Devil's Fruit (21+)

Rasanya Sakit Sekali



Rasanya Sakit Sekali

0Fruit 172: Rasanya Sakit Sekali     
0

Andrea tersenyum jijik. Tanpa banyak kata, ia langsung menerjang maju ke siluman rusa narsis itu bagaikan kilat dengan berbekal cambuk dan duri terpanjang yang dia miliki.     

Sreettt!     

Cambuk itu dengan cepat melilit di leher si siluman rusa hingga siluman itu terkejut dan tidak memiliki respon cepat untuk menjawab serangan Andrea.     

Sebelum dia membalas, dadanya sudah ditembus oleh sebuah duri besar yang tiba-tiba duri itu berganti menjadi sebuah cakar besar elang yang secepat kilat merobek dada siluman rusa.     

Dalam sekejap, Siluman Rusa Bambi pun tergeletak di tanah dengan mata melotot dan mulut tidak terkatup karena terlalu terkejut dan sengsara.     

Semua orang di kelompok Andrea hanya bisa menghela napas dingin melihat pembunuhan ala Andrea yang sangat cepat dan kejam. Semua saling berpandang-pandangan satu sama lain. Antara takjub dan ngeri menyaksikan aksi Andrea.     

"Sampai kapan kalian bengong di sana?" tanya Andrea pada kelompoknya. "Apa kalian masih ingin berburu bersamaku? Kalau tidak, aku bisa kirim kalian ke Cosmo saja dan aku bisa berburu sendiri."     

Kuro lekas melesat ke bahu Andrea dalam bentuk ular kecil. "Tidak, Ma, tentu saja kami masih ingin berburu dengan Mama! Ya, kan?" Ia menoleh ke kelompoknya dan memberikan tatapan kode.     

Semua pun mengangguk secara serempak. Siapa yang berani mengatakan tidak dalam situasi begini?     

"Bagus! Kalau gitu buruan jalan jangan menunda-nunda waktu!" Andrea berbalik dan melanjutkan perjalanannya.     

"Mama, kau tadi hebat sekali!" Kuro mencoba mengawali pembicaraan dengan mamanya seperti biasa agar sang mama kembali hangat seperti sebelum ini.     

"Hm, memang harus begitu agar kita tidak dirugikan siapapun!" jawab Andrea dingin dan tegas.     

Kuro meneguk ludah. Mamanya benar-benar seperti orang lain saja. Ia masygul seketika dan ikut terdiam sambil terus berada di bahu Andrea.     

Sisa hari itu, dihabiskan Andrea dalam pembantaian habis-habisan para siluman yang mereka temui. Sebagian besar dilakukan oleh Andrea yang bagaikan dewa kematian sedang mengamuk.     

Bahkan siluman rusa bambi yang sebenarnya hanya ingin menggoda mereka saja langsung dibantai oleh Andrea. Apalagi siluman yang jelas-jelas ingin membunuh mereka.     

Tiada ampun!     

Craass! Craasss! Craaass!     

Andrea memainkan cambuk dan cakar elangnya untuk mengeksekusi beberapa kawanan siluman hamster berelemen angin.     

Setelahnya, dia memburu siluman babi hutan yang melarikan diri darinya sampai tertangkap dan tanpa ampun membunuhnya.     

Dante menghela napasnya dalam-dalam. Rogard makin tidak merasa enak hati sendiri jika begini keadaan Andrea. Ia merasa ini semua karena dia. Semua karena dia begitu lancang membagikan memori yang dia miliki secara lugas ke Andrea.     

Rogard berandai-andai jika tadinya dia cukup menceritakan secara singkat saja dan tidak membagikan memorinya, pasti Andrea takkan berubah begini.     

Ini salahnya. Ini benar-benar salahnya!     

Maka, suatu petang, ketika mereka sudah selesai membuat pil di ruang alkimia, Rogard bersikukuh harus berbicara dengan Andrea berkaitan dengan hal Frega yang sudah mengubah kepribadian Andrea beberapa hari ini.     

"Nona, jangan pergi dulu," cegah Rogard ketika Andrea akan melangkah ke pintu.     

Andrea berhenti. "Ada apa?"     

"Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan Nona."     

"Katakan."     

"Nona... kenapa Anda berubah setelah saya berikan memori mengenai Frega?"     

Andrea terdiam sejenak. "Bukan urusan kamu."     

"Itu tetap menjadi urusan saya jika Nona berubah setelah itu! Apakah Nona tidak tau betapa orang-orang bersedih atas perubahan perilaku Nona pada mereka akhir-akhir ini?"     

"Bersedih? Untuk apa mereka harus bersedih? Aku tidak terluka, dan aku baik-baik aja!"     

"Nona memang tidak terluka secara fisik, tapi Anda terluka di jiwa Anda!"     

"Omong kosong, Rogard! Minggir, aku ingin keluar dan mandi!"     

Rogard tidak bersedia memberi jalan pada Andrea, ia berdiri menghadang di depan pintu. "Nona harus selesaikan perasaan ini terlebih dahulu atau kami semua takkan merasa nyaman atas sikap dingin Nona!"     

"Rogard!"     

Nyatanya, sang pedang tidak surut dan malah menggenggam kedua lengan Andrea, kemudian ia alirkan listrik ke Andrea.     

Andrea yang tersetrum hanya mulai menggertakkan gigi sambil tubuhnya bergetar hebat dalam kuasa Rogard, setelah itu dia pun tak sadarkan diri.     

Rogard belum usai berikan setrumannya dan tiba-tiba muncul bayangan tipis dari tubuh Andrea.     

"Rogard, hentikan, kau bisa membunuh dia." Sosok itu muncul di depan Rogard.     

Sang pedang terpana tak mengira ia akan melihat sosok itu kembali setelah sekian abad berlalu. "Nona... Frega..."     

Frega tersenyum lembut pada Rogard. "Jangan sakiti dia dengan petir kamu, karena kau juga akan sakiti aku nantinya."     

Rogard merasa lidahnya kelu. "Nona, bagaimana bisa kau... kau..."     

"Aku sudah mengisi anak ini dengan sekeping kecil jiwaku. Aku memberikan secuil jiwaku di tubuhnya ketika ibunya melahirkan dia." Frega mengelus lembut wajah tampan Rogard.     

"Bagaimana bisa..."     

"Saat api membakarku, jiwaku hampir hancur. Namun alam terlalu baik padaku dan mengijinkan aku untuk menuju ke langit dan aku sempat bereinkarnasi beberapa kali namun akhirnya jiwaku mulai memudar dan ini adalah terakhir kalinya aku bisa menitipkan sekelumit kecil jiwaku ke bocah cantik ini."     

Rogard terpejam merasakan sentuhan lembut Frega di pipinya. "Nona, tak terkira saya ingin bertemu Nona. Akhirnya alam sungguh berbaik hati pada saya dan mengijinkan saya melihat Nona lagi."     

Frega terkekeh. "Aku tidak mengambil sepenuhnya jiwa dan tubuh dia. Aku hanya mendiami sudut ruang jiwanya saja tanpa bermaksud menguasai dia sepenuhnya. Bagaimanapun, aura aku dan anak ini sangat serasi, oleh karena itu aku nyaman ada di tubuh dia."     

"Nona..." Mata Rogard basah seketika sembari tatap lembut mantan tuannya yang hanya berbentuk bayangan tipis.     

"Aku akan bicara padanya dalam ruang jiwa dia agar dia tidak lagi terlalu terpengaruh akan kisahku dan dia bisa kembali seperti semula. Aku tak ingin menyusahkan kalian semua di sini. Dia mungkin akan sedikit menyadari akan koneksi kita berdua namun itu tidak masalah." Frega kemudian mengecup lembut kening Rogard sebelum ia menghilang. "Aku lega kau masih ada dan mendapat tuan yang baik."     

Usai bayangan Frega menghilang, Andrea pun tersadar. Ia linglung sejenak sebelum ia mulai menangis lagi.     

Rogard memeluk Andrea.     

Sedangkan di sisi Andrea, ia tak menyangka bahwa dia reinkarnasi dari Frega meski Frega tidak mengambil alih seluruh tubuh dan jiwanya. Ia menangis bersama Rogard.     

Dante masuk ke ruangan. Andrea menatap sayu ke Dante, lalu pria itu menarik Andrea dalam pelukannya. "Menangislah padaku dan katakan semua sedihmu, bocah bodoh!"     

Andrea menangis sepuasnya di dada Dante dan Rogard sudah menghilang kembali ke tubuh tuannya kini.     

"Dante! Dante, aku... aku... uhuhuhuuu~ aku merasakan semua penderitaan Frega, uhuhuu~ sakit sekali, Daaaann~ huhuhuu..." Ia hujamkan wajahnya ke dada Dante.     

Pria Nephilim memeluk erat tanpa menyakiti Andrea. "Iya, aku tau... aku tau itu..." Ia meremas tengkuk Andrea dan pererat pelukannya. Hatinya ikut tersayat ketika melihat Andrea sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.