Devil's Fruit (21+)

Dante Palsu (1)



Dante Palsu (1)

0Fruit 176: Dante Palsu (1)     
0

Andrea berbalik ke Dante palsu. "Sejak kapan kau sok-sok mesra gitu manggil sayank ke aku?" Nona Cambion memicingkan mata. "Apa kau kesurupan demit hutan ini?" Ia menatap heran ke Dante yang sebenarnya itu adalah siluman babi yang menyamar.     

Siluman babi segera panik dan lekas meralat ucapannya dengan berbagai alasan. "Bu-bukan maksudku begitu! Aku... aku hanya tak tahan saja karena kau tadi digoda siluman tam-jelek tadi. Ya, itu karena aku kesal!"     

"Kenapa harus kesal? Memangnya hal seperti itu mengganggumu?" Andrea silangkan dua lengan di bawah dada. Kuro ada di bahunya.     

"Tentu saja aku kesal. Lelaki mana tidak akan kesal jika perempuan yang aku cintai digoda lelaki lain?" Dante palsu mendekat ke Andrea sambil elus lengan telanjang Andrea yang mulus. "Hehe, baiklah, baiklah, aku takkan memanggil sayank lagi padamu, oke?"     

Andrea menatap Dante dari atas sampai bawah secara cepat, lalu menepis tangan Dante palsu yang bercokol di lengannya dan berbalik untuk meneruskan langkahnya lagi. "Ayo buruan, bentar lagi sore." Ia berbicara tanpa menoleh lagi ke Dante palsu.     

"Oke, oke!" sahut Dante palsu riang dan lekas mengejar langkah Andrea.     

Mereka pun tiba di kelompok Andrea yang masih duduk santai, menunggu.     

"Malam ini," ucap Andrea pada rombongan dia. "bagaimana kalo kita sesekali menginap di alam ini?"     

"Di sini?" Shiro terkejut. Yang lain juga menampilkan ekspresi kaget.     

"Nonaku, kau yakin?"     

"Kita tidak kembali ke Cosmo?"     

Andrea menggeleng sembari tersenyum. "Tiba-tiba aja aku jadi kangen ama suasana alam ini kalo malam. Dulu... aku ama Dante, waktu belum ketemu kalian semua... kami hanya berdua aja di alam ini dari pagi ampe pagi lagi sebelum bisa ke Cosmo."     

Andrea melirik ke Dante di sebelahnya. Dante palsu itu membalas senyum Andrea dan merangkul pundak si gadis Cambion.     

"Syukurlah kau masih mengingat momen itu, sa-kekasihku." Dante hampir saja mengucap kata sayank jika tidak lekas mengganti dengan kata lain yang lebih masuk akal.     

Tentunya Dante dan Andrea ini berpacaran, kan? Mereka sepasang kekasih, kan? Maka, itulah yang dipikirkan siluman babi yang sedang menyamar menjadi Dante. Ia percaya lelaki ini dan gadis montok seksi yang ia incar adalah sepasang kekasih.     

"Jika memang Nonaku ingin begitu, tentu kami akan ikut menyetujuinya." Sabrina angkat bicara. Yang lain pun turut setuju. Toh dengan adanya mereka banyak di sini, mereka bisa saling menjaga satu sama lain.     

Dante palsu pun tersenyum sambil menyiapkan rencana.     

Petang itu, Andrea sudah menyiapkan lubang pohon untuk dirinya tidur nanti malam.     

Sabrina dan Noir yang akan berjaga di bawah, sementara Andrea dengan kedua bocah hybrid akan tidur dalam satu lubang pohon.     

Rogard memilih ikut berjaga dengan Sabrina dan Noir, sedangkan Gazum akan bertengger di depan lubang pohon yang dihuni Andrea untuk menjaga si Cambion.     

Andrea mengeluarkan peralatan memasak dia yang dulu dari Cincin RingGo. "Wah, rasanya udah lamaaa banget terakhir aku pake ini." Dia menatap ke wajan darurat dari sisik badak baja yang besar dan lebar.     

Kuro dan Shiro menatap penasaran. "Mama dulu memasak pakai itu?"     

"Errr... awalnya justru bukan ini, sih..." Andrea jadi terkikik geli mengingatnya.     

"Sebelum pakai sisik baja ini, Mama memasak pakai apa?" Kuro membelit pergelangan tangan Andrea, sangat ingin tau.     

"Hihi... ada deh pokoknya." Andrea melirik ke arah Rogard yang memasang muka datar seolah-olah tidak terganggu. Andrea merutuki sikap Rogard. Like majikan, like pedang. Begitu gumam Andrea dalam hati.     

"Mama... beritau kami, ayooo..." Kuro makin penasaran karena mamanya menolak menjawab secara terang-terangan."     

Andrea mengusap-usap kepala Kuro yang manja. "Mama gak enak ati kalo ngomonginnya."     

"Aaahh... Mama pelit..." Kuro merajuk dengan menggeliat di tanah.     

"Coba tanya papa kamu. Dia pasti mau jawab." Ia acungkan dagunya ke Dante palsu.     

Dante palsu terkejut karena dia tiba-tiba ditempeli Kuro yang ingin mengetahui jawaban. Padahal dia baru asik mengupil. "Ada apa, bayi?" tanya Dante palsu kesal. Ia masih ingat saat itu Kuro sudah memberikan hinaan padanya.     

Siluman babi yang kini sedang menyamar menjadi Dante ingin sekali menginjak-injak Kuro yang bermanja di atas kakinya. Jika tidak karena hubungan Dante dan ular hybrid itu dekat, dia takkan sudi ditempeli Kuro.     

"Papa, katakan padaku, dulu Mama memasak makanan memakai apa?" Kuro kerjap-kerjapkan bulu matanya sambil menatap penuh harap pada sang papa yang sebenarnya adalah sosok palsu dan berbahaya.     

"O-oh, itu... haha... kau ini. Kalau mama kamu saja tak ingin mengatakannya, bagaimana mungkin Papa tampan kamu ini akan mengungkapkan itu."     

"Ayolah, Papa... jangan pelit informasi begitu... Mama bilang kalau Papa pasti akan memberitau kami... Shiro, bantu aku membujuk Papa!" Kuro pun menoleh ke saudara dia agar membantu merayu Dante.     

Sudah menjadi kebiasaan jika Kuro ingin mengetahui suatu hal, maka tak ada yang bisa menyembunyikan darinya.     

Shiro yang biasanya acuh tak acuh, kali ini bersedia mendekat dan ikut merayu papanya yang palsu.     

Dante palsu pun gelisah dan menatap ke Andrea yang sedang membagikan makanan ke yang lain. Dia seolah-olah memberi kode ke Andrea untuk membantunya agar kedua bocah hybrid itu enyah dari dirinya.     

Andrea yang mulai duduk di antara kelompoknya hanya angkat bahu sambil tersenyum. "Kau kan biasanya selalu yang paling jujur di antara kita. Katakan saja pada mereka." Ia mulai memakan makan malamnya bersama yang lain di bawah pohon.     

Siluman babi yang sedang menyamar itupun mulai bingung. Jika jawabannya salah, maka akan berakibat ketahuan. Lantas, bagaimana cara mengetahui jawaban yang benar?     

"A-aahh... anak-anakku tercinta, Papa kalian ini dengan sangat menyesal tidak bisa memberitahukan ke kalian berdua. Aku dan Mama cantik kalian sudah terikat sumpah untuk merahasiakan ini. Dan jika melanggar sumpah ini, kami bisa tersambar petir!"     

Mata siluman babi menatap Andrea, memberi kode, seakan-akan kelitan dia itu memang bertujuan untuk membelokkan topik agar duo hybrid tidak lagi mengejar.     

Kuro mengerang kecewa. Shiro pun demikian.     

Akhirnya, mereka tidak lagi mengejar itu dari Dante dan semua orang pun memakan hidangan yang dibuat Andrea.     

"Enak gak, Dan, masakanku?" tanya Andrea.     

Dante palsu lekas mengangguk dan tersenyum. "Sangat enak. Ini adalah makanan paling enak yang pernah aku makan seumur hidupku." Dia memang memuji secara jujur karena ini sungguh makanan paling lezat yang pernah melewati lidahnya.     

Andrea tersenyum kecil. "Syukurlah kalau kau suka dan memuji itu enak. Itu dari daging siluman yang kemarin kita buru."     

Dante palsu membelalakkan mata. "Oh! Pantas saja enak. Ternyata dari daging siluman! Kau memang koki yang sangat piawai, Mama cantik." Ia acungkan ibu jari ke Andrea.     

Nona Cambion terkikik malu-malu mendengar pujian Dante.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.