Devil's Fruit (21+)

Genjutsu yang Licik



Genjutsu yang Licik

0Fruit 165: Genjutsu yang Licik     
0

Usai mengumpulkan banyak inti kristal siluman lipan, mereka melanjutkan perjalanan memasuki hutan yang tidak terlalu lebat tersebut. Untunglah itu bukan semacam hutan tropis seperti di Amazon.     

Andrea masih saja menggigil jijik karena siluman lipan tadi.     

"Mama, apa kau takut serangga?" tanya Kuro seolah-olah dia bisa menyadari ketakutan Andrea. Jangan-jangan, Andrea fobia pada serangga?     

Andrea tersenyum canggung. "Anu... cuma masih kaget aja ketemu ama namanya siluman, heheh, heheh..."     

Gazum sudah bertengger tenang di bahu Dante dengan mengubah ukuran tubuhnya sebesar elang. Ia menyimpan cakar tajamnya daripada melukai pundak Dante nantinya.     

Meski dia binatang kontrak milik Andrea, namun ia lebih menyukai di dekat Dante. Mungkin karena merasa sesama pria dan biasanya pria lebih nyaman jika berkumpul dengan sesamanya.     

Andrea pun tidak keberatan mengenai itu. Toh, dulu ketika dia membuat kontrak dengan Gazum, itu lebih dikarenakan Gazum penasaran ingin mengetahui tentang alam Cosmo.     

"Ada suara." Gazum yang tadinya memejamkan mata, kini dia mulai membukanya dan telinga sensitif dia menangkap bunyi.     

Semua orang berhenti berjalan, membentuk lingkaran dengan punggung saling berhadapan agar samua saling menjaga satu sama lain.     

Tak berapa lama menunggu, datanglah seekor Wildebeest yang kepalanya berbentuk manusia pria bertanduk. Ia sejenis antelop besar yang kadang disebut Gnu. Ia biasanya terdapat di Afrika dan menjadi santapan bagi singa dan buaya.     

Kini, Gnu itu berdiri di atas empat kaki kokohnya dan tubuhnya berwarna hitam legam. Pandangannya angkuh menatap Andrea dan yang lainnya. "Huh! Ternyata hanya sekumpulan manusia dan hewan rendahan saja. Kupikir siapa."     

Dante mengernyit tak suka direndahkan, dipandang remeh. Ia maju ke arah Gnu. "Memangnya kau pikir kau siapa? Raja hutan?"     

Noir segera ikut maju menggeram rendah memamerkan aura dominasinya. Bagaimanapun, hewan di depannya itu adalah mangsa alami dia di dunia manapun.     

"Hei, singa, jangan kau kira aku akan takut padamu. Kau belum sampai ke levelku, jadi tak perlu berlaku seolah-olah kau ini raja hutan," ucap Gnu pada Noir, mengabaikan Dante.     

Dante makin kesal diabaikan. Oleh karena itu, ia tembakkan energi Zephoro ke arah Gnu.     

Swoosss! Swooss!     

Dengg! Deengg!     

Tembakan Zephoro Dante hanya dianggap angin lalu oleh si Gnu sombong tanpa dia beranjak dari tempatnya.     

Gnu menguap meremehkan Dante. "Hei bocah lelaki cantik, kau pikir kau siapa berani melawan tuan ini, heh? Kau pikir kau sudah ada di levelku?"     

Dante kernyitkan dahi, tambah kesal.     

Shiro maju langsung dan menyerang Gnu besar dengan kekuatan cepatnya sambil semburkan energi petir dia. Shiro bisa merasakan kekesalan Papanya.     

Seketika muncul perisai kristal di setiap area yang diserang Shiro, sehingga itu menganulir semua kekuatan dari Shiro.     

"Kekuatan kristal..." gumam Andrea seraya takjub. Ia lekas menoleh ke Rogard. "Apakah ada elemen untuk melemahkan kristal?"     

Rogard ragu-ragu. "Kristal adalah elemen yang unik. Dia tak mudah dilemahkan. Hanya kekuatan yang lebih kuat saja yang sepertinya bisa menundukkan dia."     

Shiro sudah menyerang beberapa kali, dan bahkan Kuro juga ikut bergabung. Namun, serangan kedua bocah hybrid dengan mudah dinihilkan oleh kekuatan elemen kristal dari si Gnu sombong.     

Gnu alias Wildebeest itu tertawa terbahak-bahak. Kesombongannya kian membengkak karena gagalnya serangan dari kelompok Andrea. "Apakah masih ada yang ingin mencoba?" Ia menyeringai dengan senyum menghina.     

"Rupanya kau sangat percaya diri dengan kekuatanmu." Andrea maju selangkah.     

"Hah! Tentu saja. Kekuatan adalah pondasi dari kesombongan! Kau tak bisa sombong jika tidak memiliki kekuatan! Ini adalah hukum rimba yang diketahui siapapun!" Gnu semakin pongah menjawab Andrea.     

"Begitu rupanya..." Andrea bertatapan lekat dengan Gnu tersebut seakan mereka sedang adu tatap. "Berarti... yang lebih kuat berhak menindas yang lebih lemah, bukan begitu?"     

"Tepat sekali! Kalau kau lemah, maka lebih baik kau menyingkir jika tak ingin dimangsa yang lebih kuat!" Gnu makin percaya diri menatap Andrea. Dagunya terangkat tinggi meski matanya tak lepas dari Andrea.     

"Kalau gitu... gimana kalo kau yang lemah dan tidak memiliki kekuatan apapun?" Andrea menyeringai.     

"Aku? Tentu saja itu hal mustahil! Mana mungkin aku ini lemah dan tak punya kekuatan? Kau bermimpi, manusia bodoh!" Gnu mulai kesal.     

"Oh ya? Gitu, yah? Humm... aku ingin tau, seberapa kau punya kekuatan yang kau bilang kuat? Coba keluarkan!" Andrea melipat kedua tangan di depan dada dengan sikap meremehkan Gnu.     

Gnu yang tidak terima dirinya diremehkan, segera keluarkan kekuatan kristalnya. Namun, ia terbelalak tak percaya. "Kekuatanku... kekuatanku kenapa... kenapa..."     

"Hilang?" sahut Andrea. "Lihat, kau ternyata tak memiliki kekuatan apapun, dan kau masih bisa sombong di sini? Ckckck, itu sungguh pemborosan napas darimu."     

"Aku tidak percaya! Bagaimana mungkin kekuatanku musnah?! Tidak mungkin! Tidak, ini pasti bohong!" Gnu mulai panik dan terus berteriak gusar. Kaki depannya menandak-nandak tanah, melampiaskan kegusarannya.     

"Bukankah kau sudah melihat sendiri? Kau ternyata ini lemah dan hanya bicara omong kosong, pfftt! Menyedihkan!" Andrea ini bisa angkat dagunya, menatap penuh hina ke Gnu. Ia seakan-akan sedang membalaskan Dante.     

Gnu menjerit-jerit tak terima karena kehilangan kekuatan. Ia frustrasi dan mencoba terus keluarkan tenaga kristalnya, namun tetap saja tak ada.     

Tiba-tiba, Andrea sudah menggenggam cambuk tulang dan ia melilitkan cambuk itu ke sekujur tubuh Gnu dan mengangkat si antelop besar dari tanah, melayang di udara.     

Gnu makin panik, tak mengira Andrea bisa mudah membekuknya tanpa dia bisa berkutik. "Tidak! Lepaskan aku! Lepaskan aku, manusia tolol! Apa kau tau siapa aku?"     

"Ya, aku tau siapa kamu. Cuma rusak kecil yang tidak bisa apa-apa." Andrea menjawab santai. Ia memunculkan api Cero di telapak tangannya dan lemparkan ke Gnu yang menjerit kesakitan ketika Cero melahap tubuhnya.     

Andrea sengaja tidak menghanguskan tubuh Gnu. Rusa besar itu hanya bisa berteriak memilukan sambil terus menyuarakan kegeraman dan sumpah serapahnya ke Andrea.     

"Cih! Kalo Djanh-pippp itu dengar fasihnya kamu memaki, kau bisa disegel!" Andrea mulai munculkan duri-duri kebanggaannya dan tusukkan semua duri besar itu menggunakan Mossa.     

Lengkingan Gnu kian memenuhi udara. Yang Gnu heran, kenapa sekarang hanya ada dia dan gadis itu saja di hutan ini? Kemana orang-orang yang menyertai gadis itu tadi?     

Namun, belum sempat dia memikirkan berbagai spekulasi, ia sudah menjerit hebat. Dadanya sudah robek, dan kemudian ia bisa melihat semua orang yang tadi dia pertanyakan keberadaannya.     

Brukk!     

Gnu angkuh pun luruh ke tanah dengan dada terbuka dan inti kristalnya sudah diambil Andrea. Ia mati tanpa tau penyebabnya.     

"Cih! Sombongnya nyundul langit! Makan tuh songong!" Andrea segera menyimpan inti kristal besar dari Gnu tadi ke RingGo, lalu ia tersenyum girang kembali ke kelompoknya.     

Rupanya, sejak Andrea maju tadi ke arah Gnu, dia sudah menyarangkan serangan ilusi ke Gnu yang lengah. Andrea memerangkap Gnu dengan kekuatan ilusi yang dia beri nama Genjutsu, sesuai dengan kekuatan dari tokoh anime kesukaan dia.     

Andrea membuat Gnu mempercayai bahwa Gnu tidak lagi memiliki kekuatan apapun setelah Andrea berhasil menanamkan sugesti itu pada otak Gnu.     

Setelah membuat panik Gnu yang merasa kehilangan kekuatan, Andrea meluncurkan siksaan ilusi, seolah-olah tubuh Gnu dililit oleh cambuk dan disiksa menggunakan Cero dan duri. Padahal tidak demikian.     

Usai Gnu mulai jatuh mental dan fisiknya, Andrea lekas merobek dada Gnu menggunakan cakar besar elang kesukaannya. Saat itulah Genjutsu ia akhiri.     

Dante mendengus kecil. "Dasar bocah licik."     

Andrea mendelik. "Hei, aku ini justru membalaskan harga dirimu yang tercabik-cabik tadi! Apakah gak ada niat bilang makasih, gitu?!"     

"Dalam mimpimu."     

"Oh, baiklah, aku akan menagih ucapan makasih kamu di mimpi aja ntar," balas Andrea sambil menyeringai nakal.     

"Hei!" Dante ganti mendelik sekarang.     

"Kenapa? Memangnya kamu gak kangen aku di mimpi, humm?" tantang Andrea. Dia sedang ingin menggoda Dante.     

"Untuk apa kangen? Yang ada, itu hanya merugikan aku!" Dante berjalan melewati Andrea sembari bersikap acuh tak acuh.     

"Tunggu aku nanti malam di mimpi, yah!" seru Andrea dari belakang.     

Dante mendengus tanpa repot-repot menoleh ke Andrea. Gadis itu terkikik senang melihat Dante kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.