Devil's Fruit (21+)

Wanna Do Salsa? (21+)



Wanna Do Salsa? (21+)

0Fruit 341: Wanna Do Salsa? (21+)     
0

Cairan yang keluar ternyata lebih dahsyat lagi efeknya bagi tubuh Dante. Nephilim itu jelas merasakan energi lebih besar dari sebelumnya mengalir masuk ke tubuh begitu dia meneguk semua cairan Andrea.     

Kemudian, Dante seolah mendengar suara anak kecil bergema di dekatnya. "Teguk semuanya, Papa. Minum semua air Mama. Supaya Papa kuat melindungi Mama."     

Karena itu, Dante menjeda kegiatan sejenak untuk mencari sosok yang bicara padanya.     

Sayangnya tak ada siapapun selain mereka berdua di sana. Dante pun tertegun.     

Benarkah itu suara anaknya? Anak yang masih berupa janin kecil bisa bicara padanya? Ingin bilang mustahil, nyatanya dia telah mendengar suara itu beberapa kali. Saat di goa dan di sini.     

Ingin menceritakan pada Andrea, tapi urung, karena ia yakin pasti Andrea takkan percaya, menyebutnya pendusta yang hanya memanfaatkan janin sebagai pembenaran kelakuannya.     

Lucunya, Dante tak tau bila Anak itu pun berbicara pada Andrea. "Mama, jangan lagi marah pada Papa. Kalian harus bersatu bila ingin selamat di sini. Aku akan bantu kalian." Suara itu jelas terdengar Andrea, namun sepertinya hanya dia saja yang dengar.     

Si Cambion pun lekas melakukan telepati, berharap sampai pada anaknya. "Apa kau yang bicara padaku barusan, Nak?"     

"Iya, Mama. Ini aku, anak Mama dan Papa. Aku sayang kalian. Mama jangan bermusuhan lagi dengan Papa, yah! Aku akan sedih."     

"Nak, apa kau yang membuat Mama hilang kendali dan membunuh para pria di goa?"     

"Iya, Ma. Aku membunuh mereka semua karena aku benci Mama dibuat menangis dan sakit."     

Andrea terharu. Janin ini ternyata begitu menyayangi dia. Padahal ia nyaris melenyapkan sang janin. Nyaris menghapus si anak dari tubuhnya. Nyaris membuang janin tersebut dari perut. "Maafkan Mama, Nak. Mama pernah akan--"     

"Tak apa, Ma. Aku mengerti kebingungan Mama. Yang penting sekarang kita bertiga harus bersatu. Banyak yang akan menyakiti kita, Ma."     

"A-aarrnghhh!" Andrea kaget ketika benda tumpul berurat dan besar sudah melesak masuk pada vaginanya. Ia melotot ke Dante. "Sialan! Kau mengagetkan aku aja! Nephilim cabul-aanghh!"     

Dante malah memacu penisnya tanpa menggubris makian Andrea. Kini dia sudah paham, makian itu hanyalah topeng Andrea bagi rasa kikuk akibat menyukai perlakuan Dante. Mungkin ini yang dinamakan tsundere[1]jika dalam bahasa pop Jepang.     

Andrea kaget karena ia masih 'mengobrol' dengan anaknya, tiba-tiba Dante sudah menyerang liang basahnya tanpa aba-aba. Andrea, kau terlalu sibuk bicara dengan anakmu sampai tak dengar ucapan Dante, seperti... "Aku masuk sekarang, sayank."     

Gadis Cambion pun terhentak-hentak pelan kala penis itu memompa vagina. Dante terus saja menatap Andrea di bawah kungkungannya, membuat gadis itu salah tingkah.     

"Apaan, sih-annghh! Pelan, dong!" Andrea mengerucutkan bibirnya, berlagak merajuk.     

Dante tertawa kecil. "Ini kan sudah pelan, sayank."     

"Jangan seenaknya panggil sayank kalau kau bukan siapa-siapa aku! Jangankan pacar, suami saja bukan!"     

"Loh? Bukannya aku sudah otomatis menjadi suamimu, sayank?"     

Andrea melotot. "Suami apaan? Menikahiku saja belum!"     

"Ohh, jadi ini kode keras minta kunikahi? Hehe~ baiklah. Eemmghh... Akan segera kunikahi setelah... mmrrghh... kita nanti bertemu Iblis yang bisa jadi... mmrrghh... penghulu."     

Nona Cambion memukul dada Dante. "Jangan seenaknya menafsirkan ucapanku, Nephilim bodoh!" sungutnya. "Gilak! Iblis penghulu? Ermmghh! Mustahil—ernnghh—ada! Aanghh, Danteeeee... aaaangghh! Haannghh!"     

Rupanya sang pria Nephilim mempercepat hujamannya, makanya desahan Andrea kian kerap dan kuat.     

"Ermmffhh! Mmrrfhhh!" Kini Andrea tak bisa leluasa mendesah ataupun melenguh karena bibirnya sudah disumpal bibir Dante.     

Pria itu mencumbu, memagut mesra bilah kenyal Andrea. Gadis itu juga tidak menolak segala pagutan dari si Nephilim. Ini benar-benar seperti yang didamba oleh Dante, bercinta dengan Andrea tidak di alam mimpi lagi.     

Dua tangan Dante meremas-remas payudara besar Andrea sembari dia merunduk dan terus memompa vagina sang Cambion. Dua kaki Andrea sudah dibawa ke lipatan lengan Dante dan ditahan di sana. Itu mengakibatkan hujaman penis Dante bisa lebih maksimal dalamnya.     

"Ermmffhh! Haarrmmhh... aarrmmcchh! Daann—mmrrffhh!"     

Mereka bagai sedang saling menaklukkan. Saling berperang pagutan. Meski sebenarnya itu makin membuat panas suasana intim keduanya.     

Selang beberapa menit bercumbu, Andrea melepaskan bibirnya dari lumatan Dante. Ia ingin mereguk oksigen segar, sekaligus mengeluarkan suara secara bebas.     

"Haaghh! Aarrgghhh! Danteehh! Daannh!" Dua tangan Andrea menggapai ke atas, mencari pegangan. Dan akhirnya ia menemukan leher Dante untuk dibeliti lengan tersebut.     

"Orrghh! Enak! Enak sekali liang hangatmu, sayank! Errghh! Heerrghh! Kau... luar biasaaahh!"     

"Go-gomballlhh! Pria gommbaall! Dasar karduusshh!"     

"Gommbaall? Hngghh! Errghh! Jadi kauuhh... ingin dirayu lebih dahsyat, heehh?!"     

"Ka-kagak, wooeehh! Ermmhh! Hrrmghh! Daaannhhh..."     

"Iya, sayankku... aku di—errghh!—sini."     

"Ham—piirrhh! Aarrgghhh! Haagh!"     

Dante tersenyum senang. "Sudah mauu... klimaks, yaaakkhh? Aargh! Andreaaahh... akuh jugaakkhh! Orrghh! Ayo sama-sama! Orrghh! Horgh! Hogh!" Ia kian memacu cepat penisnya.     

Andrea tak mampu menjawab. Erang tanpa jeda dan kerap sudah menjadi jawaban untuk ucapan Dante karena pria itu makin mempercepat hujamannya sehingga Andrea terhentak-hentak kuat.     

Ujung penis Dante telah menyodok G-spot Andrea berulang kali, mengakibatkan gadis itu bagai disengat ribuan lebah pembawa nikmat.     

"Argh! Akh! Hakh! Agh! Eegh!" Lihat, sengalan nafas Andrea makin pendek-pendek mengisyaratkan betapa cepat sodokan penis Dante pada vaginanya. "Danteh! Danh! Danh! Hagh! Da—DAANNH!"     

Sekali lagi Andrea mengejangkan otot kaki beserta pinggul terangkat tinggi-tinggi saat Dante tegakkan punggung meski tetap memegangi dua kaki Andrea ketika gadis itu mendapat orgasme vaginal.     

Tubuh sang Cambion kejang beberapa kali saat cairan tersebut menyemprot keluar membanjiri batang penis hingga mendesak keluar benda berurat itu.     

Namun Dante tak mau dijeda. Ia lekas masukkan lagi batang pusakanya sebelum benar-benar terdorong keluar, dan memacu cepat kembali. "Horgh! Orgh! Okh! Andrea! Andrea! Sayank! Sayankku—OOORGHH~ HORRGHHH!"     

Dante pun mengalami ejakulasi. Ia balas menyemprot rahim Andrea banyak-banyak. Memberikan cairannya untuk Andrea sebagai tambahan energi.     

Mereka seakan melakukan pertukaran. Take and give. Namun dengan sadar dan rela. Tidak seperti sebelumnya, baik itu di mimpi atau di dimensi ciptaan Djanh.     

Dua makhluk beda ras itu pun sama-sama terdiam dan berhenti. Walaupun sengal nafas mereka mewarnai udara sejuk di situ.     

Perut Andrea terasa hangat dan nyaman. Sangat amat nyaman setelah mendapatkan sperma Dante.     

Apa ini artinya sang anak menyukai aksi kedua orang tuanya? Astagaaa! Memikirkan begitu saja membuat Andrea malu setengah mati! Itu tandanya anak mereka mengetahui kelakuan keduanya?!     

Aiihh! Memalukan!     

"Tak perlu malu, Ma. Aku justru suka dan gembira kalian mulai mesra dan berdamai. Itu membuat aku tenang di dalam sini, Ma." Sang Anak menjawab melalui telepati, seolah bisa membaca pikiran Andrea.     

Gadis itu merona. Mana ada janin bisa merestui dan menyukai seks kedua orang tuanya dan mengatakan secara gamblang? Hanya anak Andrea saja.     

Seketika Cambion itu pun merasa bangga memiliki anak seperti yang ada di dalam perutnya. Ia pun berjanji akan selalu menjaga sang Anak meski harus berdarah-darah berjuang melindungi si kecil dari bahaya apapun.     

"Yank...? Sayank? Andrea?"     

"Hah? Oh? Eh? Ada apa?"     

"Kau melamun saja, Andrea. Apa yang kau lamunkan, humm?" Dante mengelus sayang helai basah Andrea.     

"Rahasia," jawab Andrea singkat.     

"Rahasia, yah?! Huumm... berani main rahasia denganku? Baiklah, akan kuberi hukuman!"     

"Haahh?! Dante, tunggu! Jangan seenaknya—heeiihh!" Andrea seketika protes saat tubuhnya dibalik menjadi menungging. "Tunggu dulu, bodoh! Kau ini—Arrghh! Danteeeee!" Ia melotot kesal saat penis Dante kembali melesak masuk ke vagina.     

"Ini hukuman karena merahasiakan sesuatu padaku. Urrgh! Andrea! Ugghh!"     

"Si-sialan kauuhh! Agh! Hakh! Sok bilang hukuman—agh! Padahal kauhh hanya menutupiihh—aghh! Kemesumanmuhh! Haaghh! Dante! Pelan! Oiihh, pelan!"     

[1] Tsundere: sebuah sikap dan ucapan yang biasanya kasar atau ketus untuk menutupi kegugupan atau menutupi apa yang dirasakan hati.     

Cth: "Jangan sampai kau mati di meda perang. Hanya aku yang boleh membunuhmu nanti!" ... padahal dia hanya khawatir dan tidak ingin orang itu mati, tapi dia malu berkata secara lugas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.