Devil's Fruit (21+)

Momen Pertama Kali (21+)



Momen Pertama Kali (21+)

0Fruit 148: Momen Pertama Kali     
0

Apa yang bisa diperbuat Andrea selain terus melenguh dan mengerang dikarenakan ulah nakal Dante yang piawai mempekerjakan tangan dan mulutnya.     

Pada menit berikutnya, Andrea menyerah dalam sebuah lolongan panjang sembari tubuhnya mengejang dengan dua kaki menjejak pada batuan tepi kolam dan mengakibatkan pantatnya terangkat seraya dia masih rebah.     

Setelah punggungnya ambruk kembali ke lantai batu tepi kolam, napasnya terengah-engah bagai sedang berlari ribuan kilometer tanpa berhenti.     

"Dante~ haangh~ anggh~ haangh~ cukup, Danhh~ hngaah~ angh~" Ia masih belum ingin membuka matanya. Entah karena terlalu malu menjumpai pandangan Dante, atau dia terlalu lemas.     

Andrea masih menggeliat ketika dia merasakan bibir vaginanya disentuh sebuah benda tumpul. Ia masih menggeliat tak paham karena belum membuka mata. Ia hanya mengira itu hanyalah lidah atau jari Dante.     

Baru ketika benda tumpul itu mulai mendesak masuk, Andrea membelalakkan mata sebesar-besarnya menatap Dante. "Dante! Jangan! Ja—aaannghh!!!" Andrea terlambat menyerukan protesnya. Bahkan, dia juga gagal mencegah Dante melesakkan sebuah batang—yang dia tau persis itu apa—ke dalam liang hangatnya.     

Andrea meringis dan mengaduh kesakitan ketika batang besar itu memaksa memasuki dirinya. Ia pejamkan mata erat-erat sembari menggigit gerahamnya dan dagunya diangkat tinggi-tinggi meski dia masih di posisi rebah.     

Tuan Nephilim sendiri juga berjuang menenggelamkan pusaka terhormat dia ke dalam liang ketat Andrea. Nyatanya, itu lebih sulit ketimbang membasmi Beast elemen manapun. Andre masih perawan?     

Andrea mulai terisak sambil merintih keras meminta Dante berhenti karena dia tidak bisa lebih lama menanggung rasa perih yang terlalu menerjang setiap saraf-saraf sensoriknya.     

"Dante, sakit! Sakit! Hiks! Cabut! Keluarkan! Ougghh~ mmrrgh~ sakiiittt~" keluh Andrea sembari gigit tepi punggung tangannya untuk melampiaskan rasa menyengat yang dia terima akibat desakan penis Dante ke vagina ketatnya.     

"Emmghh... sebentar, Andrea. Bertahanlah dulu. Hmmgghh~" Dante terus desakkan batang panasnya ke dalam sana, dan akhirnya upaya dia menghasilkan kesuksesan. Hot tower dia berhasil mendekam di vagina Andrea.     

Dante merunduk ke wajah Andrea, mencoba menenangkan gadisnya. "Jangan takut, Andrea. Ini hanyalah sebuah proses saling memiliki antara kita berdua."     

Oh, yeah bagus! Begitulah kata serigala pada domba kecil nan murni.     

Andrea cemberut dan marah. "Kita harusnya tidak boleh begini! Ini tidak sesuai jalur yang benar, Dante! Hiks! Ini salah!" Dia memukul-mukul dada Dante setelah menatap sengit pada pria di atasnya.     

"Aku janji, Andrea..." Dante mengelus-elus wajah basah Andrea. "Aku janji ini takkan sakit lagi setelah beberapa saat. Kau hanya butuh bertahan, dan aku yakin kau bisa."     

"Pembohong! Dusta! PIIIPPP!" Andrea mendorong-dorong muka dan dada Dante.     

"Sayank, sshhh~ sayank... percaya aku, kumohon." Ia menangkap tangan beringas Andrea dan mengecupi wajah gadis itu meski Andrea terus menghindar. "Andrea, kumohon, ijinkan aku memilikimu, semuanya. Aku bisa gila jika hanya melihatmu tanpa bisa berbuat apa-apa... mmcchh... mmcchh..."     

Andrea masih terisak. "Tapi—hiks! Ini sangat sakit, Daaaann~" rengeknya kesal.     

Dante pandang lembut wajah gadisnya. Ia belai pipi sang Cambion seraya tersenyum hangat penuh sayang. "Aku akan pelan-pelan sampai kau terbiasa. Aku tau kau gadis kuat, oke?"     

"Hiks! Dan~ kita kan belum nikah~ hiks!" Andrea sudah mulai tenang sambil balas tatapan hangat Dante.     

"Aku akan menikahimu seusai kita keluar dari tempat terkutuk Djanh atau siapalah namanya itu. Bagaimana?"     

Andrea terdiam sesaat sebelum menyahut, "Janji? Kau janji?"     

"Aku janji, sayank..." Dante kian lebarkan senyum langkanya. "Nah, aku akan mulai bergerak, sayank. Kumohon tahan sedikit, yah! Kau wanita kuat, aku yakin kau mampu."     

Andrea tak menjawab, hanya memanyunkan bibirnya sembari alihkan tatapan ke arah lain. "Arrghh~ eermmhh~ masih sakit, Dan~" Ia terpekik ketika Dante mulai menggerakkan pinggulnya.     

Dante terus berikan bujukan, dan akhirnya ia melumat bibir Andrea seraya terus pompakan penisnya ke liang vagina Andrea meski masih pelan-pelan.     

Kian lama, Andrea kian menikmati permainan tabu ini. Ia membalas pagutan bibir Dante dan sesekali lidah mereka bergelut menari salsa penuh kekompakan.     

Mengetahui sikap Andrea yang kian santai, Dante mulai berani mempercepat laju penisnya. Andrea mulai mengerang, namun bukan erangan sakit, melainkan sebaliknya. Gadis itu mulai terhanyut, terlena dengan kepiawaian Tuan Nephilim dalam menaklukkan wanita.     

Dante sebenarnya bukanlah seorang Casanova atau seorang Womanizer. Dia hanya menggunakan insting dan sedikit pengalamannya selama dia hidup ratusan tahun ini.     

Dante menaruh dua tangan Andrea ke atas kepala si gadis sembari dia memacu penisnya lebih cepat dan mulutnya menangkap puting payudara Andrea untuk disesap dan dirangsang. Ini semua dia lakukan demi Andrea bisa lebih rileks dan tidak terlalu tegang menghadapi saat pertamanya.     

Lenguhan demi lenguhan Andrea terus bermunculan berlomba dengan suara serangga malam di alam Cosmo.     

Sedangkan Dante, ia terus berikan kenyamanan untuk sang gadis tercinta. Penis masih memompa di bawah sana, tangan kanan menahan dua pergelangan tangan Andrea di atas, mulut sibuk dengan puting payudara Andrea, sedangkan kini tangan kiri bergerak menggapai klitoris Andrea yang sangat sensitif.     

Andrea makin menggila mengerang. Beberapa bagian erogenusnya semua distimulasi oleh Dante, menimbulkan rasa nyaman dan rileks sehingga cairan pelumas miliknya berhasil muncul dan itu menjadikan pergerakan penis Dante kian mudah.     

Cairan pelumas kedua makhluk beda ras itu saling bertemu sehingga mulai terdengar bunyi-bunyi kecipak erotis mendampingi aktifitas intim tersebut.     

Dante melepaskan tangan dan puting Andrea, namun ia masih setia merangsang klitoris Andrea saat ia terus saja memberikan hentakan-hentakan lembut ke liang sang gadis Cambion.     

Andrea terengah-engah. Napasnya pendek-pendek sambil terus menyeru nama sang pria Nephilim meski dia memejamkan mata.     

"Andrea~ Andrea sayank, coba buka matamu, sayank..." bisik Dante lembut sambil mendekat ke wajah Andrea.     

"Mmmrrghh..." Tampaknya Andrea menolak. Itu terlalu memalukan baginya.     

"Sayank... buka mata kamu, dan lihatlah siapa yang melakukan ini padamu..." bujuk Dante.     

Putri Cambion perlahan-lahan mulai gerakkan kelopak matanya dan mata berair nan indah itu malu-malu menatap Dante. Ia mengalunkan nama sang pria sekali lagi. "Dante~"     

"Iya, sayank... kau benar. Aku yang melakukan ini padamu, makanya tetaplah buka mata kamu supaya kau yakin bahwa ini adalah perbuatanku. Bahwa aku yang memberikan kenikmatan ini padamu..."     

"Mmmhh..." Andrea mengulum bibirnya.     

Dante tersenyum puas. Dia memang lebih menyukai patner bercintanya melihat padanya ketika ia sedang memenuhi sang gadis. Apalagi ini adalah Andrea, sosok yang sangat teristimewa bagi Dante.     

"Dante~" lirih Andrea.     

"Ya, sayank?"     

"Aku ingin kau keluar di dalam saja. Boleh?" Ia tatap ragu ke prianya.     

"Tentu boleh. Tapi kenapa? Apa kau tak takut hamil?"     

Andrea menggeleng. "Aku tidak kuatir hamil. Justru dengan begitu kau harus bertanggung jawab padaku dan tidak melarikan diri, ya kan?"     

Dante terkekeh kecil sambil mengecup bibir Andrea penuh rasa syukur dan cinta. "Sesuai apapun kemauan kamu, sayank..."     

Akhirnya, berbekal kalimat Andrea itulah, Dante mulai mempecepat laju penisnya memompa vagina Andrea. Keduanya sama-sama mengeluarkan napas pendek-pendek dibarengi lenguh dan erang masing-masing.     

Andrea bangun dan mulai duduk sambil memeluk leher Dante. Ia terus menerus mengerang serta merintih menyuarakan kejujuran atas yang ia rasakan saat ini. "Agh! Hagh! Dan! Agh! Kalau beginihh! Agh! Kau—takkan membu—agh—nuh aku lagi, kan? Argh!"     

"Erggh! Hrghh! Tentu saja—tidak, sayank! Orrghh!" Dante menyahut sembari terus mempercepat sodokannya, menghujam kuat-kuat milik Andrea.     

"Argh! Kalau aku hamil nanti~ argh! Kau dilarang membunuhkuhh! Angh!" Andrea benamkan wajahnya ke leher Dante. Terlebih ketika Dante tiba-tiba mengangkat dan membopong dia sembari mereka terus menyatu.     

Pada posisi demikian, hanya butuh kekuatan lengan Dante agar dia bisa menggerakkan tubuh Andrea naik dan turun sementara penyatuan mereka akan semakin dalam.     

"Hrghh! Tidak mungkin—rrghh! Sayank, aku hampir! Sayank! Orrghh! Ini untukmu! Untukmu, Andrea sayank!"     

"Iyaahh! Iyaaakkhh! Daaannhh~"     

Dante memang merasakan dia sudah di ambang limitnya. Ia tak peduli apakah Andrea akan turut klimaks bersamanya karena dia hanya ingin memenuh rahim Andrea agar dia bisa menghamili gadis Cambion itu.     

Menurut pemikiran Dante, dengan Andrea hamil anaknya, takkan lagi ada pria yang mengejar-ngejar Andrea. Hidup gadis itu takkan lagi diperumit dengan para pria bajingan yang ingin menguasai Andrea atau sekedar melecehkan Andrea seperti sebelum-sebelumnya.     

Dante tak tahan bila mengingat kejadian-kejadian itu.     

"Orghh! Ogh! O—Orrrghhh! Andreaaa! Orrghhh~" Dante menyerah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.