Devil's Fruit (21+)

Andrea Berubah



Andrea Berubah

0Fruit 171: Andrea Berubah     
0

Hari itu, Andrea muram dan banyak mengurung diri di kamarnya. Bahkan kedua bocah hybrid tidak berhasil menghibur mamanya yang sedang terdiam berduka oleh apa yang tidak mereka ketahui.     

Dante tidak mencari tau dari Andrea. Ia memilih menanyai pedangnya untuk mengetahui alasan kenapa Andrea bisa menangis syok begitu.     

"Sebenarnya apa yang kau lakukan padanya, Rogard?" tanya Dante pada Rogard.     

Wajah tampan Rogard menjadi rumit dan ia merasakan sebuah dilema. "Tuan, saya minta maaf sebesar-besarnya karena sudah menyebabkan Nona Andrea jadi begitu."     

"Jangan berputar-putar, Rogard. Lekas katakan saja ada apa, aku lebih menyukai kau yang lugas seperti biasanya." Dante berikan tatapan menghujam ke mata Rogard yang kian tak nyaman.     

Akhirnya, mau tak mau, Rogard terpaksa menceritakan semua dari awal, dari Andrea bertanya mengenai mantan tuan Rogard yang seorang alkemis.     

Dante menyimak semuanya, bahkan mengenai kisah Frega yang ternyata mengguncang jiwa Andrea.     

"Tuan, apakah... apakah Frega... merupakan kerabat Nona Andrea?"     

"Maksudmu?" Dante menatap heran.     

"Misalkan... bibi moyang, atau memiliki garis keturunan yang berkaitan dengan Nona Andrea? Karena, menurut saya, seseorang takkan terguncang sedemikian rupa jika tidak memiliki kaitan darah dengan Frega." Rogard menyampaikan asumsinya.     

"Apakah Frega mempunyai suami?"     

"Tidak, Tuan."     

"Anak?"     

"Setau hamba... tidak. Dia benar-benar lajang dan tidak terlibat asmara dengan lelaki manapun."     

"Hm, jika sesuai dengan dugaanmu, mungkin dia memiliki saudara atau kerabat yang nantinya menjadi leluhur dari Andrea." Dante mengusap dagunya sambil berpikir, menebak-nebak.     

"Itu bisa saja begitu, Tuan. Karena tidak mungkin Nona bereaksi demikian jika tidak memiliki kaitan dengan mantan tuan saya, Frega." Rogard akhirnya setuju dengan pemikiran Dante.     

"Hm. Dan sekarang dia sudah jadi bocah pendiam selama dua hari lebih."     

"Saya... saya minta maaf sebesar-besarnya, Tuan. Itu karena... saya paham kalau Nona Andrea orang yang mudah penasaran dan takkan melepaskan sesuatu yang dia belum tau secara jelas."     

"Ya, ya, aku tidak menyalahkanmu." Dante kibaskan tangan secara santai.     

"Dan juga, saat itu saya mengira bahwa Nona takkan bisa berkonsentrasi menyuling obat jika dia masih dipengaruhi rasa penasaran dia."     

"Hm, aku tau itu. Bocah bengal itu memang begitu. Ya sudah, biarkan saja sampai dia reda sendiri." Dante mencapai keputusannya dan meninggalkan Rogard yang masih termangu, bertanya-tanya kenapa reaksi Andrea begitu rupa atas Frega.     

Hari berikutnya, Andrea mulai mau berinteraksi dengan semua orang meski tidak seriang biasanya. Kisah tragis Frega masih terus membekas dalam sanubarinya dalam-dalam, susah melepaskannya.     

Ia masih mempelajari pemurnian pil anti racun dibantu Rogard, hanya kali ini dia tetap diam saja di sebelah Rogard sambil terus berfokus pada ramuan yang sedang dia suling.     

Jika kemarin dia sering gagal dalam tahap fusi, kini dia berhasil melewati itu dan pelet pil lunak hasil dari fusi mulai dia padatkan menggunakan api murni Cero yang dia kendalikan penuh hati-hati.     

Rogard melirik Andrea di samping yang sangat berkonsentrasi. Ia bagai melihat sosok Frega pada Andrea. Keseriusan mereka dalam mengerjakan ramuan obat, sikap kemanusiaan mereka, terasa sama persis.     

Rogard tak berani mengusik Andrea, dan hanya membantu memilah berbagai tanaman untuk diolah Andrea. Ia tak punya api murni seperti Andrea, makanya dia takkan bisa berbuat apa-apa selain memilah bahan-bahan saja agar memudahkan Andrea.     

Setelah perjuangan dan konsentrasi penuh Andrea selama seharian, akhirnya dia berhasil memadatkan ramuan lunak pil menjadi keras dan padat seperti normalnya pil berbentuk bundar sebesar kelereng.     

Meski pil itu tampak besar, namun jika sudah ditaruh di lidah, pil akan langsung lumer dan mengalir cepat ke dalam tubuh. Itulah keunggulan pil dari seni alkimia.     

Dan semenjak itu, Andrea makin beringas disaat pertempuran melawan Beast ataupun siluman. Ia seakan melampiaskan amarahnya pada para siluman yang dia temui. Apalagi jika siluman itu terbukti ingin mencelakai mereka.     

Dia bisa begitu kejam melenyapkan para siluman tanpa berkedip. Membunuh mereka tanpa ampun tanpa senyum ceria. Semua bangkai siluman dia tatap dengan dingin dan membiarkan yang lainnya mengumpulkan inti kristal dari para bangkai.     

"Mama... Mama kenapa beda?" Kuro tampak sedih sambil matanya berkaca-kaca melihat Andrea menatap dingin pada bangkai siluman dan lalu pergi begitu saja melanjutkan perjalanan.     

Dante mengambil Kuro di tanah dan menggendong bocah hybrid itu bersama dengan Shiro yang bertengger di bahu kanan, dan Gazum di bahu kiri. "Ayo."     

"Papa... Mama kenapa?" Kuro mulai terisak sedih atas perubahan sikap Andrea.     

Dante melirik ke Kuro dalam gendongannya. "Mama sedang sedih dan marah."     

"Pada siapa? Pada kami? Atau Papa? Papa, apa yang kau lakukan pada Mama?" Kuro mulai munculkan raut cemberut menggemaskan meski sedang sebal ke Dante. Ia takkan memaafkan Dante jika benar itu karena Dante.     

"Bukan, gadis bodoh. Itu bukan karena Papa."     

"Lalu, siapa yang membuat Mama sedih dan marah?" Kuro masih mengejar. Memang persis wataknya dengan si mama yang selalu saja penasaran sampai tuntas dan jelas.     

"Hanya... pada orang-orang di dunia lain." Dante terpaksa berikan jawaban itu. Meski itu juga tidak sepenuhnya berbohong, kan? Orang-orang yang membakar Frega memang berasal dari dunia lain, bukan?     

"Dunia lain?" Kuro kerjap-kerjapkan mata basahnya.     

"Memangnya ada berapa dunia, Pa?" Shiro ikut bertanya karena penasaran mengenai dunia lain yang disebutkan papanya.     

"Di alam yang sangat luas ini, ada banyak dunia. Kalian harus tau itu. Ini pun kita sedang ada di dunia ciptaan seseorang." Dante melirik ke bocah pria di bahunya.     

Ujung-ujungnya, Dante pun menceritakan beberapa dunia yang dia ketahui pada kedua bocah itu meski ada Gazum di bahu satunya, ikut mendengarkan diam-diam.     

Sreekk!     

Andrea yang berjalan di depan tiba-tiba berhenti ketika dia merasakan aura siluman. Kekuatan Sniffer dia perlahan-lahan mulai pulih meski belum sepenuhnya.     

Semua yang di belakang Andrea ikut berhenti karena mereka tidak meragukan kekuatan pelacak dia. Kuro dan Shiro juga mulai menegang di gendongan Dante.     

Sesuatu melesat ke arah Andrea, dan gadis itu sudah bersiap.     

"Scudo!"     

Perisai cahaya yang membentuk kristal pun mulai terbentuk dari pergelangan tangan kiri Andrea dan menangkis terjangan makhluk yang menyerbu ke Andrea.     

"Hah! Lumayan juga perisai pertahanan kamu, bocah manusia." Ternyata itu seekor siluman berbentuk rusa kecil.     

"Jenis apa kau ini? Buruk sekali!" desis Andrea dingin.     

Rusa kecil itu menggertakkan gigi, marah diejek buruk oleh Andrea. "Apa kau buta?! Aku Siluman Bambi ini sangat terkenal akan kecantikan dan kemurnian aku!"     

Andrea tatap arogan ke siluman tersebut yang menyatakan dirinya berjenis bambi dan apa tadi? Cantik?     

Siluman Bambi itu bertubuh manusia perempuan yang seksi memikat dan berkepala rusa tanpa tanduk sama sekali.     

Tubuh siluman tersebut tetap dipenuhi bulu-bulu layaknya rusa bambi yang berwarna merah dengan totol-totol putih cantik.     

Jika tak ada bulu-bulu itu, mungkin rusa itu akan telanjang bulat. Tangan dan kakinya tetaplah bentuk manusia. Hanya kepala dan sekujur bulu di tubuhnya saja yang masih mempertahankan sifat karakteristik hewani dia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.