Devil's Fruit (21+)

Babi Cabul



Babi Cabul

0Fruit 174: Babi Cabul     
0

Andrea makin bersemangat untuk mendalami seni alkimia. Ia sangat menggebu-gebu untuk mempelajari ilmu alkimia, ingin lebih bisa membuat berbagai macam pil dan obat menggunakan teknik alkimia.     

Ini sungguh dunia baru bagi Andrea yang haus akan ilmu pengetahuan.     

Rogard masih selalu setia membimbing Andrea setiap mereka masuk ke Kamar Alkimia. Untung saja pria pedang itu sering bersama dengan mantan tuannya yang ahli alkimia jaman dulunya setiap si mantan tuan mengerjakan teknik-teknik alkimia.     

Dengan berada di samping Andrea saban Rogard menemaninya, pria pedang berambut ungu panjang itu merasa trenyuh sekaligus memiliki perasaan yang campur aduk saban menatap serta mengamati ketika Andrea tengah fokus berkonsentrasi mengerjakan alkimia.     

Rogard selalu teringat akan Frega setiap melihat Andrea sedang membuat obat seperti sekarang ini. Hatinya haru-biru tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.     

Andrea adalah reinkarnasi dari Frega meski hanya memiliki sekeping kecil jiwanya saja, namun kenyataan itu telah membuat Rogard memandang Andrea dengan cara lain.     

"Fwaahhh! Akhirnya sukses! Wihiiiiii!!!" seru Andrea begitu riang dan bahagia sembari mengangkat sebutir pil yang dijepit kedua jarinya tinggi-tinggi.     

Gadis itu baru saja selesai memurnikan pil anti racun level menengah setelah usaha tak kenal lelah yang bagai berdarah-darah selama beberapa hari ini dibantu bimbingan dari Rogard melalui trial and error yang tak terhitung banyaknya.     

Ia menatap bangga akan hasil kerja kerasnya pada pil berwarna hijau dengan dihiasi sulur-sulur keemasan yang redup.     

Jika itu adalah pil anti racun level tinggi, garis sulur-sulur keemasan itu akan lebih kentara dan cerah. Sedangkan pil anti racun level sempurna akan memiliki garis sulur keemasan yang sangat mencolok dan indah.     

Meski itu hanya pil level menengah, sesuai yang diyakini Rogard, Andrea masih merasa itu sebuah kebanggaan baginya.     

Dia yang memulai ini dari nol dan tanpa memiliki guru alkimia yang resmi, mampu membuat pil obat.     

Pembuatan pil obat tentu saja berbeda dengan membuat pil dari inti kristal.     

Menyuling pil obat itu membutuhkan tingkat kecermatan dan konsentrasi yang luar biasa tinggi. Dia harus cermat memilah bahan-bahan ramuannya, harus cermat membersihkan bahan dari kotoran tanpa merusak esensi yang ada pada bahan.     

Setelah itu, dia harus cermat melebur bahan tanpa menghanguskannya dengan api. Dan setelah bahan menjadi bentuk seperti bubur, dia harus mulai menggabungkan bahan-bahan andai ramuan itu harus dilebur satu persatu dan dicampur.     

Proses percampuran ini yang biasanya mengakibatkan adanya ledakan jika pemasukan bahan tidak tepat waktu atau tidak tepat bahan itu sendiri. Ledakan juga bisa terjadi jika api terlalu besar.     

Setelah semua bahan berhasil dicampurkan, maka pengolahan api harus benar-benar terkontrol baik agar bahan cair itu berubah menjadi lebih padat, dan akhirnya menjadi pil.     

Pil yang baik adalah pil yang langsung larut begitu mencapai mulut tanpa kita susah payah menelannya. Itu syarat pil yang baik melalui proses alkimia. Jangan samakan dengan pil buatan pabrik.     

Kuro dan Shiro menerjang masuk ke Kamar Alkimia begitu mendengar teriakan bahagia Andrea. Keduanya mengucapkan selamat atas peningkatan level pil obat yang sudah dicapai Andrea.     

Kini, Andrea tidak lagi akan mengalami serangan panik jika kelompoknya terkena racun. Meski itu adalah pil kelas menengah, itu bisa menghilangkan racun setelah sehari dikonsumsi.     

Berbeda dengan pil anti racun kelas tinggi yang bisa menghilangkan racun lebih cepat dari level menengah. Jangan katakan soal level sempurna, sudah tentu sangat cepat, dan mungkin langsung bereaksi setelah masuk ke mulut tanpa menunggu waktu satu jam.     

Tak apa. Andrea bertekad untuk menaikkan level pil-nya.     

Esoknya, ia berjalan riang di alam ciptaan Djanh bersama kelompoknya. Ia tak lupa membawa pil-pil anti racun.     

Ketika tiba di sebuah padang rumput, mereka bertemu sosok yang sedang berbaring malas di atas rumput. Andrea langsung tau itu adalah hewan siluman, tak perlu diragukan lagi.     

Saat sosok siluman itu bangun karena adanya kedatangan rombongan Andrea, gadis Cambion itu berseru spontan, "Patkai?!"     

Siluman itu memang siluman babi gendut. Seluruh tubuhnya memiliki karakteristik manusia, hanya kepalanya saja yang masih mempertahankan bentuk babi. Ia terkejut disebut 'Patkai' oleh Andrea. "Hei, hei, apa kau baru saja memanggilku Patkai?"     

Andrea miringkan kepala, menatap heran ke siluman babi di depannya. "Kamu emang Patkai, iya kan?" Ia otomatis teringat dengan salah satu karakter siluman babi di sebuah tayangan serial televisi yang populer.     

Siluman babi itu terlihat tidak menyukai ucapan Andrea. "Huh! Enak saja! Apa kau pikir tuan tampan ini bisa memiliki nama seburuk itu?"     

Wajah Andrea menggelap. Selain siluman babi itu terlalu tidak tau diri menyebut dirinya tampan, dia juga seolah-olah memiliki nama terbagus di dunia. Andrea curiga, jangan-jangan siluman babi gendut di depannya ini satu tipe dengan Gazum yang awalnya sok membanggakan nama Nong-nya.     

Andrea melipat kedua tangan di bawah dadanya sehingga payudara dia terlihat lebih menjulang akibat gerakan itu. Mata siluman babi berkedut melihatnya. "Terserah. Pokoknya, kau ini Patkai!"     

Siluman babi menelan ludah dan ia tanpa malu-malu terus menatap dada Andrea. "Nona cantik, hehe, baiklah, baiklah, kau boleh memanggilku apapun yang kau mau, aku tak keberatan..." Dia mulai mendekat ke Andrea.     

Gadis Cambion itu melangkah mundur menjauhi siluman babi yang tiba-tiba sok akrab. "Jangan dekat-dekat!"     

Sreett!     

Dante segera maju menghalangi siluman babi, menutup akses sang siluman untuk mendekat ke Andrea.     

"Hei! Siapa kau?!" teriak siluman babi, kesal karena tiba-tiba muncul Dante secara mengejutkan di depannya, menghalangi pandangan dia ke Andrea.     

"Enyah sana!" Dante menggigit gerahamnya, menahan marah. Ia sempat melihat bagaimana cara si siluman babi memandangi dada besar Andrea.     

"Kau ini siapa dia?" Siluman itu tidak menyerah. "Memangnya kau suaminya?"     

Dante kesal, ia lekas kibaskan cambuk energi Vreth-nya ke siluman babi. Sang siluman gendut tak tau malu itu lekas menghindar, berkelit ke samping.     

"Wah! Wah! Kau ini sok jago, yah!" Siluman babi jadi berang. "Apa kau tak tau tuan tampan ini sangat disegani di sini?!"     

"Hei kau gendut jelek!" Kuro sudah muncul di pundak Dante. "Apa kau tak punya kaca di rumahmu?"     

"Kau!" Siluman babi makin marah mendengar ejekan Kuro. "Kau hanya ular bocah sudah berani kurang ajar pada tuan ini?!"     

"Memangnya kenapa kalau aku berani padamu, gendut jelek?" Kuro makin menjadi-jadi. "Apa kau ingin dijadikan babi panggang? Kami tidak keberatan! Mamaku bisa memasakmu nanti."     

"Kurang ajar!" Siluman babi pun tak bisa lagi berdiam diri setelah dihina oleh bocah seperti Kuro. Ia semburkan uap dingin ke arah Kuro yang masih ada di bahu Dante.     

Dante lekas menghindari. Semburan es itu pun mengenai pohon rumpun rumput di belakang Dante. Rumput itu segera berubah menjadi es dan akhirnya jatuh, lalu pecah berhamburan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.