Devil's Fruit (21+)

Mantan Tuan



Mantan Tuan

0Fruit 169: Mantan Tuan     
0

Pengalaman mengenai sekaratnya Sabrina akibat terkena racun sangat mengguncang Andrea. Dari itu, ia jadi makin terpacu untuk bisa membuat anti racun.     

Di dunia ciptaan Djanh ini, segala macam mara bahaya sangat mudah ditemukan dan berbagai situasi gawat bisa sewaktu-waktu datang menyapa tanpa diinginkan.     

Maka, pantas apabila Andrea berhari-hari ini menekuni segala hal berbau alkimia dibantu oleh Rogard sebagai tutor.     

Sepertinya mantan tuan Rogard dulunya adalah seorang Alkemis, makanya pedang itu bisa sedikit banyak mengetahui seluk-beluk dunia penyulingan pil dan meramu obat.     

"Apakah seni alkimia tuanmu yang dulu sangat hebat?" tanya Andrea ketika dia tengah memilah tanaman-tanaman herbal di atas meja yang akan dia gunakan. Sesekali dia akan mencium untuk mengetahui jenisnya.     

"Bisa dikatakan demikian, Nona. Beliau memang Alkemis yang baik dan terpuji." Rogard memberikan pujian untuk mantan tuannya terdahulu.     

"Kenapa kalian berpisah?" Andrea ringan saja menanyakan itu. Memangnya kenapa? Apakah Rogard akan tiba-tiba emosional lalu menangis? Gadis itu tak yakin Rogard akan begitu. Kini setelah dia selesai memilah, ia 'membersihkan' tanaman-tanaman herbal itu menggunakan api-nya.     

Ini memang sesuai petunjuk dari Rogard dan juga sesuai dengan tata cara yang diberikan oleh Gulungan Kuno. Andrea harus 'mencuci' tanaman yang sudah dia pilah agar tanaman itu bersih dan terbebas dari segala kotoran yang menempel.      

Tidak, itu tidak bisa seenaknya dicuci dengan air, karena air sendiri juga bisa mengandung berbagai zat dan partikel yang dikuatirkan akan mengubah susunan senyawa yang tidak diharapkan. Maka, pencucian menggunakan api murni adalah yang terbaik.     

Andrea sudah lihai dengan hal ini, karena dia juga sudah biasa 'mencuci' kulit bulu binatang buas menggunakan api dia pada bulan-bulan lalu. Meski Rogard selalu mengingatkan agar Andrea berhati-hati menjaga nyala api dia agar tidak merusak bakal ramuan.     

"Kami... dia dihukum mati oleh pemerintah setempat."     

Andrea hampir saja membakar hangus tanaman herbal yang sedang ia bersihkan dengan api. Ia menoleh kaget ke Rogard yang berdiri di sampingnya, sedang memilah daun herbal. Kenapa justru dia yang emosional mendengar jawaban Rogard?     

"Di-dihukum mati?! Kenapa?!" Andrea justru yang syok.     

"Perhatikan nyala api Anda, Nona." Rogard mengingatkan ketika nyala api murni Andrea mendadak goyah dan tidak stabil.     

"Ouwh!" Andrea lekas fokus pada apinya lagi sembari menunggu jawaban selanjutnya dari Rogard.     

"Dia... dituduh sebagai penyihir." Itulah jawaban dari Rogard.     

Andrea tetap fokus pada pencucian ramuan di depannya meski hatinya seperti diremas-remas sakit. "Dituduh penyihir, yah? Apakah itu di abad pertengahan? Kau waktu itu di Eropa, Rogard?" Ia tak berani memalingkan pandangan dari api-nya.     

"Betul, Nona. Aku waktu itu ada di Eropa, tepatnya di tahun 1675." Rogard bersuara tenang dan biasa bagai ia sedang bercerita mengenai kisah biasa saja. Tak ada fluktuasi nada dalam ucapannya.     

Andrea bertanya-tanya dalam hati, apakah Rogard tidak memiliki perasaan emosional seperti sedih, senang, marah, gembira, bahkan cinta?     

"Rogard, apakah kau tidak marah tuanmu yang dulu diperlakukan demikian? Bahkan sampai dihukum mati? Ah, apakah dia seorang wanita? Karena setauku, para penyihir yang dibantai di abad pertengahan adalah kebanyakan para wanita." Andrea tak bisa menahan rasa penasarannya.     

"Benar, Nona. Dia seorang wanita lajang tapi dia kuat dan pandai bertarung. Dia sangat mandiri dalam menopang kehidupan dia dan adik lelakinya." Rogard mulai memisahkan tanaman-tanaman herbal yang sudah dia pilah ke sudut lain di meja agar tidak tercampur dengan yang lainnya.     

"Rogard, kau belum menjawab pertanyaanku."     

"Yang bagian mana, Nona?"     

"Apakah kau tidak marah ketika tuanmu diperlakukan seperti itu?" Andrea melirik sekilas Rogard di sampingnya. Saat ini dia sudah selesai membersihkan tanaman herbal dan siap untuk melangkah ke tahapan berikutnya, fusi.     

Rogard terdiam beberapa jenak waktu. Andrea mulai merasa jika Rogard tidak sedingin itu. Meski dia hanyalah sebuah jiwa pedang, namun Andrea bisa meraba bahwa pria itu juga punya emosi pada jiwanya.     

Dhuaarr!     

Andrea dikejutkan akan suara ledakan di depannya. Meski itu tidak sebesar ledakan hari-hari sebelumnya, namun cukup membuat dia dan Rogard terkejut.     

Percampuran atau fusi dari ramuan gagal. Tentu itu karena konsentrasi Andrea buyar. Ia tiba-tiba saja merasakan emosi yang menjalar aneh di jiwanya.     

"Sepertinya Nona takkan bisa menyuling pil saat ini. Lebih baik kita hentikan saja." Rogard mulai meletakkan tanaman herbal yang dia pegang.     

Tapp!     

Andrea lekas menahan lengan baju Rogard, meski itu berakibat ia menderita setruman listrik yang biasa mengalir secara misterius dari tubuh Rogard. Ia pun lekas menarik tangannya.     

Menatap tegas ke Rogard, ia berkata pada sang jiwa pedang, "Please, Rogard, ceritain ke aku tentang mantan tuan kamu yang itu. Kamu belum pernah nyeritain tentang dia sebelum ini."     

Andrea sendiri juga tak mengerti kenapa dia sangat tertarik dan ingin mengetahui mengenai mantan tuan dari Rogard yang ia yakin pasti dihukum mati dibakar jika benar itu karena dituduh sebagai penyihir di abad pertengahan di Eropa.     

Itu adalah abad paling gelap dari sejarah umat manusia.     

Rogard menatap balik ke Andrea dengan tatapan rumit. "Nona, apakah kau yakin?" Ia picingkan mata pada Nona Cambion, agak sangsi.     

Andrea mengangguk mantap. Hatinya mendadak teguh benar-benar ingin mengetahui.     

Menghela napas sekejap, Rogard pun melangkah lebih dekat ke Andrea. Ia hilangkan jejak listrik di tubuhnya dan dua tangannya terulur ke Andrea, menyentuh kedua pelipis gadis itu menggunakan telapak tangannya, lalu ia menyuruh Andrea untuk memejamkan mata.     

Andrea patuh dan pejamkan matanya disaat Rogard mulai menyalurkan memorinya ke otak Andrea.     

Segera, Andrea dibawa menuju ke sebuah tempat di sebuah pedesaan di Eropa. Penduduknya banyak dan ia melihat seorang perempuan muda yang kerap menenteng pedang besar di punggungnya.     

Sesekali gadis itu menyapa penduduk dan menggoda beberapa bocah kecil yang berlarian melewatinya. Lalu gadis itu mendatangi sebuah rumah dan gadis itu mulai berbicara pada pemilik rumah sambil diajak ke sebuah ruangan. Kamar.     

Di kamar itu tergolek seorang bocah kecil yang tak berdaya. Rupanya itu putra sang pemilik rumah. Mereka berbincang sebentar sebelum akhirnya gadis itu mulai menyentuh perut si bocah yang sekarat. Ada sinar tipis di bawah telapak gadis itu yang mulai meresap masuk ke dalam perut bocah secara perlahan dan kontinyu.     

Dalam waktu tak berapa lama, bocah sekarat di atas ranjang reot itu membuka mata dan akhirnya pemilik rumah dan istrinya tersenyum penuh suka cita. Mereka berucap syukur dan terima kasih pada gadis itu.     

Lalu, gadis itu keluar dari sana dan berjalan kembali ke rumahnya. Ternyata di dalam rumahnya banyak terdapat ramuan tumbuhan herbal. Dia seorang alkemis selain seorang warrior wanita. Dan... mungkin juga seorang penyihir?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.