Devil's Fruit (21+)

Mencari Tanaman Obat



Mencari Tanaman Obat

0Fruit 157: Mencari Tanaman Obat     
0

Satu jam kemudian, Rogard sudah kembali ke tempat dimana Dante, Andrea dan Rajawali Angin berada. Ia membawa banyak jenis tanaman obat di tangannya.     

"Tuan, saya sudah mencari di sekitar sini, namun hanya mendapatkan ini. Masih kurang tiga jenis lagi." Ia menyerahkan semua yang ada di tangannya ke Andrea agar bisa disimpan di RingGo.     

Dante mengangguk. "Kerja bagus. Kau berhasil mencari sembilan macam dari dua belas."     

"Lalu kekurangan tiga jenisnya lagi bagaimana, Tuan?" Rogard bertanya.     

"Memangnya apa yang masih belum ditemukan?" Dante ganti bertanya.     

Rogard membuka Gulungan Kuno untuk memeriksa. "Rumput Merah Naga, Bunga Kristal Peri, dan Daun Sembilan Nyawa."     

Dante hanya bisa kernyitkan dahi karena dia tak paham semua yang disebutkan Rogard tadi. "Kau yakin itu semua tak ada di sekitar sini?"     

Sang jiwa pedang menggelengkan kepala ungunya. "Tidak ada, Tuan. Sayang sekali. Tapi saya yakin ketiganya pasti ada di daerah lain. Gulungan sudah menuliskan ini berarti tidak mungkin tidak ada di alam ini."     

"Aku tau di mana mendapatkan tiga tadi." Tiba-tiba Burung Rajawali Angin bersuara acuh tak acuh tanpa menoleh ke mereka.     

Dante dan semuanya melirik ke Rajawali Angin, lalu dia berkata, "Kalau begitu kau bisa bawa Rogard ke sana untuk mengambil mereka."     

"Baik, Tuan." Rogard siap sedia.     

Tapi, Dante meralat ucapannya sendiri dengan cepat. "Tidak! Aku dan Andrea tidak boleh di sini sendirian. Bisa berbahaya jika ada Beast yang tiba-tiba muncul nantinya. Dua ular dan dua kucing besar sedang di Cosmo, tak mungkin dipanggil keluar. Kami harus ikut pula." Ia menatap Andrea yang mengangguk setuju.     

"Aku juga kepingin ikut ke tempat tanaman tadi..." ucap Andrea lemah sambil tatap Dante.     

Maka, diputuskan, Rajawali Angin akan membawa ketiga makhluk itu di atas punggungnya dan membawa mereka ke tempat di mana terdapat tanaman obat yang masih belum ditemukan Rogard.     

Tubuh Rajawali Angin sangat besar, oleh karena itu, punggungnya sangat luas. Mungkin cukup untuk membawa tiga puluh orang yang bisa duduk semua di punggung dia. Ternyata itu adalah batas maksimal dia bisa memperbesar tubuhnya.     

Diketahui, Rajawali Angin bisa mengubah ukuran tubuhnya, sama seperti kedua bocah hybrid. Dan besar tubuh dia saat ini adalah ukuran maksimal dia.     

Dante terbang membopong Andrea untuk bisa mendarat di punggung rajawali. Ia hati-hati meletakkan Andrea duduk di depannya dan dia bertindak sebagai sandaran punggung Andrea. Dia paham pasti rasa sakit yang ditanggung Andrea tidak remeh. Itu ditandai dengan pucatnya wajah si Cambion.     

Rajawali Angin terbang membawa mereka ke sebuah tempat yang lumayan jauh. Setelah sampai di destinasi, ia mulai turun ke tanah lapang. Dante menyuruh Rogard untuk turun mencari tanaman yang dimaksud, sedangkan dia dan Andrea tetap di punggung Rajawali.     

Menurut Dante, lebih baik begitu untuk keamanan Andrea yang sedang cedera.     

Rogard lekas patuhi perintah Tuannya. Ia berkelana di daerah itu selama setengah jam dan kembali hanya membawa dua saja, Daun Sembilan Nyawa dan Rumput Merah Naga. "Tuan, hanya ini yang saya berhasil temukan setelah mencari ke sana kemari."     

Dante menerima dua tanaman itu dan serahkan ke Andrea. "Lalu bagaimana dengan yang satu lagi? Rajawali, apakah di sini tidak ada bunga apa tadi itu?"     

"Bunga Kristal Peri? Tidak, di sini memang tidak ada. Itu adanya di puncak gunung di sana." Ia menunjuk ke sebuah gunung menggunakan paruhnya yang besar.     

"Ya sudah, ayo kita ke sana." Dante memerintah.     

Maka, mereka semua pun terbang di bawa Rajawali Angin.     

Mencapai gunung itu bukan hal yang sulit bagi Rajawali Angin karena dia bertubuh raksasa dan sayapnya kuat untuk terbang bila hanya untuk ke puncak gunung.     

Setiba di puncak gunung, suhu turun sangat ekstrim. Puncak gunung ditutupi hamparan selimut salju abadi. Rajawali mengatakan bahwa Bunga Kristal Peri ada di suatu gua yang menempel di tebing.     

Rajawali Angin membawa mereka ke mulut gua yang memang ada di dinding tebing curam. "Hati-hati, tanaman langka begitu biasanya dijaga oleh Beast kuat."     

Rogard mengangguk dan bersiap untuk masuk ke gua. Dante memeluk erat Andrea sambil selimutkan mantelnya ke tubuh Andrea agar gadis itu tidak mengalami hipotermia.     

"Andrea, apa kau bisa munculkan energi api untuk menghangatkan dirimu? Aku kuatir kau akan membeku di sini, sedangkan kita tak bisa ke Cosmo dan meninggalkan dua orang ini di sini."     

Andrea paham. Kalau mereka pergi ke Cosmo, maka bagaimana Rogard dan Rajawali akan ke alam Cosmo nantinya? Makanya satu-satunya cara adalah Andrea dan Dante tetap ikut. Itu karena Dante pun tidak bisa memindahkan selain dirinya sendiri ke Cosmo.     

Karena hawa dingin menusuk tulang, Andrea mau tak mau keluarkan energi api dia meski itu artinya dia harus keluarkan tenaga. Ia menelan Pil Inti terlebih dahulu sebelum selimutkan hawa api ke tubuhnya.     

Andrea melirik ke Dante yang bibirnya mulai membiru kedinginan. Ia pun selimutkan hawa api murni dia ke sekujur tubuh Dante. Dan juga ke Rajawali yang tetap melayang di depan mulut gua, menunggu Rogard selesai mendapatkan Bunga Kristal Peri.     

Rajawali Angin tak menyangka Andrea mau memberikan energi murni dia untuk mempertahankan kehangatan tubuh mereka semua, meski sebenarnya Rajawali Angin bisa menahan hawa dingin dikarenakan bulunya. Namun, upaya Andrea cukup membuat dia tersentuh.     

Sementara, Rogard yang sudah memasuki gua, dia memfokuskan pandangannya ke gua yang tidak terlalu terang meski ini masih siang.     

"Skuaahh! Skuuaass!" Tiba-tiba dari arah depan, ada suara-suara melengking dan disusul geraman.     

Rogard segera waspada dan memunculkan petirnya di telapak tangan, bersiap menghadapi apapun lawan yang muncul nantinya.     

"Skuueee! Skuaahh! Graaahh!" Dari dalam gua yang gelap, muncul belasan musang berwarna merah menyala menerjang Rogard.     

Rogard yang sudah siaga, langsung sigap berkelit dan mulai serangkan petirnya ke musang-musang itu. Beberapa musang terkena cambuk petir ungu Rogard dan menjerit kesakitan.     

Musang lainnya marah dan mulai semburkan api dari moncong mereka ke Rogard. Ternyata mereka adalah Musang Api Gunung. Tubuh musang itu sebesar anjing besar dengan kaki pendek dan ekor yang panjang.     

Rogard terus berikan cambukan petir dia yang berderak-derak memenuhi gua. Para musang api juga tidak menyerah. Mereka bukan hewan yang kuat, karenanya mereka hidup berkelompok.     

Kesolidan para musang cukup merepotkan Rogard. Mereka berjumlah hampir tiga puluh dan menyerang Rogard bergantian, membuat Rogard agak kewalahan.     

Namun, karena Dante mempercayakan ini padanya, Rogard gigit gerahamnya seraya terus menerjang kawanan musang api.     

Setelah pertempuran satu jam yang melelahkan, akhirnya Rogard berhasil mengalahkan sebagian besar musang tipe petarung. Ketika dia melangkah lebih jauh ke dalam gua, dia hanya bertemu musang-musang betina yang sedang menjaga anak-anak mereka.     

Para induk mendesis dan menjerit untuk mengusir Rogard. Bahkan beberapa induk siap bertarung sampai mati untuk melindungi anak mereka.     

"Kalian tak perlu melawanku." Rogard berkata ke para induk. "Aku ke sini tidak untuk membantai kalian. Aku ke sini hanya untuk Bunga Kristal Peri." Ia melirik ke kawanan induk yang melindungi anak-anak mereka.     

"Hanya itu saja?" Salah satu induk bertanya dengan tampang terus mewaspadai Rogard.     

"Ya, hanya itu yang aku butuhkan. Aku akan membawa itu saja dan keluar tanpa perlu melukai kalian." Rogard memberikan kalimat jujur. Dia memang tidak ingin bertarung dari awal. Dia hanya mempertahankan diri sedari tadi. Kalaupun pada akhirnya dia menang, itu merupakan bonus atas kekuatan yang dia miliki.     

"Kalau begitu, cepat sana ambil dan pergi! Kau sudah melukai para lelaki kami!" teriak induk lainnya, geram.     

"Jangan salahkan aku, para lelaki kalian langsung menyerang aku tanpa bertanya apapun. Aku hanya bertindak mempertahankan diri." Rogard menjawab sembari dia berjalan ke arah rumpun bunga berwarna sebening kristal biru es yang berada di sudut dalam gua.     

Rumpun bunga itu memunculkan pendar sinar indah berwarna biru muda yang bisa menerangi gua, bagai gua sedang diterangi oleh lampu neon.     

Rogard memetik beberapa bunga di bawah tatapan penuh awas dari para musang. Setelah itu, ia pamit pada semua musang di sana dan melangkah keluar.     

Jika Andrea melihat para musang itu, bisa dipastikan gadis itu akan menjerit ingin membawa pulang semua bangkai musang yang memenuhi gua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.