Devil's Fruit (21+)

Ancaman Bagi Dunia



Ancaman Bagi Dunia

0Fruit 322: Ancaman Bagi Dunia     
0

Di rumah Andrea, Opa baru saja pulang dari kerja. Oma sudah memberitau Opa mengenai kehamilan Andrea dan juga tentang Dante.     

Awalnya Opa tersulut emosi karena teringat mengenai Nivria, puterinya yang pernah bernasib tragis. Namun, lagi-lagi Oma menenangkan Opa dan memberi pengertian hingga Opa mau menerima (sekali lagi) kenyataan unik mengenai keluarganya.     

"Jadi... Cucu kita adalah Cambion. Dan Cucu mantu kita... Ne... Ne..."     

"Nephilim, Opa. Dia ras Nephilim. Keturunan dari Malaikat dan Manusia," sahut Oma diiringi senyuman. Opa mau tak mau ikut tersenyum meski hatinya mencelos.     

"Lalu... nanti anak Andrea... akan disebut ras apa?" tanya Opa lugu.     

Oma mengangkat bahu sambil terkekeh. "Entahlah, Opa. Itu masih misteri kehidupan, mungkin. Hi hi..."     

Opa tidak mungkin terus marah dan protes. Ia memilih untuk berdamai pada kenyataan yang terpapar di depan mata. Maka, bersama Oma, Opa menemui Dante, ingin mengenal pria Nephilim itu lebih dekat.     

Dante yang meringkuk di sudut balkon pun senang bertemu dengan Opa. Semua karena Oma yang membantu menjembatani hubungan mereka, meski hingga kini Oma masih kesulitan untuk membujuk Andrea agar menerima Dante.     

Sewaktu malam kemarin Andrea berbincang dengan Kenzo untuk menanyakan mengenai ikat pinggang yang dia tau itu adalah alam Cosmo, Dante hanya bisa meringkuk saja tidak berani mendekat meski amat sangat ingin.     

Dante lega bahwa benda-benda magis yang selama ini dibanggakan Andrea, merupakan sesuatu yang dibelikan oleh ayahnya, bukan Kenzo. Ia senang mendapati kenyataan itu.     

Sementara, di kamar Andrea... gadis Cambion itu belum sudi didekati Dante. Ia hanya membolehkan Dante di rumah itu, namun melarang pria Nephilim tersebut memasuki kamarnya. "Sana di luar bareng ama Kenzo. Silahkan aja cakar-cakaran di luar, bodo amat!"     

Kenzo hanya mencelos jika mendengar tutur dari Andrea yang begitu. Bagaimana mungkin dia bisa bebas cakar-cakaran dengan Dante jika Oma selalu menasehati dan meminta pada Kenzo untuk bantu agar Dante dan Andrea bersatu?     

Oma benar-benar sudah menganggap Dante cucu menantu di rumah itu, makanya Kenzo tidak berani melawan Oma meski tidak berniat membantu menyatukan Dante dengan Andrea. Untuk apa?! Itu adalah hal yang paling tidak dia inginkan!     

"Ndre..." Shelly mengelus tangan sahabatnya.     

"Jangan belain dia terus lah, beb. Aku ini yang seharusnya kamu bela." Andrea merajuk kesal. Kenapa semua orang seolah terus saja memaklumi Dante?     

"Iya, deh. Iya. Tapi abis ini makan yang banyak, yah. Oma tadi udah bikin banyak bubur, loh! Nanti aku suapin." Shelly tersenyum manis.     

Andrea mengangguk ikut tersenyum. "Aseekk... itu baru bikin aku hepi..." Dia senang Shelly masih mau menerimanya meski dia hamil. Bahkan Shelly berharap Andrea tetap mempertahankan kehamilannya. Andrea bilang, lihat situasi nanti saja, apakah janin ini patut dipertahankan atau tidak.     

Di balkon kamar Andrea, sudah ada 2 Soth dan Kenzo serta ketambahan satu makhluk, Dante.     

"Tsk!" decih Kenzo, seakan tak rela berbagi tempat dengan sosok yang ia benci. Ia segera buang muka saat Dante menatapnya. "Kenapa kau tidak pergi saja ke tempatmu sendiri? Untuk apa di sini? Pengganggu."     

Dante mati-matian menahan emosi. Sedari tadi Kenzo terus saja menguji kesabarannya. "Aku ingin melindungi istri dan anakku lebih dekat."     

"Cih! Mudah sekali bilang istri dan anak. Hah! Tak tau diri!" ketus Kenzo. "Percaya diri yang berlebihan. Apa kau tidak punya kaca? Huh!"     

"Oma dan Opa sudah menganggapku cucu menantu mereka, jadi apa salahnya aku menyebut Andrea istriku dan anak di rahimnya adalah anakku. Kau iri? Kau cemburu?" balas Dante.     

Panglima Incubus pun melotot kesal. Ia sudah akan membuat bola sihir untuk dilempar ke mulut Dante, namun Soth 5 mencegah. "Tahan dirimu, Panglima. Jangan perkeruh kondisi ini." Ucapan itu diiyakan saudarinya, Soth 3.     

Tak berapa lama, muncullah Soth 1 dan Soth 2, dibarengi Druana, Iblis medik yang kemarin memeriksa Andrea. Namun kali ini dia muncul tidak dalam wujud asli, melainkan mengambil wujud manusia biasa meski tetap tak bisa dilihat dengan mata biasa oleh para manusia.     

"Hai, Panglima tampan," sapa Druana ke Kenzo, lalu pandangannya beralih ke Dante. "Waow! Ada si tampan lainnya! Haaii..." Ia pun mendekat ke Dante. Namun kemudian ia lekas menjauh kembali. "Kau bau... Nephilim!"     

Soth 1 dan Soth 2 sudah akan siaga bertempur kala melihat ada Dante di balkon, namun saudari mereka di situ menggeleng dan menggunakan telepati untuk berkomunikasi satu sama lain.     

Druana yang menyadari Dante adalah Nephilim, segera paham akan sesuatu. "Olalaaa... rupanya ini bapak dari anak yang dikandung Puteri Cambion Andrea! Fabulous! Magnificent!" Gadis Iblis itu menepukkan kedua tangannya seolah takjub bahwa kini Dante ada di situ. Ia melayang kembali mendekat ke Dante. "Kau takkan menggigit atau mencakarku, kan?"     

"Tsk!" Dante buang muka. Ia malas meladeni sindiran Druana.     

"Hei, tuan Nephilim ganteng, jangan mengabaikan aku, dong." Druana protes. "Begini-begini aku ini yang memeriksa kesehatan Andrea, loh! Bisa dibilang... aku dokter pribadi Puteri Cambion!"     

Mendengar itu, akhirnya Dante sudi menengok juga ke Druana. "Bagaimana keadaan Andrea dan anakku? Apakah mereka sehat? Mereka baik-baik saja, kan?" Dante tampak antusias bertanya ke Druana.     

"Nah, begitu kan lebih bagus, hi hi hi..." kikik Druana senang karena berhasil mendapatkan perhatian Dante. Ia terkekeh girang.     

"Mau apa kau ke sini, Druana?" Kenzo angkat bicara.     

"Wah, wah... Panglima ganteng kenapa seketus itu? Apakah mood-mu sedang buruk saat ini, Panglima?" Kemudian Druana melirik ke Dante, mengira mood buruk Kenzo pasti karena Nephilim satu itu. Ia pun terkikik kembali. "Aku punya kabar penting sehubungan dengan janin Andrea."     

Demi mendengar itu, Kenzo dan Dante kompak menoleh ke Druana. Pandangan keduanya jelas meminta sebuah penjelasan rinci. Kabar penting. Apakah itu kabar baik? Atau justru sebaliknya, kabar buruk?     

"Cepat katakan ada apa dengan anakku!"     

"Janin Puteri kenapa, Druana?"     

"Hei, hei... kalian ini... sabar... aku butuh bernapas dulu karena perjalanan dari Afrath kemari kan jauh..." Druana mengipasi dirinya menggunakan satu tangan sembari menyebutkan sebuah pintu astral di kutub utara, pintu penghubung dunia bawah dan dunia manusia.     

"Druana, kumohon..." Kenzo menatap tegas.     

Demikian juga Dante. "Kumohon pada nona dokter ini untuk mengatakan ada apa dengan anakku."     

"Baiklah, baiklah..." Druana mulai duduk di besi pembatas balkon. "Akan kukatakan apa yang aku ketahui. Ceh, kalian ini... seperti bapak-bapak tegang yang menunggu anaknya lahir saja," goda Druana pada dua lelaki yang sedang memburu jawaban darinya.     

"Druana..."     

"Iyaaa... okeee..." Iblis medik itu pun menarik nafas terlebih dahulu, meski sesungguhnya itu tidak perlu. "Anak Andrea... akan menjadi ancaman bagi dunia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.