Devil's Fruit (21+)

Frega



Frega

0Fruit 170: Frega     
0

Penyihir?     

Ya, Andrea yakin gadis itu juga seorang penyihir. Tapi, sihir yang dia gunakan adalah jenis sihir putih yang baik dan tidak mencelakai orang. Bukankah di dunia ini selalu ada hitam dan putih? Maka sihirpun pasti demikian pula.     

Setelah gadis itu menyuling beberapa pil obat, dia berjalan keluar dari rumah kecilnya dan menuju ke hutan. Di hutan, gadis itu hendak mencari bahan untuk ramuan yang dia butuhkan. Karena ternyata dia terbiasa membagikan pil-pil buatannya secara cuma-cuma pada penduduk miskin yang tidak bisa membeli obat.     

Dia terbiasa berbuat amal begitu. Bagi gadis itu, jika dia memiliki kemampuan, apapun itu, jika memberi manfaat pada orang lain, kenapa tidak dibagikan?     

Maka, mencari bahan untuk ramuan obat adalah hal yang sangat biasa bagi si gadis. Namun, tak disangka, ketika dia sedang berada di tengah hutan, ia menjumpai sekelompok lelaki yang sedang berbuat tak pantas pada seorang wanita muda.     

Gadis itu menghardik para lelaki dewasa itu agar melepaskan wanita malang itu yang sedang menangis tersedu-sedu atas perlakuan keji para lelaki itu. Gadis muda itu mengenali bahwa wanita itu adalah janda baru di desa yang suaminya baru seminggu ini meninggal karena diracuni entah oleh siapa.     

"Frega! Lebih baik kau tak ikut campur!" bentak salah satu lelaki itu secara sengit pada gadis itu yang ternyata bernama Frega.     

Namun, jiwa kemanusiaan Frega begitu tinggi dan tidak mempedulikan bentakan lelaki itu dan akhirnya dia malah bertarung dengan mereka semua dan ternyata dia berhasil memenangkannya meski dikeroyok.     

Para lelaki lari pontang-panting sambil membenarkan celana mereka dan mulut mereka menyemburkan sumpah serapah keji pada Frega yang dianggap mengganggu keasikan mereka.     

Bulan berganti dan tiba-tiba saja meletus wabah Witch Hunt di desa tersebut. Rupanya kejadian itu dimanfaatkan para lelaki tadi untuk menggiring Tuan Kota agar menahan Frega.     

Frega tak bisa berkelit atas tuduhan penyihir yang dialamatkan padanya karena beberapa penduduk desa yang memang pernah mengetahui ilmu sihir dia saling bersuara memberatkan Frega, termasuk orang tua yang putranya sempat sekarat dan ditolong Frega.     

Bulan sebelumnya, Frega menemukan fakta dari hasil penyelidikannya bahwa para pria yang memperkosa janda muda itu ternyata pelaku peracunan suami si janda. Dan karena itu, para lelaki itu mengalami kesulitan karena Frega.     

Wabah Witch Hunt dijadikan senjata untuk membalas dendam pada Frega. Ditambah ketika rumah gadis itu digeledah, terdapat banyak buku ramuan. Itu adalah buku alkimia.     

Frega memang penyihir, tapi dia tidak membutuhkan ramuan sihir apapun, makanya tak akan ada buku sihir. Yang ada hanya buku alkimia, karena dia adalah seorang alkemis. Dia hanya mengeluarkan sihirnya jika ilmu alkimia-nya tak mampu mengobati penyakit dari orang yang meminta tolong padanya.     

Namun, dengan berbekal mulut berbisa para pria yang mendendam padanya, penyangkalan Frega dimentahkan di pengadilan Kota dan dia dijatuhi hukuman mati.     

Frega hanya bisa menatap nanar orang-orang yang telah dia tolong menggunakan sihir. Bahkan beberapa dari mereka menghujat dia seakan-akan dia memakan orang tua mereka atau menguliti anak-anak mereka.     

Mereka membutakan diri atas bantuan Frega sebelum-sebelumnya. Bahkan mereka sangat bersemangat mengarak Frega ke tengah desa dimana sudah tersedia tempat yang dipenuhi kayu bakar dan tonggak.     

Hasutan para lelaki keji itu membuat semua penduduk desa melupakan segala kebaikan dan pertolongan Frega selama ini pada mereka.     

"Lekas bakar dia!"     

"Hancurkan saja dia!"     

"Dia penyihir jahat!"     

"Tak kusangka ternyata kebaikannya hanyalah kedok untuk dia agar bisa menyihir kita dan menguasai kita!"     

"Mana api?! Mana apinya?! Lekas!"     

Frega tak kuasa melawan. Mana bisa dia memberantas para penduduk desa yang dia sayangi? Maka dari itu, ia pasrah saja diikat di tonggak kayu di tengah-tengah tumpukan kayu bakar bersama beberapa wanita yang juga dituduh serupa.     

Para wanita di sampingnya menangis dan meraung menyatakan mereka dituduh tanpa bukti dan diadili dengan semena-mena.     

Ya, jaman itu... siapapun bisa menuduh seseorang sebagai penyihir sebagai pelampiasan dendam atau kebencian semata. Asalkan kau pandai berbicara dan menyakinkan orang dengan hasutanmu, maka sangatlah mudah menyeret siapapun yang kau benci ke tengah api atau hukuman mati lainnya dengan alasan: PENYIHIR!     

Andrea tak bisa berbuat apapun menyaksikan semua itu, meski dia sudah berteriak separau apapun, mereka bagai tidak mengetahui keberadaan Andrea di sana.     

"Bakar dia hingga tak tersisa!"     

"Perempuan iblis!"     

"Penyihir jalang! Kau sudah merayu suamiku!"     

"Benar! Kau tanpa malu sudah merayu aku dan teman-temanku! Dasar jalang tak tau diri!" Seorang lelaki meludah penuh benci pada seorang wanita yang juga ditempatkan bersama Frega.     

Perempuan yang pernah menjadi korban perkosaan beberapa pria sebelumnya juga diikat di tonggak kayu karena para pria itu menaruh benci padanya yang tak mau tunduk pada napsu mereka.     

Janda itu menangis pilu akan nasibnya. Frega yang ada di sampingnya hanya bisa membujuknya agar hentikan tangis karena itu akan sia-sia saja, tidak mengubah tuduhan pada mereka.     

Seorang pengawal kota datang sambil membawa galon berisi bahan bakar dan menyiramkannya ke kayu bakar. Lalu pengawal lainnya datang dengan obor menyala-nyala di tangan.     

"Jangan! Jangan!" Andrea terus berteriak meski suaranya mulai parau.     

Wuuusssss!     

Api segera melahap kayu-kayu bakar dan mulai menyambar ujung tubuh para perempuan yang menjerit-jerit pilu, kesakitan dan menderita atas ketidakadilan pada mereka.     

Frega menggigit kuat bibirnya hingga berdarah meski rasa sakit menyengat hebat merambat dari bawah menuju ke atas.     

Para penduduk desa bersorak-sorai kegirangan begitu api semakin tinggi menyelimuti para wanita di dalam sana.     

Para korban di dalam api meraung, menangis dan menghujat penuh dendam pada semua orang di desa itu. Tiba-tiba, tubuh Frega berubah menjadi sinar yang melesat tinggi ke langit setelah api mencapai seluruh tubuhnya.     

Zuuummmmpphh!     

Andrea terengah-engah ketika ia mendapati dirinya sudah ada di hadapan Rogard. Matanya sudah basah dan ia menatap linglung ke arah Rogard yang masih menangkupkan kedua telapak tangannya ke pelipis dia.     

"Hiks! Hiks! Rogard... Hiks! Mereka... mereka sangat... hiks! Biadab! Frega... Frega... hiks!" Andrea tak kuasa membendung tangisnya lagi. Dadanya merasakan rasa sakit yang menghujam keras bagai hatinya digerogoti binatang kejam.     

Rogard sendiri tak menyangka akan respon dari Andrea. Kenapa gadis ini sangat terguncang? Ia menatap curiga ke Andrea.     

"Sakit... hiks! Sakit, Rogard... sakit, hiks!" Andrea luruh ke pelukan Rogard sambil tubuhnya terguncang-guncang akan tangis pilu.     

Dia tak hanya sekedar sebagai penonton di memori Rogard tadi. Dia juga seakan merasakan jeritan jiwa Frega. Seakan... dia adalah Frega.     

Dante masuk ke ruangan itu dan mendapati Andrea menangis keras di dada Rogard. Ia hanya diam, karena... dia sudah berdiri di depan ruangan semenjak bunyi ledakan tadi dia dengar.     

"Hiks! Frega sangat kesakitan dan menderita hebat, Rogard! Aku benci mereka semua! Aku benci! Hiks!" Andrea meraung merasakan hatinya makin nyeri tak tertolong.     

Kenapa dia bisa merasakan penderitaan Frega?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.