menggenggam erat-erat cambuk itu dan mulai memukulkan cambuk tersebut ke pertengahan tubuh siluman lipan.     

Benar saja, siluman lipan bisa dengan cepat dipotong menjadi dua.     

Setelah mengerti ini, ia makin percaya diri membantai puluhan siluman lipan lainnya.     

Berdasarkan itu, Dante juga mulai menghentikan jarum Vreth dia dan menciptakan cambuk petir untuk memukul para siluman lipan.     

Rogard pun demikian. Sabrina dan Noir mengikuti instruksi dari Andrea untuk mengubah tenaga mereka menjadi cambuk.     

Segera, terdengar raungan nyaring penuh aroma kesakitan dari para siluman lipan. Beberapa bahkan mengutuk Andrea dan yang lainnya.     

Andrea masih saja merasa jijik dan bergidik menatap wujud siluman lipan.     

Bertubuh lipan raksasa seukuran dirinya, Andrea merasa mual melihat siluman itu memiliki kepala manusia meski bertaring aneh, berkulit ungu menjijikkan dengan mata bundar yang sama sekali tidak pantas disebut mata manusia.     

Buumm! Bumm! Buummm!     

Berbagai bunyi berdebum terdengar seiring jatuhnya para siluman lipan ke tanah. Darah mereka berwarna hijau tua pekat, mengalir keluar dari bekas potongan tubuh mereka.     

Hanya dalam waktu singkat, mereka berhasil membasmi ratusan siluman lipan.     

Andrea menatap puas akan hasil kerjanya. Ini juga berkat Kuro yang tak sengaja memberikan peragaan cara membasmi siluman lipan lebih cepat dan efektif.     

Gadis Cambion itu maju ke salah satu bangkai siluman lipan, hendak meremukkan kepalanya, namun Rogard mencegah.     

"Coba cari inti kristal mereka di area dada, Nona."     

"Dada?" ulang Andrea atas ucapan Rogard. Jiwa pedang itu mengangguk.     

Menguji ucapan Rogard, Andrea membalikkan tubuh siluman lipan meski menahan jijik dan ia merobek dada siluman tersebut.     

Benar saja, begitu dada itu dirobek, muncullah inti kristal sebesar genggaman tangan. Ia menggunakan Mossa untuk mengambilnya karena terlalu jijik jika memegang langsung.     

Ia sendiri membenci serangga. Lipan adalah serangga, dan di rumah Oma, ia sering menjerit kesal jika menemukan lipan di kamar mandi atau di kamar dia.     

Tak heran dia menatap penuh rasa jijik dan benci ke siluman lipan. Ia membayangkan andaikan tadi Kuro tidak lekas bertindak, tak bisa dibayangkan seperti apa jadinya jika siluman lipan itu berhasil mencapai bahunya dan... ahh, itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan.     

"Jadi... inti kristal siluman berada di area dada seperti jantung, yah?" gumam Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.