Devil's Fruit (21+)

Buat Kamu



Buat Kamu

0Fruit 295: Buat Kamu     
0

Andrea sudah selesai mengaduk-aduk lantai dua, dan hanya membeli Anting Mengobrol saja. Dia, Dante, dan Gazum pun mulai beranjak naik ke lantai tiga menggunakan tangga keramik.     

Di lantai tiga, sudah ada Raja Naga Iblis Heilong dan kedua anak hybrid dia. Andrea menyodorkan Anting Mengobrol pada mereka dan meminta mereka memasang pada salah satu telinganya. Dia dan Dante tidak perlu memakai itu karena mereka sudah memilikinya. Tinggal menyesuaikan dengan perjanjian hubungan obrolan seperti yang diajarkan oleh pelayan toko tadi, maka sekarang Andrea bisa terhubung dengan anggota kelompoknya.     

Begitu juga ketika dia sudah bertemu dengan Kyuna dan Rogard, dia menyerahkan dua anting yang berjenis sepasang untuk kedua pasangan dimabuk cinta. Setelah itu, mereka bisa kembali berpencar tanpa khawatir terpisah lama atau tidak saling bertemu.     

Mereka bisa terus berkomunikasi menggunakan Anting Mengobrol untuk sekedar mengetahui mereka berada di mana.     

"Canggih juga, yak ini alat magis." Andrea memuji Anting Mengobrol.     

Dante mengangguk. "Tapi sepertinya milik kita lebih bagus mutunya. Suara anting punya kita lebih jernih dan jelas."     

Gantian Andrea yang mengangguk mengiyakan ucapan Dante. "Benar juga, sih. Entah deh ini Kenzo belinya semahal apa ampe segini tingginya mutu yang dia pilih."     

Hati Dante lagi-lagi terasa sesak ketika Andrea menyebut nama lelaki iblis itu. Pokoknya, dia selalu terusik jika nama Panglima Incubus itu disebut.      

"Apa kita beli lagi aja yah ntar di lantai empat, siapa tau mutunya sama kayak punyaku?" Andrea memikirkan itu.     

"Memangnya kamu rela keluar uang lagi untuk hal begitu?" Dante sedikit menyindir secara tersamar.     

"Oii, oii, jangan nyinyir kayak emak-emak kompleks, yak! Aku ini gak akan pelit kalo untuk kalian, loh!" Andrea menyodok lengan Dante dengan wajah kesal.     

Dante terkekeh kecil dan merangkul bahu Andrea. Gadis itu segera menusuk pinggang Tuan Nephilim menggunakan jarinya. Dante mengaduh dan makin menjepit leher Andrea dalam kempitannya. Keduanya sempat ribut sendiri hingga Gazum harus terbang sebentar menghindari terkena imbas keributan aneh mereka selama berjalan.     

Kemudian Andrea tiba di depan toko yang menarik minatnya. Ia pun masuk diikuti oleh Dante dan Gazum yang terbang mengejar bahu Dante untuk tempat hinggap.     

Andrea melihat banyak benda magis dipajang di toko itu. Tongkat sihir berbagai macam bentuk dan ukuran, cermin magis, bola kristal magis, buku ajaib, pena sihir, dan banyak lagi.     

"Eh, ada cincin ruang, nih!" Andrea menunjuk ke sebuah etalase yang memajang deretan cincin-cincin dengan berbagai ragam bentuk dan warna.     

Pelayan toko yang bertugas menjaga di etalase itu pun bertanya ke Andrea, "Mencari Cincin Ruang, Nona?"     

Andrea mengangguk ke pelayan toko. "Itu semua Cincin Ruang?" tanyanya ingin memastikan.     

"Benar, Nona. Semuanya adalah Cincin Ruang, tempat untuk menyimpan benda-benda mati." Pelayan mulai membuka etalase, hendak mengambil salah satu cincin di sana untuk ditunjukkan ke Andrea.     

"Ini ukuran berapa?" tanya Andrea sambil mengambil cincin yang disodorkan pelayan toko.     

"Cincin yang ini ukuran sepuluh gajah, Nona. Ini yang paling kecil."     

"Yang paling besar, ukuran berapa?"     

"Ukuran seratus gajah."     

Andrea mengangguk-angguk. Untuk bisa menampung seratus gajah, pasti termasuk besar juga. Dia sendiri sekarang tidak mengetahui berapa ukuran Cincin Ruang RingGo miliknya setelah kemampuan dia terus meningkat. Bisa-bisa RingGo mampu untuk menyimpan mansion.     

"Bisakah untuk menyimpan senjata yang memiliki roh?" tanya Andrea ingin tau.     

"Senjata yang memiliki roh? Memiliki jiwa?"     

Andrea mengangguk.     

"Maaf, Nona... toko ini tidak menyediakan jenis cincin yang seperti itu. Mungkin Nona bisa mencoba ke lantai empat. Di sana lebih tinggi level barangnya." Pelayan itu terpaksa jujur.     

Kepala Andrea hanya bisa manggut-manggut. "Oke, kalo gitu. Maaf, yah Mbak, gak jadi belanja di sini. Eh tapi aku mau lihat-lihat yang lain dulu, sih!"     

"Silahkan, Nona..."     

Dante dan Gazum hanya diam saja dan terus mengikuti Andrea.     

"Waow! Cincin Ruang yang dibeliin Kenzo ternyata bermutu tinggi! Levelnya bukan kaleng-kaleng, wiihh~" Andrea lagi-lagi menyebutkan nama panglima ayahnya.     

Dante menahan napas. Gazum melirik Tuan Nephilim, seakan mengerti apa yang terjadi dengan perasaan Dante saat ini. Meski dia bujang lapuk, dia tetap paham apa itu cemburu. Tapi, Gazum hanya diam dan mengamati saja. Kini dia tidak lagi memejamkan mata. Dia mulai menatap sekeliling.     

Andrea mengajak Dante langsung ke lantai empat saja dimana terdapat barang-barang dengan mutu tinggi dan terjamin.     

Di lantai empat, Andrea sudah memantau para anggota kelompoknya dan mengatakan pada mereka semua bahwa dia sudah di lantai empat.     

"Mama!" Kuro sudah berlari ke arahnya menggunakan ekor rampingnya lalu memeluk manja Andrea. "Aku ingin belanja dengan Mama..."     

Andrea merangkul sang anak yang kini setinggi dirinya. "Ayok! Mama mo nyari Cincin Ruang, nih!"     

Maka, dua tim itu pun melangkah mengikuti Andrea. Raja Naga Iblis Heilong yang lebih mengenal barang-barang magis pun bertindak sebagai konsultan belanja Andrea.     

Mereka tiba di sebuah toko yang menjual khusus alat penyimpanan interspasial seperti Cincin Ruang atau Ruang Jiwa yang dapat menyimpan makhluk hidup.     

"Silahkan, Nona. Ini Cincin Ruang yang bisa menyimpan senjata roh." Seorang pelayan menyodorkan sebuah cincin tebal berwarna biru tua yang bercorak ruang angkasa. Andrea sudah lebih dahulu menanyakan mengenai cincin yang dia cari.     

Andrea bertanya ke Dante sembari menunjukkan cincin bercorak angkasa luar itu. "Menurut kamu, gimana Dan? Bagus, gak?"     

Dante mengambil cincin di tangan Andrea dan mengamati sebentar benda penyimpanan tersebut. "Bagus, sih. Memang ini bisa untuk menyimpan apa saja?"     

"Bisa menyimpan semua benda mati dan alat roh, Tuan," jawab pelayan ke Dante.     

"Berapa ukurannya?" tanya Andrea.     

"Sekitar lima puluh gajah, Nona."     

"Apa itu termasuk yang paling besar yang ada di toko ini?"     

"Yang paling besar yang kami punya berukuran dua ratus gajah, Nona."     

"Apa itu bisa berkembang ukurannya sesuai dengan naiknya kekuatan pemiliknya?"     

Pelayan itu menggeleng. "Kami tidak memiliki yang seperti itu, Nona. Itu... jenis yang sangat langka. Biasanya hanya ada di pelelangan tingkat tinggi saja karena sangat mahal."     

Andrea mengangguk-angguk mendengar jawaban si pelayan. "Ya udah, coba sini cincin ruang yang paling besar kapasitasnya yang kalian punya."     

Pelayan itu bergerak ke etalase lain yang lebih terlihat berbeda dan khusus, mengeluarkan sebuah cincin berwarna hitam dan memiliki corak bintang kecil yang bertaburan seolah-olah bintang-bintang itu bergerak perlahan-lahan. "Ini yang ukuran dua ratus gajah, Nona."     

Andrea menerima cincin dari pelayan dan menyerahkan ke Dante. "Bagus, gak?"     

"Bagus. Kenapa? Kau mau beli lagi?"     

"Iya."     

"Buat apa, bocah?"     

"Buat kamu."     

"Buatku? Kok?"     

Andrea berdecak sembari memutar matanya. "Emangnya harus ada alasan dulu yak kalo mo belikan sesuatu buat kamu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.