Devil's Fruit (21+)

Pendaran Kabut Jiwa



Pendaran Kabut Jiwa

0Fruit 351: Pendaran Kabut Jiwa     
0

"Heh?" Nivria sampai angkat kedua alisnya. Lidah mendadak beku sulit digerakkan. Apakah hal begitu juga mudah menyebar di Istana? Memalukan sekali. Jangan-jangan saat mereka bercinta juga....     

Ruenn kembali rebahkan kepala ke pangkuan Nivria. "Mama pasti ingin sekali bertemu Kak Andrea. Aku yakin dia pasti caaaantik sekali."     

Tangan kanan Nivria terus menyisiri pelan surai indah anak tirinya. "Kalian semua cantik. Kalian terlahir cantik."     

"Uunngg..." Ruenn akhirnya diam menikmati gerakan jemari lentik Nivria pada rambutnya.     

Gadis iblis itu begitu gemar bermanja pada Nivria. Ia benar-benar telah menganggap Nivria sebagai ibunya sendiri. Dia tau Nivria bukan ibu kandungnya, namun dikarenakan sang ayah telah membinasakan ibunya, maka ia menjadikan Nivria sebagai pengganti sang ibu.     

Tidak ada tempat bermanja bagi Ruenn di istana manapun di sana. Sang ayah, Zardakh, sibuk dengan urusan sendiri. Kakak-kakaknya yang berjumlah banyak sekali pun demikian, sibuk dengan urusan mereka masing-masing.     

Ruenn tidak memiliki tempat bermanja dan berkeluh kesah di saat dia kesepian. Para pelayan istana hanyalah budak yang bagaikan robot saja.     

Maka dari itu, Nivria bagaikan oase bagi jiwa kesepian Ruenn.     

-o-o-o-o-o-o-     

Sedangkan di Hutan Kegelapan, Andrea sibuk melenyapkan monster-monster yang datang menyerang. Ia juga terus dibantu Dante dan Kenzo.     

Ini sudah hari kelima mereka di Hutan tanpa ada kepastian kapan jalan keluar ditemukan.     

Pagi hari saja sudah ada monster yang menyerang di saat mereka baru saja bangun. Ketiganya tidur di atas pohon demi kemanan.     

Untuk suplai makanan, masing-masing sudah tau cara mendapatkannya.     

Kenzo berkali-kali harus menebalkan telinga saat Andrea dan Dante menyingkir di semak-semak terdekat demi memperoleh suplai tenaga.     

Dada Tuan Panglima selalu merasa sesak mendengar suara Andrea yang kian kali makin menikmati sentuhan Dante.     

Oleh karena itu, Kenzo melampiaskan perasaan sesak itu pada Shelly. Untunglah sahabat Andrea tidak tau apa yang terjadi di hati pujaannya.     

Pasti akan sedih jika tau.     

Siang hari usai meningkatkan suplai energi, datang sesosok monster tinggi menjulang hampir 3 meter berwujud ala manusia namun berkepala rusa bercakar panjang. Tubuh sang monster tidak tegap gagah, melainkan kurus bagai hanya tinggal tulang saja, namun dia terlihat menakutkan.     

Monster kali ini agak susah ditangani. Dia bisa menahan serangan Dante dan Kenzo. Dua pria itu sampai terpental berkali-kali karena serangan sang monster.     

Andrea maju sambil membawa bola energi warna pink untuk diberikan pada sang monster, namun ternyata Lovero andalan Andrea berhasil ditepis monster tersebut setiap dada si monster bersinar semburat kemerahan.     

Monster malah menyerang balik ke Andrea menggunakan lidah api aneh yang dikeluarkan dari telapak tangan.     

Serangan itu begitu cepat mengejar Andrea yang mati-matian melayang ke sana kemari. Nyatanya, monster itu tak kalah gesit dari Andrea dan berhasil menyambar ujung gaun Nona Cambion.     

Andrea lekas merobek ujung bajunya meski itu berarti ia seperti memakai rok mini. Tiba-tiba saja ia merasa malu. Ia menatap gahar ke Dante dan Kenzo. "H-heii! Kalian jangan liatin, woii!!"     

"Kalau aku kan sah-sah saja, sayank!" seru Dante dari atas pohon, kemudian menoleh ke Kenzo di dekatnya. Lekas saja ia tendang Incubus tersebut hingga jatuh dari pohon.     

"Nephilim brengsek!" Kenzo kesal mendapat tendangan mendadak dari Dante.     

"Tutup matamu, Iblis keparat! Jangan melotot melihat istri orang lain!" sengit Dante tak kira-kira pada Tuan Panglima.     

Andrea yang sibuk menghindari serangan monster itu pun berteriak sebal, "Eh, Setan!! Sempat-sempatnya yah kalian ribut bacotan?! Gak liat gimana aku kewalahan ini!?" Nona Cambion sibuk hinggap dari pohon ke pohon demi meloloskan diri dari serangan monster. Akhirnya karena kesal, ia pun hinggap di pohon tempat Dante dan Kenzo berada.     

"HUWAAA!!" Dante dan Kenzo kompak menjerit menyadari pohon tempat mereka bernaung disemprot lidah api monster.     

Keduanya lekas meraih masing-masing tangan Andrea dan menyingkir dari pohon tersebut yang langsung hangus terbakar begitu terkena lidah api.     

"Receh sekali kau yang katanya suami Tuan Puteri malah tak bisa menangani monster itu!" Kenzo mulai berikan omogan pedas begitu mereka sudah mendarat di pohon yang lebih besar.     

"Kau pikir siapa tadi yang jeritannya paling keras, heh?! Tuan yang katanya PANGLIMA IBLIS?!" Dante sudah pasti tak mau kalah.     

"HRRRAAAAGHHH!" Sekuat tenaga Andrea melemparkan dua pria itu ke arah monster. "Sono lawan tu monster kalo emang kalian niat ngelindungi aku!"     

Dante dan Kenzo tak mengira Andrea melakukan itu, kini mereka mau tak mau musti siap menghadapi monster aneh itu yang mulai menyiapkan lidah api ke arah mereka.     

"GYAAAKKHHH!!!"     

JLEGAARR!     

JDUAAARR!     

Terdengar dua bunyi keras di hutan tempat Dante dan Kenzo bersama-sama menyerang monster kepala rusa.     

Ratusan kelelawar langsung beterbangan menjauh dari area tersebut akibat ledakan keras tadi.     

Serangan keduanya ternyata berhasil memukul mundur monster tersebut. Bahkan sukses melobangi dada merah sang monster.     

Dante dan Kenzo lekas kembali ke pohon tempat Andrea menyaksikan semua.     

Monster yang jatuh terduduk, kini kembali bangkit. Perlahan lobang pada dadanya menutup dan akhirnya tak ada bekas serangan sama sekali di sana.     

Ketiga orang itu pun membelalakkan mata, tak percaya.     

"Edan!"     

"Kampret!"     

"Suuuwww!"     

Masing-masing menyuarakan isi hatinya secara jujur. Silahkan saja tebak dan terka mana teriakan Andrea, Dante serta Kenzo.     

"Lah kapan tuh bedebah kalah kalo dia bisa sembuhin lukanya gitu? Mana cepet pula!" Andrea ingin mengumpat lebih aduhai, namun rasanya percuma saja.     

Takkan membuat monster tumbang seketika dengan umpatan saja, kan? Kecuali untuk melegakan kalbu nantinya.     

Daripada kekesalan tumbuh menjadi jerawat, lebih baik keluarkan apa adanya saja dari mulut, begitu kelitan dia dari dulu saban Shelly menegur saat Andrea mengumpat.     

Tiba-tiba saja dia kangen pada Shelly. Kangen akan pelukan sahabatnya. Kangen senyum teduh Shelly. Kangen omelan lucu Shelly.     

Bah! Ide siapa sih ini yang membuat dia sekarang ada di dunia antah berantah begini?! Ohh... idenya dia sendiri.     

Tapi semua berakar dari kelakuan bapaknya!     

Tanpa sadar Andrea meremas batang pohon di dekatnya dan seketika batang itu remuk berkeping-keping.     

Dante dan Kenzo menoleh kaget.     

"Kenapa?"tanya Andrea dengan nada menantang ke dua pria di sebelahnya. "Kalian mau pipip kalian kayak pohon ini?" Ia menunjukkan serpihan remukan batang pohon yang ada di tangannya.     

Sontak keduanya menggeleng cepat sambil menatap ngeri ke Andrea. Rupanya Cambion satu ini sangat menyeramkan melebihi monster bila sedang marah.     

Andrea mulai berkonsentrasi bagaimana cara mengalahkan monster bebal itu. Bukannya konsentrasi apa jurus atau taktik yang musti digunakan, ingatannya malah melayang ke memori tahun lalu saat dia masih bebas bermain bersama Danang.     

'Danang... dia lagi apa, yah? Tuh sompret masih mesum kagak yah kalo liat gue entar? Padahal kan kita sohib dari kecil. Dia malahan lebih cengeng ketimbang gue. Waktu anjing Pak RW ngejar kami aja, dia udah heboh kayak banci diuber satpol PP. Padahal kan cukup kasi senyum aja tuh anjing pasti juga—' Andrea terhenti membatin. Ia tercenung pada suatu pemikiran.     

"Sayank! Dia datang, yank!"     

"Tuan Puteri! Apa yang musti kita lakukan?!"     

'Waktu dikejar anjing galak Pak RW... gue cuma kasi senyum doang... lalu anjing itu langsung—'     

"Andrea sayank... ayo lekas cari cara!"     

"Tuan Puteri apa kita lari menjauh saja?!"     

"ARRGHH! KALIAN BERISIK!" teriak Andrea gahar. Lalu tanpa menunggu sahutan kedua pria, ia meluncur turun ke arah monster.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.